Muslimahdaily - Bulan Dzulhijjah segera tiba, membawa serta keberkahan dan kesempatan emas bagi umat Islam untuk meraih pahala yang berlimpah. Selain Idul Fitri di bulan Syawal, bulan Dzulhijjah menjadi tuan rumah bagi perayaan Idul Adha dan dirangkai dengan serangkaian amalan mulia yang memiliki keutamaan luar biasa.
Dalam kalender Islam, kita mengenal dua hari raya besar yang disyariatkan: Idul Fitri di bulan Syawal dan Idul Adha yang jatuh pada bulan Dzulhijjah. Sebagaimana bulan Syawal dihiasi dengan keutamaan puasa enam hari, Dzulhijjah pun menyimpan berbagai amalan khusus dengan fadhilah (keutamaan) yang agung. Bahkan, Dzulhijjah tergolong sebagai salah satu dari empat bulan haram (mulia) yang disebutkan secara khusus dalam Al-Qur'an, menandakan kedudukannya yang istimewa.
Imam Fakhruddin Ar-Razi, dalam kitab tafsirnya yang monumental, Mafatihul Ghaib, memberikan pencerahan mengenai keistimewaan empat bulan haram ini, yang tercantum dalam Surat At-Taubah ayat 36.
Menurut beliau, pada bulan-bulan mulia tersebut, ganjaran atas perbuatan maksiat akan terasa lebih berat, dan sebaliknya, pahala untuk setiap ketaatan dan amal shaleh akan dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Beliau mencontohkan bagaimana hari Arafah memiliki kekhususan ibadah yang membedakannya dari hari-hari lain, demikian pula keutamaan yang terkandung dalam bulan-bulan mulia ini secara umum. (Fakhruddin Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Mesir, Al-Mathba'ah Al-Islamiyah: 1872] Juz 4, halaman 432).
Mengingat kedudukannya yang begitu agung, sangat dianjurkan bagi setiap Muslim untuk menghidupkan hari-hari di bulan Dzulhijjah dengan berbagai bentuk ibadah.
Berikut adalah 7 amalan utama yang dapat kita lakukan di bulan Dzulhijjah, beserta dalil dan penjelasannya:
1. Berpuasa pada Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah
Pada sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah, umat Islam disunnahkan untuk memperbanyak ibadah puasa. Keutamaannya begitu besar, sebagaimana ditegaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ أَنَّهُ قَالَ: مَا الْعَمَلُ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ أَفْضَلَ مِنَ الْعَمَلِ فِى هَذِهِ قَالُوا وَلاَ الْجِهَادُ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَىْءٍ
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda: ‘Tidak ada amal ibadah yang lebih utama selain yang dikerjakan pada sepuluh hari ini (maksudnya sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah).’ Para sahabat bertanya: ‘Apakah sekalipun jihad di jalan Allah?’ Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menjawab: ‘Sekalipun dari jihad. Kecuali seseorang yang keluar untuk berjihad dengan diri dan hartanya, lalu tidak ada sedikitpun yang kembali daripadanya.’” (HR. Bukhari).
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menjelaskan bahwa hadits ini menjadi landasan kuat bagi para ahli fiqih mengenai kesunnahan berpuasa pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, karena ibadah puasa termasuk dalam kategori amal shaleh yang paling utama. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, [Mesir, Al-Mathba'ah Al-Islamiyah: 1872] Juz 2, halaman 480).
2. Menghidupkan Malam-Malam di Awal Dzulhijjah
Tak hanya siang harinya yang penuh berkah, malam-malam pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah juga memiliki nilai yang sangat istimewa untuk diisi dengan ibadah.
عن قتادة، عن ابن المسيب، عن أبي هريرة عن النبي ﷺ قال: ما من أيام أحب إلى الله أن يتعبد له فيها من عشر ذي الحجة، يعدل صيام كل يوم منها ، وقيام كل ليلة منها بقيام ليلة القدر
Artinya: “Dari Qatadah, dari Ibnu Al-Musayyib, dari Abi Hurairah dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam bersabda: ‘Sepuluh hari pertama dalam Dzulhijjah merupakan hari yang sangat disenangi oleh Allah, karenanya beribadahlah pada-Nya; puasa setiap harinya (di dalamnya) setara dengan puasa setahun, dan menghidupkan setiap malamnya (dengan ibadah) setara dengan menghidupkan Lailatul Qadar.’” (HR. Imam Tirmidzi).
3. Memperbanyak Dzikir (Tahlil, Tahmid, Takbir)
Lisan seorang Muslim dianjurkan untuk senantiasa basah dengan dzikrullah (mengingat Allah), terutama di hari-hari mulia awal Dzulhijjah ini.
عن ابن عمرعن النبي ﷺ، قال: ما من أيام أعظم [عند الله] ولا أحب إليه العمل فيهن من هذه الأيام العشر، فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد
Artinya: “Dari Ibnu Umar dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam bersabda: ‘Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih dicintai-Nya untuk beramal di dalamnya selain sepuluh hari ini (Dzulhijjah). Maka perbanyaklah di dalamnya ucapan tahlil (Laa ilaaha illallah), takbir (Allahu Akbar), dan tahmid (Alhamdulillah).’” (HR. Imam Ahmad).
4. Melakukan Berbagai Amal Shalih Secara Umum
Pintu kebaikan terbuka selebar-lebarnya di awal Dzulhijjah untuk segala bentuk amal shalih, tidak terbatas pada ibadah tertentu.
قوله ﷺ: ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام
Artinya: “Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam bersabda: ‘Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih dicintai oleh Allah selain hari-hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah).’” (HR. Imam Ahmad).
Ibnu Abbas RA berpendapat bahwa frasa "amal shaleh" yang dimaksud dalam hadits ini bersifat umum, mencakup segala jenis perbuatan baik, mulai dari shalat, sedekah, membaca Al-Qur'an, silaturahmi, hingga membantu sesama. (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma’arif [Beirut, Maktabah Islami:2007], Hal 459).
5. Berpuasa pada Hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah)
Selain puasa umum di sepuluh hari pertama, terdapat anjuran khusus untuk berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah, yang dikenal sebagai hari Tarwiyah. Imam Al-Qarafi menjelaskan dalam kitabnya Adzakhirah:
وفي الجواهر يستحب صوم تاسوعاء ويوم التروية وقد ورد صوم يوم التروية كصيام سنة وصوم الأشهر الحرم وشعبان وعشر ذي الحجة وقد روي أن صيام كل يوم منها يعدل سنة
Artinya: “Menurut pendapat ulama mayoritas, berpuasa pada hari Tasu'a (9 Muharram) dan hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah) disunnahkan. Sesungguhnya telah disebutkan bahwa berpuasa pada hari Tarwiyah (pahalanya) seperti puasa satu tahun, (demikian juga) berpuasa pada bulan-bulan Haram, Sya’ban, dan sepuluh hari Dzulhijjah. Dan sesungguhnya diriwayatkan bahwa berpuasa pada setiap hari dari hari-hari tersebut (awal Dzulhijjah) setara dengan (puasa) setahun.” (Al-Qarafi, Adzakhirah Lil Qarafi, [Beirut: Darul Gharab Al-Islami: 1994], Juz 2, Hal 530).
6. Berpuasa pada Hari Arafah (9 Dzulhijjah)
Puncak dari rangkaian puasa sunnah di awal Dzulhijjah adalah puasa pada hari Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu dapat menghapus dosa-dosa.
عن أبي قتادة، قال: سئل رسول الله ﷺ: عن صوم يوم عرفة؟ قال:"يكفر السنة الماضية والباقية" رواه مسلم
Artinya: “Dari Abi Qatadah, ia berkata: Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam ditanya tentang puasa hari Arafah. Beliau menjawab: ‘Puasa tersebut akan melebur (dosa-dosa) tahun yang lalu maupun tahun yang akan datang.’” (HR. Imam Muslim).
7. Menunaikan Ibadah Haji (Bagi yang Mampu)
Bagi umat Islam yang memiliki kemampuan fisik, finansial, dan keamanan perjalanan, menunaikan ibadah haji adalah amalan puncak yang dilaksanakan di bulan Dzulhijjah. Ibadah haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam.
Ibnu Rajab Al-Hanbali menyatakan dalam Lathaiful Ma’arif:
فينبغي أن يكون الحج أفضل من الجهاد؛ لأن الحج مخصوص بالعشر، وهو من أفضل ما عمل في العشر، أو أفضل ما عمل فيه
Artinya: “Sudah sewajarnya bahwa haji lebih utama dari jihad (dalam konteks amal di sepuluh hari Dzulhijjah); sebab peribadatan haji dikhususkan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Ibadah haji merupakan amal yang paling utama dilaksanakan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, atau amal terbaik yang dilakukan di dalamnya.” (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma’arif [Beirut, Maktabah Islami: 2007], Hal 462).
Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan kita semua kemudahan dan taufik-Nya untuk dapat mengisi hari-hari yang sangat berharga di bulan Dzulhijjah ini dengan amalan-amalan terbaik, demi meraih ridha, ampunan, dan pahala yang berlipat ganda dari sisi-Nya. Aamiin.