Muslimahdaily - Sirah nabawiyah atau sejarah Nabi yang umumnya diajarkan pasti tak pernah lepas dari kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerima waktu pertama di Gua Hira. Namun, tak dijelaskan secara detail mengapa Rasulullah berada di Gua Hira pada saat itu.

Keberadaan Rasulullah di Gua Hira sebenarnya bukanlah hal yang aneh. Pasalnya, Rasulullah memang mempunyai kebiasaan untuk berdiam diri di Gua Hira semenjak usia muda. Berdiam diri yang dilakukan Rasulullah tidaklah sama dengan bertapa, melainkan merenung dan mensyukuri nikmat Allah.

Kebiasaan yang dinamakan dengan tahannuts ini sejalan dengan ajaran Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Para Hanif atau Hunafa yang merupakan penganut ajaran Nabi Ibrahim sudah biasa melakukukan tahannuts. Sebagaimana banyak dikisahkan, Nabi Ibrahim pernah memperhatikan bulan dan bintang yang pernah dikiranya sebagai Tuhan, hingga kemudian Allah memberinya wahyu bahwa Allah-lah Tuhan Pencipta bulan dan bintang itu. Dalam sebuah riwayat juga pernah disebutkan bahwa kakek Nabi, Abdul Muthalib pernah melakukan tahannuts.

Di samping sudah menjadi kebiasaan, Allah memang menumbuhkan sifat suka menyendiri dalam sosok Rasulullah. Melansir dari laman Islami.co, maksudnya bukan berarti Rasulullah adalah seorang introver atau anti sosial, namun lebih kepada menjauhi kerumunan dan hal-hal yang kurang manfaatnya. Rasulullah menyendiri lebih kepada prinsip daripada rasa minder. Selain itu, Rasulullah muda mempunyai gelar Al Amin, yakni orang yang dipercaya. Rasa-rasanya cukup aneh bila seseorang yang dipercaya itu memiliki sifat minder dan anti-sosial.

Dari usia muda ke dewasa, Rasulullah makin sering melakukan tahannuts. Sifatnya yang makin bijaksana sering kali mengundang rasa penasaran Rasulullah akan sikap-sikap penduduk Mekkah di masa Jahiliyah. Untuk itulah beliau ber-tahannuts.

Namun, sekali lagi tahannuts yang Rasulullah lakukan bukanlah untuk menghindari kontak sosial. Hal ini terbantah oleh salah satu riwayat yang menyebutkan bahwasanya Rasulullah akan membagikan bekal makanan yang ia bawa ke Gura Hira kepada siapa saja yang beliau temui di jalan. Jika Rasulullah berniat untuk memutus kontak sosial, tentulah beliau akan menghindari siapapun.

Adapun sebuah riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah tahannuts selama sepuluh hari dalam setahun. Sementara pendapat lain menyebutkan beliau tahannuts selama satu bulan setiap tahun. Setelah menikah, Sayyidah Khadijah senantiasa menyiapkan makanan untuk bekal suaminya di Gua Hira. Ketika bekal itu habis karena dibagikan atau dimakan sendiri, Rasulullah akan kembali ke rumah dan akan membawa bekal lagi. Begitu seterusnya.

Apa yang dilakukan Rasulullah saat tahannuts?

Melansir dari laman Iqra.id, Syekh Abdurahman Ba’wa ibn Muhammad Al Malibary dalam kitabnya Limadza, mengutip jawaban Al ‘Alamah tentang alasan Rasulullah memilih Gua Hira untuk tahannuts. Katanya, selain sebagai tempat ibadah, Gua Hira adalah tempat yang posisinya langsung menghadap kiblat. Di dalam gua, ada sebuah lubang kecil yang jika diintip akan tampak lurus menuju Ka’bah.

Dilansir dari Islami.co yang mengutip dari keterangan Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa tahannuts Rasulullah dilakukan dengan merenung, bertafakkur, dan berdzikir kepada Allah serta mensucikan-Nya dari segaal sifat yang tidak wajar bagi Allah. Sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim ajaran Hanif adalah ajaran yang lurus dan tidak menyimpang.

Setelah tahannuts, biasanya Rasulullah pergi ke Ka’bah dan melakukan thawaf sebanyak tujuh kali atau sebanyak yang dikehendaki Allah.

Ibnu Hisyam Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Beliau memberi makan siapa di antara orang-orang miskin yang mendatangi beliau. Dan apabila Rasulullah telah menyelesaikan keberadaan beliau di sana, selama sebulan itu (ber-tahannuts), yang pertama beliau lakukan adalah datang ke Ka’bah sebelum kembali ke rumah beliau untuk berthawaf sebanyak tujuh keliling. Atau sebanyak apa yang dikehandaki Allah Subhanahu wa ta’ala. “

Tahannuts yang bisa dilakukan di zaman sekarang

Tentu tidaklah mungkin seluruh umat Muslim mencontoh kebiasaan tahannuts Rasulullah dengan pergi ke gua lalu menyendiri. Tahannuts tetap bisa dilakukan hanya saja dalam bentuk kegiatan yang berbeda, namun pada hakikatnya sama, yakni merenung dan mengingat Allah.

Melansir dari laman Iqra.id, salah satu hikmah menyendiri adalah untuk menjauh dari hiruk pikuk gemerlapnya dunia. Penyakit hati seperti sombong, ujub, riya, dengki, dan cinta dunia hanya dapat dihilangkan dengan berdiam diri sejenak seraya memikirkan kebesaran Allah. Dengan demikian, penyakit-penyakit tersebut dapat hilang secara perlahan.

Allah berfirman,

“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 191).

Tahannuts di jaman sekarang bisa dilakukan dengan mendirikan shalat tahajud di sepertiga malam. Di saat inilah seseorang jauh dari hiruk pikuk gemerlap dunia. Kesempatan yang spesial untuk dirinya dan Tuhan saja.

Wallahu ‘alam.

Itsna Diah

Add comment

Submit