Muslimahdaily - Banyak orang yang sibuk merencanakan pesta pernikahan, tanpa merencanakan bagaimana pernikahannya itu sendiri. Mereka sibuk mempersiapkan gedung, konsumsi, undangan, foto prewedding , pelaminan, dan lain-lain yang berhubungan dengan resepsinya. Namun, mereka lupa mempersiapkan pernikahan itu sendiri.
Lupa merancang bagaimana membuat pasangan terbuka dengan kita, sehingga 'tiada rahasia antara kita'. Bagaimana cara menciptakan suasana rumah yang nyaman dengan pola pikir yang berbeda. Bagaimana 'aturan main' yang berlaku di rumah. Bagaimana peran suami dan istri berbagi tugas dalam kehidupan. Bagaimana peran ayah dan ibu saat memiliki anak. Bagaimana menanamkan akhlak pada pasangan dan anak.Bagaimana mengkomunikasikan keinginan pada pasangan. Bagaimana mengelola emosi diri sendiri dan mengelola emosi pasangan. Bagaimana merawat cinta, agar pernikahan tak sekedar 'bertahan demi anak', dan lain-lain.
Tapi, bukan berarti mempersiapkan dan merencanakan resepsi pernikahan itu tak penting. Resepsi biasanya bertujuan memuliakan tamu, meski ada cukup banyak orang yang sampai 'berhutang' kesana-kemari demi melancarkan resepsi yang mewah.
Lantas, bagaimana mempersiapkan pernikahan itu sendiri? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, persiapan niat yang lurus untuk menikah. Apakah niat menikah kita hanya sekedar ‘cinta kepada makhlukNya’, ‘ingin lari dari rumah’, atau betul-betul karena ibadah? Karena, kita pasti akan selalu menuju kepada apa yang kita niatkan kan?
Kedua, persiapan knowledge dan skill. Tentang ilmu dan kompetensi bagaimana menjalani sebuah pernikahan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa kunci keharmonisan pernikahan adalah komunikasi, namun kenapa yang menjadi alasan utama banyak pasutri untuk bercerai adalah karena tidak adanya komunikasi? Hal ini karena mereka hanya tahu rahasia pentingnya komunikasi, namun belum tahu bagaimana berkomunikasi itu sendiri. Karena itu, knowledge dan skill dalam pernikahan tentu penting kita miliki.
Kehidupan pernikahan itu berat, bagaikan mendaki gunung, dan resepsi adalah garis start. Di garis start ini terdapat penonton dan 'media massa' yang akan meliput, menonton, dan mendoakan. Namun, setelah kita berjalan dari tanda start, apakah masih ada penonton yang akan menonton setiap langkah kita? Akankah ada mereka yang membantu kita, ‘selelah’ apapun kita?
Perayaan di garis start sana memang penting, namun hal itu sama sekali tidak menyiapkan stamina kita untuk ‘mendaki gunung’. Untuk mendaki gunung, itu semua ditentukan oleh perbekalan yang Anda berdua siapkan, berupa niat yang lurus serta knowledge dan skill menjalani pernikahan yang tepat. Selamat mempersiapkan pernikahan Anda.