Hangatnya Kain Ehram dari Desa Kosapinar di Turki

Muslimahdaily - Terkenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim dan makanan kebabnya, Turki menyimpan banyak keindahan yang jarang diketahui oleh banyak orang. Terletak di posisi yang strategis, yaitu di persilangan antar dua benua, negara ini menawarkan bentang alam yang menakjubkan dan warganya pun saling bersinergi mempertahankan budaya yang sudah menjadi tradisi.

Salah satunya ialah Kosapinar. Sebuah desa di Kota Erzurum yang terletak di Anatolia Timur ini disebut-sebut sebagai desa terdingin di dunia dengan suhu mencapai -5C. Dalam menjalankan aktivitasnya, penduduk sekitar selalu menggunakan pakaian penghangat tubuh.

Berbeda dengan pakaian hangat pada umumnya, Desa Kosapinar ini memiliki Erham. Pakaian sejenis kain panjang nan tebal yang terbuat dari bulu domba ini merupakan pakaian khas kota Erzurum. Erham sendiri memiliki arti kain penutup. Pakaian ini sudah ada sejak 200 tahun lalu, yang juga dijadikan sebagai identitas seorang muslim pada kala itu.

Ehram mempunyai bentuk hampir sama dengan kain Ihram, yang digunakan untuk menunaikan ibadah haji maupun umroh. Kedekatan geografis Erzurum dengan Mekkah bisa menjadi inspirasi terciptanya pakaian ini. Namun, adanya perkembangan zaman penggunaan Ehram sudah jarang diminati oleh generasi saat ini.

Pembuatan kain Ehram memang tidak mudah dan memakan waktu yang lama. Sebab, bulu domba yang sudah dicukur, harus dibersihkan dan dihaluskan terlebih dahulu sebelum menjadi seutas benang. Proses penghalusannya pun tidak cukup hanya sekali, tetapi butuh berkali-kali agar serat bulu dombanya menjadi lebih halus.

Tidak banyak peminat bukan berarti pakaian yang telah menjadi tradisi ini lenyap begitu saja. Hulya Saltuklu, pengrajin Ehram yang terus mengupayakan pelestarian tradisi ini terus melakukan inovasi agar pakaian ini tetap eksis dan kembali menarik perhatian anak muda Kota Erzurum di era perkembangan zaman ini.

Mengutip pada laman detiknews, "Saat ini anak-anak muda sudah nggak pakai Ehram lagi. Karena itu saya terus membuat inovasi Ehram, agar anak muda tertarik. Bentuknya yang terlihat tua, membuat anak muda nggak suka. Tapi sekarang setelah saya membuat berbagai inovasi, mereka lebih menyukai," ungkap pengrajin ehram, Hulya Saltuklu. 

Sudah lebih dari 6 tahun Hulya mengembangkan inovasi kain ehram ini. Dari tangannya sudah tercipta berbagai macam jenis Ehram, mulai dari pakaian hingga pernak-pernik cantik yang siap dijadikan buah tangan ketika berkunjung ke kota ini.

Add comment

Submit