Muslimahdaily - Bagusnya penampilan luar tak berbanding lurus dengan baiknya hati. Penampilan luar dapat menipu, namun kebaikan hati dapat membawa kebahagiaan rumah tangga tak hanya di dunia, namun juga akhirat.
Sebuah hadits diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d As Sa’idi, ia berkisah, “Seorang pria berlalu di hadapan Rasulullah, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata pada seorang di sisinya, “Apa pendapatmu tentang orang ini?” Seorang itu menjawab, “Ia termasuk orang yang paling mulia. Demi Allah, apabila ia melamar seorang wanita, maka pasti akan dinikahkan. Ababila ia memberi syafa’at, maka pasti akan berhasil.”
Rasulullah terdiam. Kemudian seorang pria lain berlalu di hadapan beliau. Rasulullah bertanya kembali kepada orang yang duduk di sisi beliau, “Apa pendapatmu tentang orang ini?” Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, orang ini termasuk yang paling miskin dari kaum muslimin. Apabila ia melamar, pasti tidak akan dinikahkan. Apabila ia memberi syafa’at pasti tidak akan dikabulkan. Apabila ia berbicara maka ucapannya tak akan didengar.”
Rasulullah lalu bersabda, “Orang ini (yang kedua) lebih baik daripada sejumlah orang itu (yang pertama) walaupun sepenuh bumi.” (HR. Al Bukhari).
Seorang yang miskin, lemah, berpenampilan sederhana, namun di dalam hatinya tertancap keimanan dan keislaman yang kuat, ia menjadi seorang terbaik di muka bumi. Seorang yang tak memiliki harta, tak pula kedudukan, ia lemah dan berpenampilan seadanya, namun ia rukuk dan sujud kepada Allah, maka ia menjadi seorang yang diagungkan. Bahkan keagungannya tak hanya melebihi satu, sepuluh, atau seribu, melainkan seluruh manusia yang ada di bumi.
Sayangnya, seorang seperti itu bahkan sering kali tertolak jika melamar wanita. Seorang yang menjadi manusia unggul di muka bumi, ternyata selalu gagal setiap melamar. Alasannya satu, karena kebanyakan orang menilai fisik luar dan tidak memperhatikan baiknya hati.
Padahal, Islam selalu memperhatikan sisi keimanan dan keislaman seseorang sebelum melihat sisi luarnya. Hati menjadi tolak ukur keunggulan seseorang. Semestinya hal ini perlu diperhatikan kaum muslimin.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tak melihat kepada fisik-fisik kalian, tidak pula kepada rupa-rupa kalian. Akan tetapi, Ia melihat kepada hati dan amalan-amalan kalian.” (HR. Muslim).
Dahulu generasi awal Islam, seorang bapak biasa menikahkan putrinya dengan pria saleh dan bukan pria tampan ataupun kaya. Jika ia saleh lagi tampan dan kaya, maka itu sebuah keutamaan. Namun jika harus memilih, maka pria saleh jauh lebih utama.
Pernah seorang bertanya pada Al Hasan cucu Rasulullah, “Pria manakah yang engkau suruh aku menikahkannya dengan putriku?”
Al Hasan radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Nikahkanlah ia dengan pria yang beriman, karena bila ia (pria beriman itu) mencintainya maka ia akan memuliakannya. Dan bila ia membenci maka ia tidak akan menzhaliminya.”
Syekh Abdullah Utsman Adz Dzammari dalam “Ni’matu Zawaj wa Shalahuz Zaujain” menjelaskan, di era sekarang ini, banyak pemuda yang terdiam kebingungan saat menghadapi problema masyarakat yang sangat memberatkan. Para bapak memilih pria secara penampilan fisik dan bukan kebaikan hati saat menikahkan anaknya. Pun dengan seorang wanita yang sering kali melihat penampilan luar dari pada batin saat memilih pria calon suaminya.
“(Padahal) seorang pemuda yang beriman, yang selalu ruku dan sujud, mampu menjadi seorang yang tegar dan kokoh dalam memegang pernikahan yang syar’i dan keutamaan yang agung,” ujarnya.