Muslimahdaily - Hidayah dapat datang kepada siapa pun dan kapan pun. Allah subhanahu wa ta'ala telah menentukan hidayah kepada umat-Nya. Bak rezeki, hidayah pun perlu dijemput, hidayah tidak akan datang sendirinya tanpa ada proses di dalamnya.

Cerelia Raissa menjemput hidayahnya di tengah terbelenggu akan indahnya duniawi. Gemerlap malam yang dihiasi kelap-kelip lampu diskotik, minuman alkohol bak teman yang selalu menemani, kepulan asap rokok yang silih berganti, semua hal itu sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak menginjak usia 13 tahun.

Akrab disapa Cerel, ia mengaku, awal pertama kali ia mencoba untuk merokok karena merasa depresi. Sebelumna, ia sangat menyukai sisha sejenis gaya merokok tembakau ala Timur Tengah yang hits pada jamannya. Namun, hal tersebut tak berlanjut lama hingga akhirnya memutuskan beralih untuk merokok secaa diam-diam di kamarnya.

Masih belia memang ia saat itu, di tengah anak-anak usianya merasakan bahagia akan pertemanan dengan teman sebaya, ia harus terbelenggu akan masa-masa kelam di usia mudanya. Alasan tidak dapat mengontrol diri yang membuatnya mudah dalam hal melanggar ajaran Islam.

Cerel kecil hidup bergelimang harta. Ia selalu diberikan uang oleh orang tuanya, semua yang diinginkan akan dituruti namun tidak dengan kasih sayang. 

"Aku itu ga punya self-control, aku enggak ada yang ngebimbing. Aku punya keluarga yang utuh tapi aku enggak pernah ngerasain kasih sayang," ujarnya kepada Tim MuslimahDaily.

Di usia yang masih belia kala itu pun, ia juga sudah terdiagnosa memiliki mental illness.  Tidak hanya satu, ia terdiagnosa tiga mental ilness. Mulai dari Bipolar, Disorder, hingga Anxiety Disorder.

Jauh sebelum terdiagnosa, Cerel mengaku sejak kecil sudah memiliki trauman yang cukup memprihatinkan. Kala itu, ia dikelilingi oleh orang dengan usia yang lebih tua darinya, baik keluarga atau teman sekali pun. Bahkan ia kerap dianggap sebagai 'anak kecil yang tua'.

"Kata psikolog aku punya trauma dari umur tiga tahun. Aku dari masa kecil udah ngerasa terpuruk. Jadi, aku selalu dikelilingi sama orang yang lebih tua even itu teman atau keuarga. Orang-orang yang lebih tua ini mungkn ngerasa aku bisa lupa sama cerita yang mereka ceritain ke aku. Padahal aku enggak bakal lupa sampe detik ini sama cerita mereka. Jadi, misalkan ada keluarga aku yang selingkuh mereka ceritain sama aku. Ibarat kata, anak kecil yang tua lah punya pemikiran  dewasa. Cuma dari mereka sendiri sadarnya ya aku anak kecil yang bakal lupa sama cerita itu hingga akhirnya aku traumatik dan punya mental illness,"jelasnya.

Jauh dari agama dan hilangnya iman, membuatnya goyah untuk percaya soal agama. Ia kerap memandang Islam dan memandangnya dengan logika hingga ia enggan percaya dengan agama yang telah dianutnya sejak lahir.

Agnostic, kurang lebih label yang tepat menggambarkan posisinya saat itu. Seperti di dukung oleh lingkup sekitar, ia pun menemukan teman yang memiliki pandangan sama hingga akhirnya membuatnya bertamah jauh dengan Allah ta'ala.

"Enggak tau kenapa aku tiba-tiba punya temen yang selalu membawa aku ke hal-hal yang negative dan gatau kenapa aku punya sahabat dia itu agnostic dan dulu aku pernah jadi agnostic juga jadi nyambung banget jadi makin lama makin jauh sama Allah gitu  sampe akhirnya aku enggak percaya sama agama sama sekali. Dari lingkungan kemudian mencoba hal hal negative karena dari mereka sendiri enggak ada yang ngarahin ke hal positif," akunya.

Memiliki kepribadian yang rebel, membuatnya ia sulit diberika nasihat. Cerel mengaku, alasaanya menjadi Agnostic dikarenakan tuntutan ibadah yang harus dikerjakannya karena paksaan orang tua.

"Awalnya jadi Agnostic, karena selalu disuruh. disuruh sholat, ngaji, aku sampe les ngaji segala macem dan aku nggak bisa disuruh oangnya. Kalau aku disuruh, dibentak, aku makin enggak lakuin. Semakin aku enggak ngelakuin imannya semakin kecil akhirnya jauh dari agama,"tambahnya.

Hingga akhirnya, Cerel merasakan titik balik hidupnya ketika ia ingat akan kematian. Di mana ia menemukan sebuah meme di laman instagramnya yng bertuliskan "Kalau lo blang mau tobat dan bilang tobatnya besok. Tapi kalau lo matinya sekarang gimana?". Sebelumnya ia tidak pernah ingat bahkan takut akan kematian. Ia tidak percaya akan akhirat, ia hanya yakin dengan adanya Tuhan yang telah menciptakan dunia dan seisinya.

"Karena aku percaya, enggak  mungkin ada makhluk yang diciptain selain olh Allah, nah aku ngerasa ada hal yang bikin semuanya jadi nyata,"ucapnya,

Cerel mengaku kerap berdoa untuk selalu diingatkan agar tetap brsujud. Entah Tuhan mana yang di maksud kala itu, tetapi ia tetap memanjatkan doa seperti itu. Allah Mha Kuasa,  Dia yang Maha membolak-balikan hati hamba-Nya. Karena doa yang kerap dipanjatkannya tersebut, Allah mengabulkannya dan membuat Cerel terketuk pintu hatinya untuk kembali beribadah.

"Karena doa itu, tiba-tiba sholat , tiba-tiba nangis terus ngerasa kayak ada yang meluk terus langsung tenang. Yang awalnya mentalnya berantakan, tiba-tiba ngerasa tenang setelah sholat akhirnya baru percaya 'oh ini tuh gue bisa mikirin semuanya pake logika, ini tuh keyakinan kayak gini' Agama itu bukan science yang  bisa kita pikirin secara logika semuanya. Agama dinamain sebagai kepercayaan dan keyakinan kan dan itu semuanya dateng dari hati,"ceritanya.

Mengenakan mukena, memegang sajadah yang lama tak ia sentuh. Membuat hatinya gmetar dan seketika tenang setelah melaksanakan sholat. Ketenangan dan kebahagiaannya mulai datang setelah kembali mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. 

"Dari dulu aku enggak pernah merasa bahagia. Jadi aku enggak pernah negrasain bahagia secara tulus, fully bahagia tuh aku enggak pernah ngerasain sebelumnya. Begitu aku menyentuh Islam aku mulai sholat segala macem, aku tenang aku udah mulai bisa ketawa bahagia sampe aku ngerasa 'Oh Allah bisa membolak-balikan hati aku loh, bisa bahagia kayak gini," pungkasnya.

Witri Nasuha

Add comment

Submit