Muslimahdaily - Banyak orang mengatakan bahwa lingkungan dapat membentuk perilaku. Pernyataan ini nampaknya bisa menggambarkan cerita perjalanan hidup Debita Marbun, wanita cantik berusia 21 tahun yang memilih Islam sebagai jalan hidupnya. 

Nur Afifah, nama yang disematkan setelah ia menjadi muallaf, berasal dari keluarga non muslim dan tinggal di lingkungan rumah ibadah agama sebelumnya, ia adalah anak yang tidak banyak bergaul dan hanya mengetahui agamanya saja.

Namun semenjak duduk di sekolah dasar, Afifah mulai tertarik dengan agama Islam. Hal ini dikarenakan teman-temannya dan lingkungan sekolahnya mayoritas muslim. Tak asing baginya mendengar lantunan ayat Al Qur’an dan mendengar seruan ibadah bagi teman-teman muslimnya.

Berkat rasa penasaran dan hobi membacanya, ia mencoba untuk membuka dan membaca lembar demi lembar kitab suci umat muslim, Al Qur’an. Tak disangka ia malah menemukan banyak persamaan dengan kitab di agama sebelumnya. Namun, karena usianya masih terlalu dini, ia tak terlalu menganggap serius hal tersebut dan memilih untuk melupakannya.

Waktu berlalu, tibalah Afifah di bangku SMA. Pertanyaan dan kegelisahan dalam dirinya mulai muncul, “Apa yang saya cari dalam hidup ini?” Pertanyaan itu terus berulang dalam pikirannya. Ia juga selalu merasa tidak puas atas apapun yang dimilikinya.

Kegelisahan itu membawa Afifah untuk mencoba menengok lagi agama Islam yang dulu sempat akrab di telinganya. Hidayah Allah seakan mulai mendekat padanya. Wanita ini mulai mempelajari Islam secara diam-diam, berharap menemukan secercah cahaya dan ketenangan di dalamnya. Namun, Ia tak pernah memberi tahu keluarganya tentang ini. Ia hanya mencari tahu sendiri dan bertanya pada teman-teman muslimnya.

Beranjak ke perguruan tinggi, Afifah bertekad untuk memperdalam rasa keingintahuannya tentang Islam. Ditengah pencariannya, wanita ini bercerita bahwa dirinya selalu menangis, hampir setiap malam. Entah apa yang membuatnya menangis, tapi ia seperti menyimpulkan satu hal.

“Entah hal apa yang membuat saya menangis,” ujar Afifah pada ANNABA TV.

Matanya selalu terlihat sembab setelah keluar dari kamar. Karenanya, orang tua Afifah selalu bertanya-tanya dan merasa heran pada anak gadisnya. Saat itu orang tuanya berpikir mungkin anak gadis seumurannya menangis karena masalah percintaan. Namun, nyatanya Allah dan keinginannya adalah yang membuat ia menangis.

“Saya menangis karena cinta kepada Allah, karena belum bisa mewujudkan keinginan saya,” ungkap Afifah sambil menahan air matanya.

Setelah menimbang beberapa hal, mencoba untuk meyakinkan dirinya. Maka malam itu Afifah bertekad dan berniat untuk menjadi seorang muslimah. Tanpa pikir panjang, keesokan harinya ia langsung bersyahadat untuk menjadi bagian dari agama rahmatan lil alamin. Saat itu yang ada dipikirannya adalah mendapatkan sebuah ketenangan yang selama ini ia cari.

Afifah masih menyembunyikan kabar mualafnya beberapa hari setelah memutuskan masuk Islam. Tetapi ia yakin setiap sesuatu yang disembunyikan pasti akan terbuka juga pada akhirnya.

“Akhirnya keluarga saya tahu, orang tua saya sangat tidak setuju dan marah besar kepada saya, hingga orang tua saya mempunyai rencana untuk mengembalikan saya pada agama sebelumnya,” ucap Afifah tak kuasa menahan tangisnya.

Berkat rasa cintanya pada Allah, ia merasa harus dan perlu melindungi akidahnya saat itu yang sudah ia putuskan. Akhirnya ia mencoba untuk pergi dari rumahnya saat itu. Tak disangka orang tuanya sampai melapor pada pihak berwajib untuk mencari anaknya yang hilang.

Kepergiannya tak menyisakan rasa takut sama sekali dalam dirinya, karena ia percaya bahwa Allah akan menolong dirinya. Terbukti setelah ia pergi, banyak dari teman-teman yang menolong dirinya. Bahkan ia mengaku banyak mendapat pertolongan dari arah yang tak terduga-duga.

Sampai pada akhirnya ia dihubungkan dengan seorang pembina pesantren mualaf. Afifah memulai kembali hidupnya disana, mempelajari banyak hal dan membangun keluarga baru bersama para penghuni pesantren.

Setelah Islam

Sesudah syahadat Afifah merasa sangat lega, “Rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata.” Perasaan leganya ini muncul karena sebelumnya ia selalu melakukan aturan agama sebelumnya hanya karena rasa sayang dan hormat dengan orang tuanya, bukan keyakinan penuh.

Islam telah mengubahnya menjadi pribadi yang baru. Afifah merasa sangat tenang dan merasa puas karena telah menemukan apa yang ia cari selama ini. Bahkan ia memiliki cita-cita untuk menjadi pendakwah di kemudian hari.

Afifah juga menitip pesan pada orang tuanya di akhir video, “Saya sendiri sungguh sangat menyayangi kalian. Saya memeluk agama ini bukan karena untuk meninggalkan kalian. Karena saya sayang sama mama bapak kakak adik, saya tidak ingin kalian kekal di neraka, saya ingin menyelamatkan kalian kelak,” ujarnya dengan sangat lembut.

Afifah juga menyampaikan pesannya pada umat muslim, “Bersyukurlah karena masih bisa beribdah dan memeluk agama Islam tanpa kesulitan yang berarti, seperti kami. Bersyukurlah.”

Suha Yumna

Add comment

Submit