Muslimahdaily – Puasa Ramadhan disyariatkan pada saat Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wasallam berada di Kota Madinah. Di kota ini, Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wasallam hidup kurang lebih sepuluh tahunan.
Lalu, berapa kali Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wasallam menemui bulan Ramadhan dan berpuasa di dalamnya?
Jika dilansir dari sejarah, Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi Wasallam diketahui berpuasa selama sembilan kali Ramadhan. Bila dirincikan, delapan kali beliau berpuasa selama 29 hari dan satu kali berpuasa selama 30 hari. Dalam sistem kalender Qomariyah, penentuan jumlah hari dalam setiap bulannya memang berjumlah ganjil 29 atau genap 30 hari.
Kewajiban berpuasa Ramadhan dimulai sejak tahun kedua Hijriah. Masa itu bertepatan ketika Rasulullah Shalaulahu Alaihi Wassalam baru sekitar 18 bulan bertempat tinggal di Madinah. Pada akhir Sya'ban, wahyu Allah Surat al-Baqarah ayat ke-183 turun. Isinya memerintahkan umat Islam melaksanakan puasa Ramadhan.
يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Rasulullah Shalaulahu Alaihi Wassalam memiliki tradisi menggiatkan ibadah sosial dan personal setiap Ramadhan. Dalam buku Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah disebutkan, khususnya bulan Ramadhan, Jibril menemui Rasulullah setiap malam.
Kemudian, Rasulullah Shalaulahu Alaihi Wassalam mentadaruskan Alquran di hadapan Jibril. Hal ini menunjukkan keistimewaan bulan Ramadhan sebagai waktu untuk menjaga hafalan Alquran.
Adapun ibadah-ibadah lainnya yang digiatkan Nabi Shalaulahu Alaihi Wassalam setiap Ramadhan adalah umrah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari, Rasulullah bersabda, "Umrah di bulan Ramadhan sama dengan berhaji atau berhaji dengan aku (Rasulullah)."
Puasa itu dapat dipilah jadi tiga tingkatan. Mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah, yakni puasanya orang awam, puasanya khawas, dan puasanya khawasul khawas.
Puasanya orang awam sekadar menahan haus dan lapar semenjak terbitnya hingga terbenamnya matahari. Puasa khawas tidak sekadar menahan diri dari makan dan minum, melainkan juga ucapan-ucapan yang percuma dan menyakitkan hati.
Menurut para ulama, puasa khawasul khawas merupakan milik para nabi dan rasul Allah. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya seluruh amal anak Adam itu untuk diri mereka sendiri kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya."