Muslimahdaily – Bisa menjalankan ibadah haji merupakan impian semua orang. Beribadah ke tanah suci tempat Rasulullah Shallalllahu’alaihi wa sallam dilahirkan adalah ibadah yang istimewa. Semua umat muslim merindukan ibadah mulia ini. Sebab, dengan melaksanakan ibadah haji dapat menyempurnakan rukun Islam yang kelima.

Pergi ke tanah suci tentu bukan hanya sekadar plesir biasa. Tidak seperti saat kita jalan-jalan ke pantai, gunung atau ke tempat-tempat wisata di suatu daerah. Tentu, ibadah haji atau umrah membutuhkan persiapan panjang dan matang.

Soal materi dan fisik tentu tidak bisa dipungkiri harus kita persiapkan dengan baik. Tetapi, apakah hal itu cukup untuk mengantarkan kita ke tanah suci? Rupanya, penulis buku Ke Raudhah, Aku kan Kembali ini mengungkapkan sisi lain dalam mempersiapkan ibadah haji. Termasuk, saat tiba di tanah suci.

Dalam buku setebal 163 halaman ini, Sari Meutia menceritakan dan menjelaskan secara rinci bagaimana persiapan haji, sesampai di tanah suci hingga kepulangannya dari sana. Dengan gaya bertutur seperti layaknya bercerita, buku panduan ini jauh dari kata menggurui. Sebab, penulis menceritakan setiap detil pengalamannya selama beribadah haji yang jarang ditemui di buku-buku panduan haji lainnya.

Selain menjelaskan beberapa catatan terkait ilmu beribadah haji, persiapan lain menurut penulis juga penting diberikan kepada para calon jama’ah haji. Misalnya, pembekalan akhlak kepada setiap jamah haji. Contoh kecilnya, saat penulis tiba di kota Madinah, menceritakan bahwa tempat itu itu harus betul-betul dijaga kesuciannya.

Dalam kisahnya, ada seorang jama’ah haji yang kerap mengatakan kepada teman sekamarnya bahwa ia seorang pelupa. Selang beberapa waktu, jama’ah tersebut benar-benar lupa tempat ia meletakkan dompetnya. Hal itu berulang beberapa kali untuk benda-benda lainnnya. Dari situ penulis sadar bahwa sebagai jama’ah tidak pantas mengucapkan kata-kata yang tidak baik di kota suci tersebut.

Pengalaman-pengalaman spiritual di tanah suci, diceritakan penulis dengan apik. Seolah-olah penulis mengajak berinteraksi dengan pembaca. Sehingga, saat membaca buku panduan haji ini tidak merasa bosan atau ingin segera meletakkan buku ini. Lain bab, penulis juga menceritakan bagaimana beragamnya karakter setiap jama’ah dari berbagai ras, suku dan bangsa.

Misalnya, saat penulis tiba di Masjidil Haram. Penulis mengibaratkan seluruh jama’ah dari berbagai negara yang tumplek blek ibarat berkumpulnya umat saat di Padang Mahsyar kelak. Dengan detail penulis bercerita beberapa karakter jama’ah yang datang dari berbagai penjuru dunia.

Misalnya jama’ah perempuan asal Afrika yang selalu berjalan beriringan. Atau, jama’ah asal Turki yang selalu bergerombol dan kerap menggunakan baju warna cokelat muda bergaris putih samar. Mereka berbeda-beda tetapi berkumpul atas satu tujuan, untuk memenuhi panggilan Allah.

Dalam buku ini, penulis selalu bisa menceritakan hikmah di balik setiap pengalamannya selama di tanah suci. Misalnya, saat dia sering dipertemukan dengan jama’ah haji perempuan yang sudah sepuh. Tak jarang penulis menemani dan membantu jama’ah haji perempuan yang sudah tua.

Memberi beberapa pemahaman tentang istilah-istilah haji atau mengajari mereka basha arab. Meski, mengalami kesulitan dalam menuntun mereka, tetapi jama’ah yang telah renta itu menunjukkan semangat dan tekad ibadah yang sangat tinggi. Mereka ikhlas dan sabar menjalaninya. Hal tiu semakin memicu penulis untuk beribadah dengan semangat pula.

Buku panduan haji ini tidak sekadar buku tips-tips. Sangat asyik dinikmati dan membantu kita yang ingin berangkat ke tanah suci. Dikemas dengan layout yang simple dan khas wanita muda membuat kita menjadi semangat membacanya.

Zahra Firdausiah

Add comment

Submit