Muslimahdaily - Saat sedang sendiri, seringkali kita merenungi segala hal yang sudah kita lewati hari ini dan kemarin. Tak jarang kita bahagia, namun juga bersedih dan menyesal atas apa yang sudah dilakukan oleh diri kita sendiri. Bahkan pada kenyatannya tidak ada salah yang berarti, kita kerap kali merasa gelisah tanpa sebab.

Namun tahukah kamu kalau ternyata jika kamu sedang merasakan hal seperti ini, ada do'a yang bisa kamu panjatkan kepada Allah agar diberi ketenangan dan terbebas dari rasa gelisah dan keluh kesah yang terus menerus.

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي

Allaahumma innii 'abduka wabnu 'abdika wabnu amatik, naashiyatii biyadik, maadlin fiyya hukmuk, 'adlun fiyya qadlaa'uk, as-aluka bikullismin huwa laka, sammaita bihi nafsaka, au anzaltahuu fii kitaabika, au 'allamtahu ahadan min khalqika, awis ta'tsarta bihii fii 'ilmil ghaibi 'indaka, an taj'alal Qur'aana rabii'a qalbii wanuura shadrii wajalaa'a huzni wa dzahaaba hammii.

"Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Hukum-Mu berlaku pada diriku. Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku." (HR. Ahmad: 1/391).

Namun jika kamu belum merasa tenang, ingatlah bahwa Allah menjanjikan ketenangan bagi hambaNya jika mereka mengingat Allah kapanpun dan dimanapun. Jika do'a tersebut dirasa belum cukup memberikan ketenangan, maka kamu bisa terus berdzikir mengingat Allah dengan mebaca kalimat-kalimat ini.

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

La Ilaha Illallahul ‘Azhimul Halim, La Ilaha Illallahu Rabbul ‘Arsyil ‘Azhim, La Ilaha Illallahu Rabbus Samawati wa Rabbul’ Ardhi wa Rabbul ‘Arsyil Karim.

"Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Agung lagi Lemah-Lembut, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Tuhan Pemilik Arsy yang agung, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Tuhan pemilik langit dan bumi, dan pemilik Arsy yang mulia." (HR. Bukhari: 7/154).

Sebagai hamba yang lemah, tentunya kita juga tidak akan sanggup jika melewati beban kehidupan dan kesedihan ini sendiri, kita pasti butuh Allah untuk memperbaiki segala urusan kita di dunia. Maka mohonlah kepada Allah,

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلِى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِي كُلَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Allahumma rahmataka arju fala takilni ila nafsi tharfaka ainin ashlihli syani kullahu lailaha illa anta.

"Ya Allah, aku mengharap rahmat-Mu, janganlah Engkau pasrahkan aku pada diriku sekejap mata pun. Perbaikilah urusanku seluruhnya. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) kecuali Engkau." (HR. Abu Dawud: 4/324).

Begitupun dengan Nabi Yunus saat sedang dalam kesulitan dan kesedihan saat berada di dalam perut ikan paus, saat itu ia berdo'a kepada Allah dan meminta ampunan atas segala dosanya.

لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ

La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minaz zhalimin.

“Ya Allah, Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Tuhan. Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku termasuk golongan orang yang zalim.” (HR. Tirmidzi: 5/529).

اللهُ ، اللهُ رَبِّي لاَ أُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً

Allahu Allahu Rabbi Laa Uhriku bihi shai'a.

"Allah, Allah adalah Tuhan-ku, aku sedikitpun tidak menyekutukan-Nya." (HR. Dawud: 2/87).