Muslimahdaily - Kehidupan rumah tangga selalu dipenuhi ragam cerita dan rencana masa depan. Sebab, menikah bukan hanya menjalin kebersamaan, tetapi juga mempersatukan dua karakter, dua hati dan pikiran yang terkadang tak sejalan.
Di tengah naik-turunnya finansial yang tak menentu hingga ambisi untuk meraih mimpi yang sudah tertanam, seorang perempuan kerap kali melatih diri mereka untuk lebih mandiri dalam menghadapi situasi. Perempuan saat ini begitu gemilang berkat karya yang ia hasilkan, ataupun memilih untuk berkarir di usia muda.
Ambisi itu membawanya pada rasa nyaman untuk bekerja hingga tak jarang mereka menunda pernikahan demi mempertahankan karir dan impiannya. Ada pula yang masih enggan menikah sebab khawatir belum bisa menjalankan hak dan kewajiban sebagai istri yang semestinya.
Namun, ketika seorang perempuan menikah, ia tetap memiliki kewajiban untuk all out dengan suami dan anak-anaknya, melakukan perannya sebagai seorang istri dan ibu yang baik menurut syariat.
Meski seorang istri yang sudah memulai karir sebelum menikah dan ingin melanjutkan atau mengembangkannya ketika sudah menikah, ia tetap harus patuh dan taat kepada suami tercinta. Sebab tak jarang persoalan rumah tangga yang berujung pada konflik disebabkan suami yang merasa istrinya sibuk dan jarang meluangkan waktu untuk keluarga demi pekerjaannya.
Lalu bagaimana cara agar seorang istri mampu menyeimbangkan antara karir dan keluarganya? Berikut 4 tips yang bisa muslimah lakukan:
Memilih Pekerjaan yang Tidak Merugikan Suami dan Anak
Seorang istri memiliki peran penting dalam keberlangsungan rumah tangga. Ia memiliki tanggung jawab kepada suami dan anak-anaknya. Allah Subhanahu wa ta'ala. berfirman:
وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٞ وَأَنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ
Artinya: “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.” (QS Al-Anfal: 28)
Makna dari ayat ini adalah bahwasannya seorang istri harus menaati titipan yang sudah diberikan Allah Subhanahu wa ta'ala. berupa anak dan harta benda. Anak yang harus dijaga, dirawat, dan dididik dengan baik dan penuh kasih sayang bagaimanapun kondisinya.
Apabila seorang istri memilih untuk bekerja, maka ia harus mencari pekerjaan yang tidak merugikan suami dan anaknya. Pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa harus menyita waktu bersama keluarga. Saat ini banyak pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah atau WFH (Work From Home) seperti menjadi seorang penulis, desainer konten digital, bisnis online, guru les online, pembuat kue, dan lain-lain yang bisa dikerjakan sembari menjaga anak atau menunggu suami pulang dari kantor. Dengan begitu istri tidak perlu khawatir akan meninggalkan kewajibannya di rumah.
Tetap Menomorsatukan Keluarga Dibanding Karir
Impian semua pasangan suami istri muslim di dunia ini adalah memiliki keluarga yang sakinah, mawaddah, marahmah. Mereka bisa menjadi seorang ibu dan ayah yang baik untuk anak-anaknya, mendidik dengan sabar, dan menemani anak di segala situasi sebagai bentuk ibu yang selalu ada. Namun, islam membolehkan seorang istri untuk bekerja. Hal ini ternyata sudah dilakukan oleh beberapa perempuan di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Sebuah hadits riwayat Muslim mengkisahkan seorang sahabat nabi yang bekerja di kebun kurma, bernama Ummu Ma’bad. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengetahui hal itu dan mendoakan Ummu Ma’bad agar biji kurma yang ditanam akan bernilai di hari kiamat.
قَالَ فَلَا يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلَا دَابَّةٌ وَلَا طَيْرٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Setiap biji yang ditanam seorang muslim dan hasilnya dimakan manusia maupun hewan, maka itu bernilai sedekah sampai hari kiamat.” (HR. Muslim).
Sikap Nabi shallallahu alaihi wa sallam menandakan beliau tidak melarang seorang muslimah bekerja, sebaliknya beliau mendoakan akan pekerjaan tersebut menuaikan hasil dan berkah yang melimpah. Jika kita kaitkan dengan kondisi seorang istri yang bekerja, maka hukumnya dibolehkan dengan syarat pekerjaan tersebut tidak menjadikannya lalai dalam mengurus rumah tangga.
Terkadang, seorang istri yang bekerja di luar rumah menyebabkan ia kurang menyediakan waktu yang cukup untuk quality time bersama suami dan anak. Tanpa disadari, hal ini menimbulkan ketimpangan prioritas antara karir dengan keluarga dan harus dibicarakan kembali dengan suami agar keduanya nyaman satu sama lain.
Meluangkan Waktu untuk Bermain Bersama Anak
Selain diharapkan menjadi istri yang taat kepada suami, perempuan muslimah yang sudah menikah juga harus menjadi ibu yang sayang kepada anaknya. Kasih sayang seorang ibu meliputi pengasuhan, dan kehadiran yang berarti dalam kehidupan anaknya.
Salah satu cara menunjukkan cinta ini adalah meluangkan waktu untuk bermain dengan anak Anda. Bermain tidak hanya menyenangkan, tetapi juga momen berharga untuk memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak.
Melalui bermain, anak-anak merasa diperhatikan, dicintai, dan dihargai, yang akhirnya membangun kepercayaan diri dan kebahagiaan mereka. Ibu dapat menyesuaikan jenis permainan sesuai dengan usia anak, mulai dari permainan sederhana seperti mendengarkan untuk balita, hingga permainan edukatif atau aktivitas luar ruangan untuk anak yang lebih besar.
Selalu Ada saat Suami Membutuhkan
Seorang istri yang bekerja dan berkarir tetap harus menjadi seseorang yang selalu ada untuk suaminya. Sebab salah satu kunci keharmonisan dalam rumah tangga adalah kehadiran istri yang penuh perhatian dan dukungan kepada suami.
Seorang suami tentu mengharapkan istrinya tidak hanya menjadi teman hidup, tetapi juga sahabat setia di kala suka dan duka. Oleh karena itu, penting bagi seorang istri untuk selalu ada saat suaminya membutuhkannya, baik secara emosional, fisik, maupun spiritual.
Dukungan seorang istri bisa berupa mendengarkan keluh kesah suami setelah seharian bekerja keras, menyemangatinya saat menghadapi tantangan, dan membantunya menemukan solusi atas berbagai masalahnya. Terkadang, sapaan manis penuh senyuman yang sederhana cukup membuatnya merasa dicintai.
Selain itu, Islam juga mengajarkan peran istri sebagai penghibur bagi suaminya. Wanita pengertian dan sabar yang mampu menciptakan lingkungan nyaman di rumah akan membuat suaminya merasa tenang dan nyaman. Ketika seorang wanita selalu berada di sisi suaminya, maka hubungan perkawinan akan semakin kuat, penuh cinta kasih, dan membawa keberkahan dalam keluarga.
Islam memahami fitrah seorang perempuan manakala dirinya ingin menjadi seorang perempuan yang berprestasi dan berbakat, seorang istri yang taat, dan seorang ibu yang hebat. Perempuan yang bijak adalah mereka yang berusaha menyeimbangkan semua kesibukan sesuai dengan kewajibannya ketika sudah menjadi seorang istri maupun ibu.
Ada sosok suami yang harus ia layani dan patuhi, serta anak yang harus ia jaga sepenuh hati. Agar seorang istri tidak cemas akan kesalahan yang dilakukan ketika menjadi wanita karir. Ia diharapkan mampu mempertimbangkan, menyelaraskan, dan menyesuaikan apa yang menjadi impiannya dan apa yang menjadi perintah Allah Subhanahu wa ta'ala kepadanya.
Tak lupa seorang istri harus senantiasa meminta izin dan restu suami agar diridhoi dalam setiap langkah baik yang dilakukan.