Muslimahdaily - Artis senior sekaligus presenter Arie Untung ikut serta menuai kecaman kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron lewat akun Instagram pribadi miliknya.
Suami dari Fenita Arie itu mengunggah sebuah foto dengan beberapa tas branded yang tergeletak di lantai dengan menulis peryataaan bahwa tidak akan memakai lagi brand-brand mewah dari Prancis itu. Brand tersebut dianggap tidak layak walau harganya selangit sekalipun.
“Karena negaranya menghina nabiku di bulan kelahirannya, barang2 RECEHAN brand2 prancis ini nggak layak ada di lemari yg pemiliknya sangat mencintai nabinya. Brand2 ini kastanya langsung jadi “paling rendah." Tulis Arie Untung.
Arie untung juga mengajak warga Indonesia untuk membeli dan memakai produk lokal dari UMKM Indonesia. Hal tersebut lebih baik dan akan menaikkan ekonomi warga Indonesia ketimbang mengoleksi barang branded milik Prancis yang sudah menghina umat Muslim.
Postingan Suami Fenita Arie ini mendapat banyak dukungan dari warganet, terlihat dari banyaknya komentar positif di dalamnya. Tak lupa, Arie Untung juga memberi nasihat kepada umat Muslim untuk tetap sabar dalam menghadapi cobaan antar agama ini.
“Sabar ya teman2 kita sedang masuk fase mulkan jabbariyan. Temen2 muslim jgn response balik hina kepercayaan apapun, kita jd pribadi2 yg sabar. Hidup berdampingan damai dengan yg berbeda kepercayaan adalah kelembutan yg diajarkan Rasulullah saw," lanjutnya.
Kecaman terhadap Presiden Marcon
Dilansir dari Kompas (27/10), kecaman terhadap Presiden Macron muncul setelah ia mengatakan negaranya tidak akan berhenti menerbitkan atau membicarakan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad, seminggu setelah pemenggalan guru Samuel Paty. Guru sejarah itu menunjukkan kartun kepada para muridnya dalam pelajaran kebebasan berekspresi. Pernyataan Macron ini menimbulkan gelombang kritikan dan protes di sejumlah negara termasuk di Irak, Palestina, Libya dan Suriah.
Akibat pernyataan Presiden Marcon tersebut muncullah kecaman boikot produk-produk asal Prancis. Sebagai bentuk kemarahan kepada Presiden Prancis dan juga untuk menjatuhkan ekonomi pemerintahan Prancis.