Muslimahdaily - Menyebut air mulia pastilah segera terpikirkan zamzam. Mengingat betapa ajaibnya mata air zamzam yang memancar terus menerus tak pernah kering meski di tengah gurun pasir, serta sangat manjur untuk pengobatan segala penyakit. Namun ternyata, ada jenis air lain yang lebih mulia dari zamzam, apakah itu?

Air memiliki makna yang sangat berharga di dalam Islam. Al Qur’an bahkan menyebutnya sebagai sebab kehidupan beragam makhluk hidup. Allah berfirman, “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30).

Begitu berfaedah air dalam kehidupan. Pun begitu beragam jenis air yang Allah ciptakan. Masing-masing memiliki keutamaan yang berbeda. Setiap jenis air berada di tingkatan yang tak sama dalam hal kemuliaan. Zamzam tidaklah menempati posisi pertama, ada jenis air lain yang dianggap lebih mulia dari zamzam.

Para ulama syafi’iyyah memiliki pendapat tentang urutan air yang paling mulia dan paling afdhal. Di dalam urutan tersebut, peringkat pertama yang paling mulia ialah air yang keluar dari jemari Rasulullah. Adapun zamzam di peringkat kedua setelahnya.

Air Mukjizat Lebih Mulia dari Zamzam

Ulama mazhab syafi’i berpendapat bahwa air yang paling mulia dan paling afdhal adalah air yang keluar dari jemari Rasulullah. Mereka membuat urutan air yang paling afdhal yakni: 1. Air yang keluar dari jemari Rasulullah, 2. Air zamzam, 3. Air telaga Al Kautsar, 4. Air Sungai Nil, 5. Air dari sungai lainnya.

Terdapat hadits yang menceritakan tentang air mukjizat ini. Yakni dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengisahkan,

“Pada peristiwa perang Hudaibiyah, para shahabat mengalami kehausan. Ketika itu di hadapan Rasulullah terdapat sebuah wadah berisi air. Beliau pun berwudhu darinya. Para sahabat kemudian menghampiri Rasulullah dengan wajah yang nampak susah dan sedih.

Rasulullah lalu bertanya, ‘Ada apa dengan kalian?’

Para shahabat menjawab, ‘Wahai Rasulullah, Kami tidak memiliki air untuk berwudhu, tidak pula untuk minum selain air yang ada di hadapanmu.’

Kemudian Rasulullah meletakkan tangan beliau ke dalam bejana, seketika itu air memancar deras dari sela-sela jari jemari beliau seperti mata air, kami segera minum dan berwudhu dengan air itu.”

Jabir kemudian ditanya, “Berapa jumlah sahabat ketika itu?” Jabir menjawab, “Seandainya jumlah kami seratus ribu, niscaya air itu mencukupi kami. Ketika itu jumlah kami seribu lima ratus orang.” (HR. Al Bukhari).

Masya Allah, betapa menakjubkan mukjizat Rasulullah. Dari sela jemari beliau memancar deras air yang jernih lagi bersih. Pantaslah air ini kemudian dianggap lebih mulia dari zamzam sebagaimana kemuliaan nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Zamzam Lebih Mulia dari Air Al Kautsar

Ulama syafi’i kemudian berpendapat bahwa air zamzam berada di peringkat kedua dalam hal kemuliaan. Bukan air telaga Al Kautsar, melainkan air zamzam. Padahal, telaga Rasulullah sangatlah istimewa karena menjadi pelepas dahaga umat beliau di hari pembalasan kelak. Bahkan setiap orang yang meminum air dari telaga Al Kautsar, selama-lamanya tak akan pernah merasa kehausan.

Begitu istimewanya Al Kautsar hingga muncul pertanyaan, mengapa ulama mendahulukan zamzam dibanding Al Kautsar? Namun tentu saja ada alasan dibaliknya. Terdapat hal istimewa yang membuat zamzam lebih afdhal dari Al Kautsar.

Menurut beberapa ulama syafi’iyyah, di antaranya Al Bulqini, Al Haitami, dan lainnya, bahwasanya air zamzam lebih afdal dari air telaga Al Kautsar dikarenakan penggunaannya. Air zamzam pernah dipilih malaikat Jibril untuk menyucikan hati Rasulullah di malam Isra’ dan Mi’raj. Seandainya Al Kautsar lebih mulia, pastilah Jibril lebih memilih air tersebut ketimbang air zamzam.

Tentu pendapat ulama berdasarkan ilmu mumpuni yang mereka miliki. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya terdapat air yang lebih mulia dari zamzam yakni air yang memancar dari sela jemari Rasulullah. Meski demikian, zamzam berada di peringkat kedua setelahnya dan memiliki posisi lebih afdhal dari air Telaga Al Kautsar. Wallahu a’lam.

Afriza Hanifa

Add comment

Submit