Muslimahdaily - Saat ini, dunia sedang diberi peringatan oleh Sang Maha Pencipta. Berbagai ujian sedang kita hadapi, mulai dari hilangnya shalat berjamaah, ditutupnya majlis ilmu, penyakit, kesusahan, kehilangan dan masih banyak lagi.

Ada baiknya kita bisa mencotoh kesabaran Nabi Ayyub dalam menghadapi berbagai ujian terberat di hidupnya, bagaimana ia bisa terus mengingat Allah dan sabar dikala semua orang tak mau mendekatinya karena suatu penyakit.

Nabi Ayyub alaihissalam, Nabi yang oleh Allah diberikan banyak kenikmatan. Ia adalah seorang yang kaya raya dengan berbagai kepemilikan, mulai dari budak belian, hewan-hewan peliharaan, hingga tanah yang luas. Dikatakan pula bahwa Nabi Ayyub memiliki istri dan keturunan yang cukup banyak.

Namun, semua kenikmatan itu dicabut darinya, bahkan ia diuji dengan berbagai penyakit yang menggerogoti tubuhnya, hingga tak ada lagi anggota tubuh yang sehat kecuali hati dan lisannya saja, keduanya digunakan untuk berdizikir kepada Allah.

Meskipun dalam keadaan demikian, Nabi Ayyub tetap sabar menghadapinya, interospeksi diri, dan menyerahkan semuanya kepada Allah. Ia tak pernah lepas berdzikir sepanjang harinya.

Begitu besar cobaan yang datang pada beliau, penyakit langka yang dideritanya bahkan membuat orang-orang tak mau duduk bersamanya, ia dijauhi oleh masyarakat sekitar. Namun hanya istrinya sajalah yang setia mendampingi dan merawatnya.

Nabi Ayyub tak pernah menyerah dan selalu berdoa kepada Allah atas cobaan yang dideritanya. Semua cobaan tak membuatnya berpaling, bahkan menambah kesabarannya dan rasa syukurnya kepada Allah.

Pada saat sakitnya, beliau berdoa dengan penuh keyakinan di dalam hatinya, berikut doa yang dilafadzkan:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Allah berfirman,”Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berkata kepada Tuannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. Al-Anbiya:83)

Mengutip dari muslimah.or.id, Ibnul Qayyim dalam kitab al-Fawa’id berkata, “Beliau -yakni Ayyub ‘alaihissalam– telah mengumpulkan dalam doa ini antara hakikat tauhid dan menampakkan kefakiran serta kebutuhan kepada Rabbnya, dengan adanya kecintaan yang besar padanya, pengakuan untuknya tentang sifat pengasih dan Dia Maha Pengasih di antara para pengasih, serta bertawasul kepada-Nya dengan sifat-sifat-Nya, besar kebutuhannya, dan kefakirannya. Kapan orang ditimpa cobaan mendapatkan hal ini niscaya disingkap darinya cobaannya.”

Berkat keyakinan serta kesabarannya yang begitu mendalam atas ujian yang dialaminya, kemudian Allah mengabulkan doanya,

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ

“Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluraganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.” (Al-Anbiya:84)

Setelah itu Allah menceritakan bagaimana proses diangkatnya mudharat dari diri Nabi Ayyub melalui surat Shaad ayat 42, Allah memerintahkan Nabi Ayyub untuk menghentakkan kakinya ke tanah dan kemudian keluarlah air sebagai obat dari Allah, “Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”

“Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).” (QS. Shaad:44)

Seketika Allah menghilangkan semua penyakit dan kesusahannya baik lahir maupun batin. Allah gantikan semuanya dengan yang lebih baik.

 

Sumber: Kisah Para Nabi, Imam Ibnu Katsir