Muslimahdaily - Tak terasa dalam beberapa bulan lagi umat muslim akan kembali bertemu dengan bulan suci penuh ampunan yaitu bulan Ramadhan. Dalam menyambut bulan suci tersebut, sebagai umat muslim bersuka cita dan dianjurkan mempersiapkan diri dari segi fisik, mental maupun ibadah.
Bagi muslimah khususnya, sebaiknya mengingat-ingat dan melihat kembali catatan puasa yang ditinggalkan pada Ramadhan lalu. Jika masih ada puasa yang belum terganti, sebaiknya menyegerakan menggantinya. Allah berfirman pada surat Al-Baqarah ayat 185, “Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.”
Namun terkadang, ada kebingungan bagi sebagian wanita untuk menqadha puasa, hal ini terkait pada waktu. Adakah batasan waktu dalam mengqadha puasa? Terlebih saat ini sudah jatuh bulan Rajab dan mendekati bulan Sya’ban. Untuk menjawab hal tersebut, kita perlu memperhatikan dua pendapat dari beberapa ahli.
1.Boleh Qadha Puasa Walaupun Sudah Bulan Sya'ban
Seseorang boleh menqadha puasa, meskipun sudah jatuh bulan Sya'ban. Dalil ini diperkuat oleh perkataan dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Suatu ketika ia baru mampu mengqadha puasa saat bulan Sya'ban karena beliau begitu maksimal dalam melayani Rasulullah. Hadist tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Bukhari.
“Dulu aku memiliki utang puasa Ramadhan, sementara aku tidak bisa mengqadha’nya kecuali sampai bulan Sya’ban, karena sibuk melayani Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam.”
Dapat disimpulkan dari hadist di atas, selama bulan ramadhan belum tiba, maka seseorang masih diperbolehkan untuk mengganti puasa Ramadhan tahun lalu.
2.Larangan Berpuasa Saat Pertengahan Sya'ban
Larangan berpuasa tersebut dititik beratkan pada pertengahan Sya'ban. Artinya, jika belum pertengahan Sya'ban, maka masih bisa untuk menqadhanya. Dalil ini diperkuat menurut riwayat Abu Daud dan Imam Bukhari. Rasulullah bersabda, “Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.”
Dalam hadis yang lain, diterangkan Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan, kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunnah, maka bolehlah ia berpuasa.”
Namun dari kedua hadist tersebut, ada pengecualian bagi seseorang yang punya kebiasaan puasa sunnah. Maka diperbolehkan baginya berpuasa. Karena, Rasulullah merutinkan berpuasa selama Sya’ban. Bahkan pada suatu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dikatakan bahwa beliau melakukan puasa Sya’ban sebulan penuh.
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan, “Belum pernah Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, masih ada waktu dua bulan untuk mengganti puasa yang lalu. Jangan lagi menunda-nunda terlebih sengaja untuk tidak menggantinya. Jika sengaja tidak mengganti puasa dan sudah tiba Ramadhan lagi, menurut Imam Syafi’i, selain harus mengqadha puasa, seseorang juga memiliki kewajiban memberi makan orang miskin.