8 Perkara yang Menjerumuskan Lisan Kedalam Dosa Besar

Muslimahdaily - Menjaga lisan adalah hal yang sangat perlu kita perhatikan, karena ucapan itu adalah penerjemah dari apa yang tersirat di hati. Hal ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika seorang sahabat ra. bertanya kepada Baginda, “Ya Rasulullah, apa yang paling perlu saya takuti?”, mendengar pertanyaan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu memegang mulutnya” (HR Tirmidzi).

Diriwayatkan dalam hadits yang lain, bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah benar iman seseorang, hingga hatinya menjadi benar. Dan tidaklah benar hati seseorang, hingga benar lisannya.” (HR. Imam Ahmad dari Anas ra.).

Lalu bagaimana cara menjaga lisan agar kita tak terjerumus dalam dosa ? dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al - Ghazali menjelaskan 8 perkara yang perlu diperhatikan.

Pertama: berdusta

Jagalah lidah agar tidak  berdusta baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Menurut Imam Al-Ghazali hal demikian akan mendorong untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius karena berdusta termasuk induk dosa-dosa besar. 

Kedua: menyalahi janji

Dilarang menjanjikan sesuatu tapi kemudian tidak menepatinya. Hendaknya berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan dalam bentuk perkataan. Jika  terpaksa harus berjanji, jangan sampai  mengingkari janji tersebut, kecuali jika dalam keadaan halangan yang begitu darurat.  Sebab, menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya akhlak. 

Sesuai perkataan Rasulullah bersabda, “Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan salat. Yaitu, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.”

Ketiga: ghibah (menggunjing)

Orang yang melakukan perbuatan tersebut lebih hebat daripada tiga puluh orang pezina. Begitulah yang terdapat dalam riwayat. Makna ghibah adalah membicarakan seseorang dengan sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. 

Hindarilah juga untuk menggunjing secara halus. Misalnya dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali   ingin menyatakan maksu secara tidak Iangsung dengan berkata, “Semoga Allah memperbaiki orang itu. Sungguh tindakannya sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki kita dan dia.”

Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu ghibah (karena dari pernyataanya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa diri sendiri bersih tidak bersalah. Tapi, jika engkau benar-benar bermaksud mendoakannya, maka berdoalah secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan perbuatannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia dan aibnya. Kalau engkau menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau sedang membuka aibnya. 

Cukuplah firman Allah, ini menghalangimu dari ghibah, “Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian senang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian tidak menyukainya” (Q.S. al-Hujurat: 12).
Selain yang harus diketahui, apabila  membuka aib orang lain, maka Allah akan jadikan lidah-lidah yang tajam mencabik-cabik kehormatanmu di dunia, lalu Allah akan membuka aibmu di akhirat di hadapan para makhluk-Nya pada hari kiamat.

Keempat: mendebat orang

Dengan mendebat, kita telah menyakiti, menganggap bodoh, dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri serta merasa lebih pandai dan berilmu. 

Rasulullah bersabda, “Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga yang paling tinggi.”

Jangan sampai  tertipu oleh setan yang berkata padamu, “Tampakkan yang benar, jangan bersikap lemah!” Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang bodoh kepada keburukan dalam bentuk kebaikan. 

Jikalau ingin memberitahu sesuatu berupa nasihat, maka lakukanlah  secara rahasia bukan dengan cara mendebat.

Kelima: mengklaim diri bersih dari dosa

Allah Ta'ala berfirman, “Jangan kalian merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa” (Q.S. an-Najm: 32).

Sebagian ahli hikmat ditanya, “Apa itu jujur yang buruk?” Mereka menjawab, “Seseorang yang memuji dirinya sendiri.” Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu akan mengurangi kehormatanmu di mata manusia dan mengakibatkan datangnya murka Allah.  Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat manusia bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka membanggakan kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka sendiri, bagaimana hatimu membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di belakang mereka. 

Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika engkau mulai membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu akan mereka ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu.

Keenam: mencela.

Jangan sampai mencela ciptaan Allah Swt, baik itu hewan, makanan, ataupun manusia. Janganlah  dengan mudah memastikan seseorang yang menghadap kiblat sebagai kafir, atau munafik. Karena, yang mengetahui semua rahasia hanyalah Allah. Oleh karena itu, jangan mencampuri urusan antara hamba dan Allah Swt. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat engkau tak akan ditanya, “Mengapa engkau tidak mencela si fulan? Mengapa engkau mendiamkannya?” Bahkan, walaupun engkau tidak mencela iblis sepanjang hidupmu dan engkau melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya tentang hal itu serta tak akan dituntut karenanya pada hari kiamat. 

Tapi, jika engkau mencela salah satu makhluk Allah, baru engkau akan dituntut. Sebagai panutan Nabi  sendiri sama sekali tidak pernah mencela makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya. Jika tidak, beliau tinggalkan.

Ketujuh: mendoakan keburukan bagi orang lain

Peliharalah lidah untuk tidak mendoakan keburukan bagi suatu makhluk Allah. Jika ia telah berbuat aniaya padamu, maka serahkan urusannya pada Allah.

Dalam sebuah hadist disebutkan, “Seorang yang dianiaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya sehingga menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih memiliki satu kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat.”

Kedelapan: bercanda, mengejek, dan menghina orang

Peliharalah lidah baik dalam kondisi serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa, membuat risau, dan menyakiti hati. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka dan marah serta dapat menanamkan benih-benih kedengkian di dalam hati. Oleh karena itu, jangan bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda denganmu,jangan kau balas. Berpalinglah sampai mereka membicarakan hal lain.

Add comment

Submit