Muslimahdaily - Bulan Ramadhan yang jatuh pada 26 Mei nanti jadi momen yang ditunggu kaum muslim. Di Indonesia dengan mayoritas penduduk yang memeluk Islam, bulan puasa selalu berlangsung meriah dengan tayangan-tayangan televisi berbau islami, kuliner enak bin lezat yang jadi ciri khas buka puasa seperti kolak dan nastar, juga momen tarawih dan sahur bersama.
Berkumpul bersama keluarga jadi kebahagiaan tersendiri ketika Ramadhan tiba. Tapi apa jadinya kalau seorang muslimah menjalani puasa jauh dari keluarga dan berada di luar negeri, Jepang misalnya. Menjalankan ibadah puasa di Jepang tak semeriah seperti di kampung sendiri. Berbagai tantangan untuk menegakkan rukun islam ke tiga begitu kencang menerpa.
Tantangan dan Tips Menjalani Puasa di Jepang
Satu hal yang mungkin terasa saat berpuasa di Jepang yaitu sepi. Sepi yang disebabkan oleh suasana Jepang yang memang bukan negara mayoritas muslim menjadikan hari-hari saat Ramadhan tak ada bedanya dengan hari-hari biasa. Hal ini sangat kontras sekali dengan tanah air yang begitu hangat dan meriah.
Menariknya, meski Jepang yang mayoritas penduduknya beragama Shinto, Buddha, dan bahkan atheis, toleransi yang ditunjukkan masyarakatnya patut diacungi jempol. Mereka tidak akan mengganggu gugat orang lain yang sedang melaksanakan perintah agama dan keyakinannya dengan menghargai serta memberi kebebasan.
Selain karena faktor perbedaan budaya dan keyakinan yang membuat suasana begitu sepi dan seolah tidak ada gregetnya, tantangan yang harus dihadapi muslimah ketika berpuasa di negeri para otaku adalah lama waktu berpuasa. Berkaca dari tahun lalu, Ramadhan yang bertepatan dengan musim panas mengakibatkan waktu siang lebih lama daripada malam.
Negara empat musim selalu memiliki lama waktu siang dan malam yang berbeda. Porsi waktu sama antara malam dan siang yang terbilang langka jatuh pada pertengahan musim semi dan gugur. Sedangkan pada musim dingin waktu malam lebih lama daripada siang dan musim panas berlaku sebaliknya.
Sehingga apabila bulan Ramadhan jatuh pada musim panas, makan sahur harus dilakukan jam 3 pagi dan buka puasa jam 7 malam. Lama waktu yang dijalani serta kondisi kelembaban udara yang tinggi pada musim panas mengakibatkan kelesuan dan ketidak-gregetan menjalani puasa di negeri Samurai. Hal ini masih diperparah dengan suasana sepi dari adzan dan bedug.
Namun sebagai muslimah yang baik, tentu tantangan apapun dan berada di manapun tidak jadi persoalan untuk lupa menjalankan ibadah yang memang diwajibkan. Beberapa tips agar semangat berpuasa kembali hidup dapat dilihat dari pengalaman yang dibagi oleh beberapa saudara muslim yang tinggal di Jepang.
Bergabung dengan komunitas muslim sangat disarankan agar semangat menjalani puasa menjadi bergairah. Sugesti berada dalam kebersamaan mampu menghapus kelesuan dalam beribadah. Itulah mengapa ada istilah sholat berjamaah itu lebih baik daripada sholat munfarid.
Selalu mendengarkan ceramah dari internet agar nyawa keislaman tidak kering. Hal ini dapat didukung dengan akses internet di Jepang yang sangat mudah sehingga tidak ada alasan untuk menyalahkan internet. Sesekali datang ke masjid meski jaraknya jauh dan jumlahnya hanya satu dua.
Kebiasaan Masyarakat Jepang dalam Menikmati Musim Panas
Selain hal tersebut di atas, memberi pengertian pada orang Jepang atau orang non-muslim sangat penting. Orang Jepang dengan sifat toleransinya yang tinggi menanggapi penjelasan terhadap ibadah orang Islam justru akan mendukung dan memberi kebebasan. Hal kecil ini pun dapat meningkatkan semangat.
Meski seorang muslimah dan menjadi orang asing di negeri Sakura, tidak ada salahnya jika menikmati musim panas selayaknya masyarakat Jepang pada umumnya supaya berat dan lama waktu puasa tidak terlalu terasa. Rasanya sayang sekali pemandangan indah musim panas di Jepang kalau dibiarkan berlalu begitu saja.
Di musim panas, biasanya banyak sekali festival yang dikenal dengan Natsu Matsuri (Festival Musim Panas) yang diadakan setiap wilayah di Jepang. Bulan puasa tahun ini yang jatuh pada awal musim panas pasti dapat menikmati perayaan-perayaan tersebut.
Tanabata, festival untuk menyambut musim panas yang tak hanya dirayakan di Jepang tapi juga Korea dan Tiongkok. Hanabi Matsuri, pesta kembang api yang berlangsung pada pertengahan musim panasbisa dimanfaatkan sebagai pelipur kala lapar sudah mulai mendera. Tsukimi, pesta menikmati bulan purnama di musim panas, biasanya dilakukan masyarakat Jepang yang bersyukur terhadap keindahan alam.