Muslimahdaily - Ditetapkan sebagai pasien positif virus Covid-19 bukanlah sebuah adzab. Namun, sebuah ujian. Layaknya ujian lain dari Allah, seorang hamba hendaknya menghadapi ujian tersebut dengan hati yang lapang, dan bersabar dengan terus berikhtiar semaksimal mungkin.
"Yaitu orang-orang yang apbila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali (Inna lillahi wainna ilaihi raji'un)." (QS. Al Baqarah: 156).
Selain itu, pasien Covid-19 dapat mengamalkan beberapa doa yang telah dicontoh oleh beberapa kaum mukmin dahulu kala dilansir dari berbagai sumber. Salah satunya ialah doa Nabi Ayyub ‘Alaihissalam Ketika ditimpa musibah penyakit yang sangat parah.
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.’”
(al Anbiya: 83).
Selain itu pasien Covid-19 dapat melafalkan doa yang dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sahabat Anas Radhiyallahu’anhu.
اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي مَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
Allāhumma ahyinī mā kānatil hayātu khairan lī, wa tawaffanī mā kānatil wafātu khairan lī.
Artinya: “Ya Allah, hidupkan (sembuhkan) aku selama kehidupan itu baik bagiku dan wafatkan aku bila itu baik bagiku.”
Sesungguhnya terdapat makna di balik penyakit yang diturunkan Allah kepada hamba-Nya. Mereka yang ditimpa ujian sebuah panyakit akan diangkat derajatnya dan digugurkan dosa-dosanya.
“Tidak ada satupun musibah (cobaan) yg menimpa seorang muslim berupa duri atau yg semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya.” (HR.Muslim).
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wallahu ‘alam.