Muslimahdaily - Setiap pasangan yang menikah pasti ingin mendapatkan keturunan. Hal ini tentunya hanya bisa ditempuh dengan cara berjima’. Sesungguhnya ketika seorang suami mendatangi istri dengan harapan mendapatkan keturunan atau menjaga kesucian dirinya dan istrinya, maka ia akan mendapatkan pahala atas hal tersebut.
Tentunya untuk mendapat pahala tersebut kita harus memperhatikan adab-adab yang harus dilakukan ketika hendak berjima’. Berikut 11 hal mengenai adab-adab dalam berjima’ dari buku Bingkisan tuk Kedua Mempelai karya Abu Abdirrahman Sayyid bin Abdirrahman Ash-Shubaihi.
Pertama yang paling utama adalah berdoa dengan do’a yang masyhur dari Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam agar terhindar dari godaan syaithan.
بِاسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan menyebut asma Allah. Ya Allah jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaithan dari rezki yang Engkau berikan kepada kami.”
1. Melepaskan Pakaian Keduanya
Hendaknya tidak menggauli istrinya dalam keadaan sang istri masih mengenakan pakaian. Bahkan hendaknya tidak dia gauli hingga istri menanggalkan seluruh busananya, kemudian masuk ke dalam satu selimut bersamanya. Bagi suami hendaknya melucuti pakaiannya sendiri dengan cara bergantian dan pelan-pelan atau bertahap sehingga istri tidak terkejut.
2. Tidak Boleh Melakukan Azl
Sudah seharusnya bagi suami yang menggauli istrinya yang masih perawan untuk tidak melakukan azl, yaitu ketika seorang suami mencabut batang kemaluannya dari dalam kemaluan istri ketika air mani hampir keluar kemudian menumpahkannya di luar. Demikian juga sebaiknya sang suami tidak mencabutnya kecuali setelah keluar air mani dan sang istri mencapai tingkat orgasme.
Hal itu dimaksudkan agar air mani segera menuju ke rahim. Jika Allah menghendaki makan dari situ akan diberikan keturunan yang bermanfaat bagi kedua pasangan.
3. Tidak Ada Ronde Jima
Ronde jima hendaknya tidak ditentukan oleh laki-laki maupun perempuan. Karena hal tersebut terkadang berbeda untuk setiap pasangan. Sedikit banyaknya hal tersebut dipengaruhi oleh faktor tabiat, kemampuan, kebutuhan mendesak, kondisi kesehatan dan kejiwaan serta lingkungan masyarakat.
4. Membersihkan diri dan Memakai Wewangian
Sangat dibenci bagi suami untuk mendatangi istrinya tanpa membersihkan diri dan memakai wewangian. Begitu pun suami tidak boleh mendatangi istri dalam keadaan lalai, karena jika itu terjadi akan bisa merusak dien dan akalnya.
Bagi suami istri disunnahkan untuk menggosok gigi kemudian memakai pewangi mulut yang berbau semerbak. Hal ini dilakukan agar lebih mudah mendorong keduanya untuk saling bersentuhan dan berpelukan serta mengantarkan pada kecintaan.
5. Membersihkan Kemaluan
Disunnahkan bagi suami dan istri untuk tidak membersihkan kemaluannya dengan satu kain atau handuk. Baiknya masing-masing menyediakan kain sendiri untuk membersihkan kemaluan, baik suami maupun istri.
6. Dilarang Membayangkan Orang Lain
Diharamkan bagi suami dan istri untuk menjima’i istrinya dengan membayangkan laki-laki atau wanita lain, sebab yang demikian itu termasuk dari bentuk zina.
7. Waktu Berjima’
Jima’ boleh dilakukan kapan saja pada setiap bulan, waktu dan hari, dalam setiap kesempatan malam maupun siang, kecuali pada masa-masa haid, nifas, ihram dan puasa.
Namun perlu diingat bahwa pada akhirnya sesuatu yang berlebihan juga tidak baik.
8. Berwudhu Ketika Mengulang Jima'
Apabila seorang suami mendatangi istrinya, kemudian ingin mengulangi jima’ maka hendaknya dia berwudhu, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah,
“Apabila salah seorang diantara kalian mendatangi istrinya, kemudian ingin mengulanginya maka hendaknya dia berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Sebab hal itu akan lebih memberikan semangat untuk mengulangi.” (HR. Muslim)
9. Berwudhu Sebelum Tidur Setelah Jima’
Apabila hendak tidur sedang keduanya dalam keadaan junub, hendaknya berwudhu juga. Dari Aisyah radhiallahu anhu, dia berkata:
“Bisanya Rasulullah, apabila hendak makan dan tidur sedang beliau dalam keadaan junub, beliau membasuh kemaluannya kemudian berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat." (H”. Al-Bukhari)
10. Mandi Janabah Sebelum Shalat
Setelah melakukan hubungan badan, suami dan istri wajib untuk mandi janabah sebelum shalat. Jika ingin mandi sebelum tidur maka itu akan lebih afdhal. Hal ini berdasarkan hadist Abdullah bin Qais dia berkata:
“Aku bertanya kepada Aisyah: Apa yang Nabi lakukan ketika junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi? Dia menjawab: ‘semua itu pernah dilakukan oleh Rasulullah. Terkadang beliau mandi dahulu baru kemudian tidur dan terkadang pula beliau hanya wudhu baru kemudian tidur. ‘ Maka aku mengatakan: ‘Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menjadikan keleluasaan dalam perkaran dien ini.” (HR. Muslim dan Ahmad)
11. Mandi Bersama
Diperbolehkan bagi kedua mempelai untuk mandi bersama di satu tempat. Meskipun saling melihat aurat satu sama lain. Dari Aisyah, ia berkata:
“Aku mandi bersama Rasulullah dari satu tempayan, dan kami sama-sama mengambil air dari tempayan tersebut.” (HR. Muslim)