Muslimahdaily - Yonathan merupakan seorang anak laki-laki yang berani mengambil keputusan di usia muda. Ia memutuskan untuk memeluk agama Islam, di tengah keluarganya yang beragama nasrani. Melalui akun Youtube Vertizone, laki-laki yang sekarang bernama Muhammad Azka Al-Kahf membagikan cerita perjalanannya menjadi seorang mualaf.

Islam merupakan agama yang tidak asing bagi Azka, sebab sejak duduk di sekolah dasar di Jayapura, ia sudah berteman dengan anak-anak yang bergama Islam. Ia bergaul dengan anak jalanan. Meski mereka terkesan bandel, Azka mengaku bahwa teman-temannya tidak pernah melewatkan shalat dan mereka sangat akrab dengan masjid.

Suatu hari Azka pernah diajak untuk shalat Jum'at. Padahal saat itu ia belum memeluk agama islam, namun ajakan ini selalu ia terima dengan senang hati. Ia akhirnya memiliki pengalaman shalat pertama kalinya, berwudhu dan memakai sarung tak ia lupakan. Karena teman-temannya tinggal di masjid, Azka selalu diajak mereka untuk ikut mengaji di malam hari, tentunya dengan bimbingan seorang ustadz. Kedatangannya selalu dinanti oleh sang guru, sampai akhirnya saat kelas 6 SD dia sudah mampu menyelesaikan iqra 1.

Tibalah saatnya Azka untuk memilih, saat semester akhir di sekolah menengah pertama ia diberikan pilihan oleh sang kakak. "Mau lanjut ke SMA Muhammadiyyah atau SMA Negeri?," ujar kakaknya. Dengan hati yang yakin, akhirnya ia memilih sekolah Islam Muhammadiyyah. Azka telah siap dengan segala konsekuensi dan posisinya yang akan menjadi minoritas di sana.

Perjalanan hijrahnya dimulai dari sekolah ini. Semakin hari ia semakin akrab dengan dunia Islam. Suatu hari, teman-temannya ditugaskan untuk menghafal surat Al Kahfi ayat 1-10. Namun sebenarnya Azka tak diberi kewajiban untuk melakukan itu, karena sang guru menghargai keyakinannya.

Tak ingin hanya diam, Azka merasa tertantang untuk menghafalkan salah satu surat dalam Al-Qur'an itu. Padahal ia sama sekali tidak mengetahui bagaimana cara membaca tulisan Arab. Namun berkat semangat belajarnya, Azka mencoba untuk menghafalkan sedikit demi sedikit surat tersebut. Huruf latin yang kala itu membantunya. Tak disangka, usaha laki-laki ini membuahkan hasil, ia berhasil menghafalkan sepuluh ayat pertama, dan menjadi orang pertama yang menyetorkan hafalannya.

Pengalaman itu membuat orang-orang sekitarnya bangga dan terkagum. Mereka ramai-ramai mendoakan yang terbaik untuk Azka. Berharap ia segera mendapatkan hidayah dari Allah.

Menjadi Mualaf

Suatu ketika, salah satu guru di sekolah Azka berencana untuk pergi umroh. Tak lupa ia meminta do'a pada gurunya agar segera mendapatkan hidayah yang selama ini sudah ia nanti. Namun nyatanya, hidayah tersebut datang dengan cepat bahkan sebelum gurunya pulang dari ibadah umroh. Azka kini resmi menjadi seorang pemuda muslim.

Perjalanannya tak mudah saat itu, ia dirundung kebimbangan saat akan memberi tahu kabar ini kepada orang tua dan kakaknya. Pasalnya, merekalah yang selama ini membiayai hidupnya. Azka takut mereka akan marah ketika mengetahui kabar bahwa ia sudah berpindah agama.

Kebimbangan ini membawa Azka untuk hijrah dari kampung halamannya di Jayapura menuju Makassar. Namun saat itu ia izin dengan orang tuanya, jadi ia pergi dengan pamit. Satu hal yang tidak diketahui kakak dan orang tuanya adalah saat itu ia sudah menjadi sorang muslim dan sedang mencari seseorang yang bisa membimbingnya.

Dua bulan berlalu, keluarga Azka belum mengetahui kabar ini. Ia berkelana untuk mencari dukungan sebagai seorang mualaf yang baru. Bertemulah ia dengan sosok Abah Dzul, melalui Abah Dzul, Azka dibuatkan sertifikat resmi sebagai mualaf. Di Makassar, ia seakan bertemu dengan orang-orang yang mendukung dan mendoakannya. Ia kembali bersyahadat di sebuah masjid. Saat itu semua orang menyaksikan dan Azka merasa sangat terharu.

Waktu berlalu, Azka mencoba untuk memberanikan diri untuk mengabarkan statusnya sebagai seorang muslim pada kakaknya. Tak disangka, ternyata sang kakak tidak menunjukkan kemarahannya sama sekali. Ia hanya berpesan pada sang adik, "Kamu ga boleh permainkan agama orang, kalau kamu serius dengan agama tersebut, kalau kamu percaya dengan agama itu, silahkan saya ga marah," ujar sang kakak. Semua perkataan tersebut meluruhkan rasa ketakutan Azka selama ini.

Dalam perjalanannya, Azka merasa Islam adalah agama yang bisa memberikan ketenangan baginya. Merubah segala sikap buruknya. "Dulu saya suka melawan orang tua, nakal dan kurang ajar. Semenjak memeluk Islam kenakalanku sudah berkurang," kisah Azka.

Kini Azka mengaku sudah hafal juz ke-30 dalam Al Qur'an. Surat An Naba dan Al Kahfi adalah favoritnya. Ia berharap bisa terus belajar mengaji dan menambah hafalan. Ia juga bercita-cita untuk menjadi hafidz Qur'an di masa yang akan datang.

Selain ingin menjadi hafidz Qur'an, ia juga ingin sekali betemu dengan ustadz Felix Siauw. Kisahnya yang inspiratif dan juga seorang mualaf membuat Azka tertarik untuk mendengar banyak cerita darinya dan tentunya agar mendapat dukungan.

Di akhir ceritanya ia mencoba untuk memberikan saran dan semangat bagi teman-teman yang ingin menjadi mualaf, "Jangan ragu, harus siap mental, siap jalani masalah yang akan dihadapi dan siap menjalani ujian dari Allah," pesannya.

Suha Yumna

Add comment

Submit