Muslimahdaily - Cinta adalah fitrah semua manusia, jika fitrah ini tak terjaga, ia kan berubah menjadi fitnah. Memiliki rasa cinta pada lawan jenis sesungguhnya merupakan hal yang patut disyukuri, karena itu tanda bahwa kita normal. Tanda bahwa hormon seks dalam tubuh kita menyala. Tanda bahwa otak kita mampu secara normal menerima feromon yang terpancar secara tak sadar dari tubuh lawan jenis di sekitar kita, dan sesungguhnya ini keadaan yang normal secara fisiologis.
Rasa cinta yang ditolak keberadaannya oleh diri sendiri, cenderung bisa memicu penyakit, pun jika diumbar-umbar terlalu berlebihan dapat menyakitkan. Karena itu, kita perlu jaga hati kita. Terkait menjaga hati, banyak yang akhirnya meniru dan meneladani pasangan Ali dan Fatimah terkait 'cinta dalam hati’, sehingga menyimpan rasa suka dalam hati. Hal ini sesungguhnya baik, namun akan menjadi kurang baik seandainya diam, namun di hatinya penuh obsesi, ‘Pokoknya harus dengannya!’. Ia lupa bahwa cinta dalam hati mereka berdua tidak disertai teriakan dalam hati Tidak mau tahu, Ali/Fatimah harus jadi milikku, kalau tidak, aku sedih,’ sehingga tersakiti oleh obsesi yang berteriak-teriak dalam hati.
Di sisi lain, banyak orang yang lebih suka mengumbar-umbar cinta sebelum waktunya. Alhasil, mereka menyumbang angka kehamilan di luar nikah, dan menyumbang pula angka aborsi di Indonesia. Tentu saja, hal ini pun sangat tidak baik.
Nah, mungkin sahabat muslimah mulai bertanya, bagaimana cara menjaga hati ya?
1.Sadari bahwa rasa cinta itu normal. Cinta adalah hal yang gaib, tak terlihat namun bisa dirasakan.
2.Sadari bahwa selalu terjadi pertempuran bisikan dalam hati. Cinta itu gaib, setan itu gaib, keimanan kita pun gaib. Setan pasti akan selalu membisikkan secara halus kata-katanya dalam hati manusia. Bisikannya biasanya bertahap. Dimulai dari selalu mengarahkan untuk mengingat pada seseorang yang disuka, lalu menaikkan skala imajinasi menjadi ‘ingin memiliki’, lalu pelan-pelan, mengajak untuk mencari tahu lebih, dan kemudian ada bisikan yang mengajak untuk berkomunikasi padahal tak ada sesuatu yang penting. SMS atau misscall dengan alasan membangunkan untuk shalat tahajjud, dan seterusnya. Skala bisikan setan selalu naik, dan setan takkan lelah merayu, merayu, dan merayu.
Ingat selalu prinsip bahwa, Persamaan haq dan bathil : sama-sama saling benci satu sama lain. Perbedaan haq dan bathil : bathil tak segan-segan mengakui haq, sedang yang haq tak sudi melakukan itu.
Maka, selalu tanyakan pada diri sendiri 'Siapa yg membisikkan rasa ini? Siapa yg membisikkan dorongan untuk merespon ini?’ Milikilah keberanian untuk membunuh bisikan-bisikn setan itu.
3. Mintalah selalu perlindungan Allah. Terutama dari godaan setan jika bisikan itu sangat kuat dan terasa sangat indah. Kita perlu menyadari bahwa seringkali kita lemah, melawan bisikan setan kadang tidak mampu. Maka, jika godaan begitu kuat, dan kita menyadari hal itu, segeralah ucapkan penuh makna 'Laa haula walaa Quwwata Illa Billah, Tiada Daya dan Upaya Selain dari Allah'. Maknai dalam-dalam kata itu, sebagai hamba yang lemah, tidak kan pernah mampu melawan bisikan setan kecuali karena kekuatan dariNya.
Serta jangan lupa untuk memanfaatkan segala jenis pertolongan Allah yang tersedia di sekitar kita. Seperti sahabat baik yang bersedia mendengarkan keluhan hati, orangtua, proyek-proyek kebaikan yang menyibukkan kita, dan lain sebagainya.
4. Nilailah diri sendiri. Jika diri sendiri belum siap menikah, maka relakan dirinya pergi. Terkadang, orang-orang baik hadir ke hadapan manusia bukan untuk menjadi jodohnya. Namun seringkali untuk menguji kesabaran kita.
Jika sudah siap, jemputlah dirinya dalam ketegasan. Jangan mau dipermainkan dan dibiarkan tanpa kepastian. Tegas dan serius memperjuangkan dirinya yang serius memperjuangkan. Bisa dengan cara meniru bunda Fatimah yang menanti dalam taat. Bisa juga meniru dan meneladani bunda Khadijah, yang mengajukan diri untuk dilamar Rasulullah, dengan menyadari konsekuensi akan penolakan dan tetap berani melangkah.