Muhasabah, Andai ini Ramadhan Terahirku

Muslimahdaily - Denting waktu itu terus berjalan, menemani setiap waktuku di atas tanah ini. Di hamparan tanah yang luas, tiap harinya aku beribadah, mencari kehidupan, namun terkadang aku khilaf dan terjerumus dalam kemungkaran. Memulai hari dengan sinar mentari yang mampu menghangatkan jiwaku, bersama malam di cahaya rembulan. Namun aku yakini, kelak aku akan berada di bawah tanah, hanya berteman dengan sebuah amal yang entah sebesar. Apakah aku sudah siap untuk berpulang?

Dalam firman Allah Sibahanu Wa Ta'ala yang artinya, “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (QS. Al Baqarah : 28).
Hal ini menunjukan adanya keharusan dalam mempersiapakan menuju hari kembali. Sehingga aku pun perlu mengisi kembali iman dan takwa dalam jiwa ini.

Ramdhahan...

Sungguh, satu bulan yang memiliki keistimewaan, di dalamnya ada malam yang memiliki kemulian lebih dari 1000 bulan, pantaskah jika para sahabat dulu senantiasa menantinya. Dalam kilauan senja menunggu ifthar dibarengi lantunan ayat suci. Menuju malam dalam qiyamul lail, dan sunyi malam pecah dalam kebersamaan sahur.  

Kehadiran ramadhan, surau-surau pun ramai dengan jiwa-jiwa perindu Surga. Dosa-dosa beterbangan menjauh dari sang pemiliknya, mengalir bersama banyaknya air wudhu, meredam dengan banyaknya tilawah, terkikis oleh kesabaran dan silaturahmi, bahkan ia berlari dengan sumbernya, syaithan.

Andai ini Ramadhan terahirku, siapkah aku terpisah dari nya?

Tentu tidak aku tidak mampu. Tapi aku tak bisa melawan ajalku. Jika memang aku tak akan bertemu dengan nya lagi, maka aku tak akan membiarkan sedetik waktuku pada hal yang sia-sia.

Apapun yang aku baca adalah bacaan yang mampu menambah timabangan amalku kelak, tilawah al-qur’an, memahami buku-buku tentang agama, niscaya aku akan menghindari hal-hal yang sia-sia. Lisanku pun ku tutup dengan kuat dari ghibah terlebih fitnah. Ku biarkan lisan ini lebih banyak menebarkan kebaikan dari biasanya.

Apapun yang aku dengar adalah suara-suara yang mampu menambah timabangan amalku kelak, mendengar muratal Al-qur’an, mendengar ceramah-ceramah para ustadz, niscaya aku akan menghindari musik-musik yang tiada guna.

Langkah kaki ini pun tak akan kulabuhkan pada tempat sarat maksiat, ku labuhkan pada kajian-kajian yang sarat manfaat dan pahala serta rahmat. Tanganku ku senantiasakan membantu orang-orang yang membutuhkan, tak ku biarkan ia melakukan perkara yang tiada guna.

Andai ini Ramadhan terkahirku...

Akan ku datangi keluarga dan sahabat-sahabatku, meminta maaf, terlebih orangtua yang sampai kapan pun jasanya tak mampu terbalas. Tangisku tak henti mengiringi jasad ini yang menebar kebaikan di Ramadhan terkahir.

Add comment

Submit