Nujuh Likur: Tradisi Menyambut Malam Lailatul Qadar di Indonesia

Muslimahdaily - Malam Lailatul Qadar menjadi momen yang penuh kemuliaan dan tanda-tanda kebesaran Allah Ta'ala. Malam ini dianggap sebagai awal turunnya Alquran dan turunnya malaikat serta berbagai keberkahan. Bagi umat Islam, malam ini sangat istimewa karena amalan ibadah yang dilakukan pada malam itu setara dengan amalan ibadah selama seribu bulan.

Di Indonesia, sebagai negara dengan keragaman budaya, masing-masing budaya memiliki tradisi unik dalam menyambut malam Lailatul Qadar. Salah satunya adalah tradisi nujuh likur yang masih dilestarikan hingga saat ini.

Tradisi nujuh likur merupakan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun sejak masa lalu oleh masyarakat Melayu di Indonesia. Tradisi ini dilakukan dengan menyalakan lampu dan menempatkannya di rumah, masjid, dan sudut jalan. Pada malam ke-27 Ramadhan, tradisi ini diperingati secara rutin oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia seperti Kepulauan Riau, Surakarta, Yogyakarta, dan Jawa Barat.

Pada malam ke-27 Ramadhan, masyarakat akan bersaing untuk membuat rumah mereka secerah mungkin dengan lampu terang yang keluar dari jendela. Banyak dari mereka yang tidak menutup jendela setelah maghrib pada malam itu. Selain itu, masyarakat juga membuat gapura dari rotan, kayu, atau bambu dan membentuk kubah masjid sebagai bentuk penghormatan terhadap malam suci Lailatul Qadar.

Salah satu tujuan dari tradisi nujuh likur adalah untuk mempererat rasa persaudaraan antara warga yang satu dengan yang lain. Pada malam itu, masyarakat juga saling bersilaturahmi sambil mencicipi makanan yang telah disiapkan di setiap rumah yang mereka kunjungi. Hal ini menjadi wujud kearifan lokal masyarakat dalam mengungkapkan kebahagiaan mereka menyambut malam Lailatul Qadar.

Sebagai tradisi yang memiliki nilai keagamaan dan kearifan lokal, nujuh likur harus terus dilestarikan oleh generasi muda. Selain itu, tradisi ini juga menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan. Masyarakat Indonesia harus bangga dengan keberagaman budaya yang dimiliki dan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal.

Add comment

Submit