Muslimahdaily - Tiada satupun orang yang mengetahui tentang rencana Allah dan hidayahnya. Hidayah Allah bisa datang pada siapa saja temasuk seorang biarawati sekalipun. Hal ini dialami langsung oleh Umi Irena Handono. Sebelum memeluk Islam, Irena merupakan seorang biarawati di sebuah biara.

Irena lahir dan dibesarkan dalam keluarga Khatolik. Sejak kecil ia sudah terdidik dengan baik dengan agama Khatolik. Hingga semakin bertambahnya usia, Irena memutuskan masuk ke biara untuk menjadi seorang biarawati dan mengabdikan hidup hanya untuk Tuhannya.

Sampailah pada saat itu, ia memperoleh kesempatan untuk melanjutkan untuk melanjutkan pendidikan di Institute Filsafat Teologia. Dari sinilah perjalanannya menemukan Islam dimulai.

Perjalanan dirinya menemukan Islam bermula ketika dirinya mencoba mengkaji atau mempelajari islamologi, dalam bentuk membandingkan agama. Tujuannya mempelajari hal itu adalah untuk menyimpulkan bahwa agama yang terbaik adalah agama yang dipercayainya saat itu, yaitu Khatolik.

Saat ia menduduki bangku perkuliahan, Irena meneliti perbedaan antar agama, ia berdialog dengan sang dosen. Mereka berdialog mengenai Ketuhanan, Tuhan Yang Esa, hingga Tuhan yang trinitas. Ketika tidak menemukan kesamaan pendapat, Irena memutuskan untuk mencari tahu tentang Islam dari sumbernya sendiri. Hal ini dilakukannya karena ia ingin mengetahui apa yang dikatkatan oleh Islam tentang Tuhannya. Dosennya mengizinkan, namun dengan syarat Irena harus mencari kelemahan dari Islam itu sendiri.

Berangkat dari tantangan itu, Irena bergegas mendatangi perpustakaan untuk meminjam Al Qur’an. Ia kemudian membawa Al Qur'an itu ke biara dengan niat membacanya, namun ia justru tidak mengetahui cara membaya huruf-huruf yang tertulis di dalam Al-quran. Hingga akhirnya, keesokan harinya ia kembali ke perpustakaan dan meminjam Al Qur’an terjemahan.

Malam harinya, ia mulai membaca apa yang ada di dalam Al Qur’an. Namun, saat itu ia yang tidak tahu bagaimana cara membuka Al Qur’an yang seharusnya dimulai dari kiri, ia justru membukanya dari kanan. Hingga surat yang pertama kali ia temukan adalah surat Al lkhlaas. Ketika menemukan surat itu, seketika ia menemukan jawaban dari Allah mengenai Ketuhanan yang dipertanyakannya.

“Baru membaca terjamah pun, saat itu saya sudah terkejut dan menyatakan, 'Ini yang benar, Ini yang mutlak benar'. Bagi saya bahwa Allahu Ahad, Allah itu cuma satu, ya betul,” kisahnya.

Seketika ia sadar bahwa Tuhan itu satu, tidak mungkin dua dan seterusnya. Karena menurutnya jika Tuhan lebih dari satu, maka itu adalah ciptaan. Ia pun percaya bahwa Tuhan itu tempat bergantung semua makhluk dan tidak bergantung pada siapapun.

Namun dosennya mengatakan, bahwa Tuhan itu ibarat sebuah segitiga. Segitiga yang satu tapi memiliki tiga sisi, yang berarti Tuhannya satu tetapi pribadinya tiga, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Tuhan Roh Kudus.

Mendapati pernyataan seperti itu, ia pun menyanggahnya dengan mengatakan bagaimana dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di mana ada segiempat. Ia pun menanyakan tantang Konsepsi Tuhan dengan menganalogikan Tuhan dengan segi empat yang memiliki empat sisi, apakah Tuhan pun memiliki empat pribadi layaknya segiempat itu?

“Oh enggak boleh,” jawab Dosennya.

“Kenapa tidak boleh?” tanya Irena.

“Ini dogma (aturan yang dibuat oleh pemimpin gereja),” ucap sang dosen, final.

Banyak konsepsi pengandaian yang didengarnya mengenai Tuhan dalam agama yang dipercayainya saat itu. Namun, pengandaian-pengandaian itu menurutnya tidak lah pas dengan konsepsi Tuhan yang ada di Al Qur’an. Hal itu membuatnya semakin kokoh dengan pendapatnya tentang Al Qur’an adalah kalam Allah.

“Dan Al Qur’an sudah menjawab pertanyataa bahwa ternyata Allah itu Ahad, yang menyatakan adalah Allah Subhanallah Ta’ala,” ucapnya.

Irena mempercayai pernyataan Allah yang menyatkan bahwa Allah itu Ahad, dan Allah adalah satu-satunya pengelola langit dan bumi, pencipta alam semesta.

Awalnya dosennya ingin membuktikan bahwa Khatolik adalah yang terbenar, namun Irena jutru meragukan hal tersebut. Ia mendapatkan bahwa konsep Tuhan di dalam Islam itulah yang benar.

Hingga akhirnya, ia mengambil keputusan besar yaitu keluar dari biara. Sampai akhirnya ia menikah dengan lelaki beragama Khatolik, dengan tujuan agar pencarain agamanya selesai. Namun pernikahannya seslu diisi dengan diskusi yang selalu berakhir dengan pembahasan tentang Islam dan sang suami yang selalu menyudutkan Islam.

Perjalananya untuk memeluk Islam tidaklah singkat. Setelah melewati perjalanan yang panjang, tepatnya tahun 1983 satu hari sebelum ramadhan, Irena memutuskan untuk mendatangi saalah satu masjid yang ada di Surabaya. Di masjid ia meminta untuk dibimbing mengucapkan dua kalimat syahadat di depan sang Ustadz.

Ketika dirinya susdah resmi menjadi seorang muslim, ia mulai mengurus perceraian dengan sang suami. Pernikahan yang sudah dijalaninya selama lima tahun dan dikaruniai tiga orang anak. Hingga saat ini putra dan putrinya telah menjadi muslim dan muslimah.

Cintia Maryanih

Add comment

Submit