Muslimahdaily - Air zamzam merupakan air yang berasal dari sumur di kawasan Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Air yang berasal dari sumur zamzam ini identik sebagai oleh-oleh yang dibawa pulang umat Islam yang melaksanakan ibadah Haji dan Umrah. Saat ini, sumur zamzam berada di ruang bawah tanah yang dapat dilihat dari balik panel kaca.

Dalam bahasa Arab, zamzam berarti ‘banyak’ atau ‘melimpah ruah’. Artian ini selaras dengan kondisi sumur Zamzam yang sumbernya tak pernah kering sejak awal kemunculannya. Dokumen sejarah menunjukkan, sumur zamzam telah berfungsi sejak tahun 1910 SM setelah disesuaikan dengan kalender Hijriah. Itu berarti air zamzam telah ada selama lebih dari 4.000 tahun.

Sebagai satu-satunya sumber air di padang tandus, juga berbagai keunikan lainnya baik yang telah tertulis di dalam Al Qur’an maupun yang telah dibuktikan secara ilmiah, timbul banyak pertanyaan dan rasa ingin tahu terhadap kisah sejarah sumur Zamzam.

Asal-usul air zamzam tidak bisa dilepas dari rangkaian kisah yang dialami oleh keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Kala itu, sang Ulul Azmi mendapat perintah dari Allah subhanahu wa ta'ala untuk mengasingkan istri tercintanya, Siti Hajar dan sang buah hati yang ia sayangi, Ismail. Ibrahim harus meninggalkan keduanya di sebuah gurun yang sangat panas, gersang tanpa peradaban.

Di tengah sinar matahari yang menyengat, Siti Hajar mengikuti Nabi Ibrahim yang hendak pergi sambil berkata, "Wahai Ibrahim, engkau hendak pergi ke mana? Apakah engkau hendak pergi meninggalkan kami sementara di lembah ini tidak ada seorang pun manusia dan tidak ada makanan sama sekali?". Pertanyaan Siti Hajar diucapkan berkali kali, tetapi Nabi Ibrahim tidak menoleh maupun menjawab, hingga akhirnya sang istri bertanya apakah keputusan itu merupakan perintah Allah subhanahu wa ta'ala. Nabi Ibrahim membenarkannya. “Baiklah. Kalau begitu, Allah tidak mungkin membuat kami sengsara,” ujar Siti Hajar. Ia kembali ke tempatnya dan tidak bertanya apa-apa lagi.

Ibrahim terus melangkah pergi. Ketika berada di tikungan, Ibrahim menoleh ke tempat ia meninggalkan istri dan anaknya dan berdoa agar kedua orang yang ia sayangi itu selalu berada dalam ketakwaan, tetap dijaga oleh Allah, dan diberi kecukupan rezeki (QS. Ibrahim [14]: 37).

Siti Hajar terus-menerus menyusui Ismail sampai tak terasa perbekalan air dan kurma hampir habis. Pada akhirnya, air susunya sudah tidak bisa keluar lagi. Ia sendiri mulai mendapati rasa lapar melanda perutnya. Ismail meronta kehausan bahkan menghentak-hentakkan tumitnya ke tanah dan menjerit dengan keras.

Siti Hajar mulai panik dan menaiki Bukit Shafa untuk melihat ke lembah, barangkali menemukan orang yang bisa dimintai tolong. Tak menemukan satu orang pun, Hajar kembali berlari ke Bukit Marwah. Lagi-lagi, ia mendapati bukit itu kosong. Siti Hajar berlari bolak-balik antara dua bukit itu sebanyak tujuh kali. Kini, apa yang dilakukannya itu menjadi rukun haji yang dinamakan Sa’i.

Ketika berada di puncak Marwah, Siti Hajar mendengar seperti ada suara gemericik air. Ia mencari suara tersebut, dan menemukan Malaikat Jibril tengah berdiri di samping Ismail dan menggali tanah dengan sayapnya. Dari galian tersebut, menyemburlah air yang begitu deras. Hajar pun menghampiri sumber air itu dan mengumpulkannya, “Zammî Zammî! (berkumpullah-berkumpullah!),” terikatnya kegirangan.

Dikutip dari buku 99 Kisah Menakjubkan Di Alquran oleh Ridwan Abqary, walaupun Siti Hajar telah membendungnya menggunakan batu, air itu terus menerus memancar dan mengalir. Inilah yang kemudian dikenal sebagai air zamzam sampai saat ini.