Muslimahdaily - Hingga bangsa ini merdeka dari genggaman penjajah, ada banyak peran guru di dalamnya. Mereka adalah para pahlawan yang turut berjuang dengan ilmu yang mereka miliki. Dari perjuangan itulah lahir generasi pemimpin bangsa yang cerdas, yang membawa Indonesia pada era baru, yakni era kemerdekaan, pembangunan hingga era kemajuan seperti sekarang.
Para guru bangsa ini mengambil peran di balik layar. Mereka bukan yang paling vokal dalam politik, bukan pula yang paling depan saat proklamasi. Namun mereka lah yang mendidik para pejuang, politikus bangsa, pejabat negara, bahkan sang proklamator. Mereka pula menjadi pelopor berdirinya sekolah-sekolah, mengajak setiap anak desa untuk membuka buku, meluaskan ilmu pengetahuan agar dinikmati seluruh anak negeri. Merekalah yang patut diberi sandang ‘para guru bangsa legendaris’.
1. H.O.S Tjokroaminoto
“Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat” menjadi trilogi masyhur dari sosok H.O.S Tjokroaminoto. Menurutnya, tiga hal itulah yang harus dimiliki para pejuang kemerdekaan. Jika sosok Tjokroaminoto hanya identik dengan Sarekat Islam, maka itu adalah salah besar. Beliau justru banyak berjasa sebagai guru para pemimpin besar dalam sejarah Indonesia. Tjokroaminoto bahkan mengizinkan anak didiknya tinggal di rumah sang guru demi mendapat pengajaran ilmu.
Pemikirannya pula telah melahirkan beragam murid dengan beragam ideologi pula. Mereka para murid Tjokroaminoto di antaranya, Soekarno dengan ideologi nasionalis, Kartosuwiryo berideologi Islam, serta Semaoen, Muso dan Alimin dengan paham sosialis komunis. Selepas wafatnya Tjokroaminoto, mereka memimpin pergerakan di ranah ideologi masing-masing. Muso membentuk PKI, Kartosuwiryo membentuk NII dan Soekarno sang proklamator kemerdekaan nasional. Siapa sangka ketiga tokoh yang saling bertentangan ini memiliki guru yang sama, yakni Tjokroaminoto.
2. Ki Hajar Dewantara
Nama beliau sudah pasti amat sangat erat dengan pendidikan di Indonesia. Semboyannya bahkan masih digunakan di sekolah dasar hingga kini, yakni ing ngarsa asung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan). Beliau pula menjadi menteri pendidikan Indonesia yang pertama, digelari Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, serta hari lahirnya menjadi Hari Pendidikan Nasional.
Segala gelar itu hanyalah sekedar balas jasa atas baktinya pada negara. Beliau lah yang pertama kali membangun konsep mengajar di sekolah Indonesia, merintis pendidikan umum di negeri ini sejak masih terbelenggu oleh penjajahan. Beliau pula mendirikan sekolah Taman Siswa yang kemudian menjadi tempat belajar anak pribumi beberapa dekade lamanya. Beliau lah sang guru cahaya di tengah gelapnya kebodohan akibat kolonialisme.
3. KH. Ahmad Dahlan
Sekolah berlabel Muhammadiyah dapat ditemukan di setiap pelosok negeri ini, bahkan hingga kini. Inilah jasa besar Ahmad Dahlan yang dahulu mendapat banyak kesulitan saat membentuk organisasi pembaruan Islam tersebut. Ahmad Dahlan yang berlatar belakang seorang guru, melihat kondisi anak bangsa yang jauh dari pendidikan. Ia pun kemudian merintis dibentuknya Muhammadiyah yang ia tegaskan sebagai organisasi yang berorientasi pada pendidikan. Beragam fitnah, celaan dan hasutan dihadapi Ahmad Dahlan demi merintis Muhammadiyah pada tahun 1912.
4. KH. Hasyim Asy’ari
Beliaulah guru besar para santri. Sebutan Hadratus Syeikh atau Maha Guru disematkan pada namanya di kalangan pesantren. Hasyim Asy’ari berjasa dalam melakukan pembaharuan pesantren dengan mengenalkan banyak literasi karya ulama Haramain. Kala itu, para santri sangat minim akses dalam buku dan rujukan Islam. Hasyim Asy’ari pula yang membentuk organisasi Nahdhatul Ulama (NU). Hingga kini, tak ada yang mampu menandingi kebesaran dua organisasi Islam di Indonesia, yakni NU dan Muhammadiyah. Jika Muhammadiyah fokus pada pendidikan Islam modern dengan kelas dan kursi meja, maka NU fokus pada pendidikan pesantren yang klasik.
5. Dewi Sartika
Bukan hanya RA. Kartini yang menyuarakan pendidikan bagi wanita. Ada sosok pahlawan wanita lain dari kalangan priyayi Sunda, yakni Dewi Sartika. Namun alih-alih vokal menyuarakan hak pendidikan wanita, Dewi Sartika justru lebih memilih aksi turun tangan langsung mengajar para wanita Indonesia yang tak mendapat kesempatan belajar di era kolonial.
Sejak tahun 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum hawa. Ia menyediakan ruangan kecil di belakang rumahnya di Bandung untuk kemudian mengumpulkan para wanita dan mengajarkan banyak ilmu dan kecakapan kepada mereka. Dua tahun berikutnya, ia membentuk Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama di tanah air dengan ia menjadi pengajar dan dibantu dua orang teman. Sekolah itu kemudian terus berkembang dan berganti nama menjadi Sakolah Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan) lalu Sakola Raden Dewi.
6. Rahmah El Yunusiyyah
Dibanding Dewi Sartika, nama Rahmah El Yunusiyyah tak begitu familiar karena tak disematkan padanya jasa pahlawan nasional. Padahal, pahlawan asal Padang ini sangat berjasa dalam mempelopori pendidikan muslimah di Indonesia bahkan dunia. Tahun 1923, Rahmah membentuk lembaga pendidikan khusus bagi para perempuan muslimah bernama Diniyah School Putri. Di sekolah itulah, ia mengajarkan tak hanya ilmu umum namun juga pendidikan agama dan keterampilan kepada para wanita Minang.
Sistem pengajaran Rahmah dalam sekolah tersebut kemudian menarik perhatian Rektor Universitas Al-Azhar kala itu, Abdurrahman Taj yang tengah berkunjung ke Kota Padang pada tahun 1955. Dari sanalah sang rektor kemudian terinspirasi untuk mendirikan Kuliyyatul Lil Banat (kampus Al-Azhar khusus putri) di kampus tertua dunia tersebut. Rahmah pula kemudian dibeli gelar Syaikhah Guru Besar Wanita pertama dari Universitas Al Azhar.