Muslimahdaily - Membesarkan anak merupakan suatu karunia dan juga tantangan bagi setiap orangtua. Begitu juga bagi para orangtua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus dan pertumbuhan yang terlambat. Tentunya, tantangan bagi orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) dan lambat berkembang (ALB) lebih berat daripada mereka yang memiliki anak yang tumbuh secara normal, namun banyak dari mereka yang mengaku bahwa rasa bahagia yang dirasakan ketika melihat buah hati mereka mampu mengatasi segala tantangan tersebut mengalahkan segala perasaan yang tidak menyenangkan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mendefinisikan ALB ialah anak yang pada waktu dilakukan pemeriksaan perkembangan mengalami keterlambatan 1—2 aspek perkembangan yang harus dicapainya pada tiap tingkatan usia. Sedangkan ABK merupakan anak yang anak yang mengalami penyimpangan berupa gangguan dan hambatan yang dibedakan dalam beberapa aspek, diantaranya: Fisik (tunanetra, tunarungu, tunadaksa), Bahasa dan komunikasi (tunarungu, anak dengan gangguan komunikasi), Emosi dan perilaku (tunalaras), Sensorimotor (tunadaksa), Intelektual (tunagrahita), Bakat (umum dan khusus), Autisme, Gangguan belajar (learning disabilities).
Setiap orangtua tentunnya mendamba-dambakan anak yang sempurna, yang dapat tumbuh kembang dengan normal. Sehingga ketika mengetahui buah hati anda memiliki masalah dalam tumbuh kembangnya, reaksi umum yang dirasakan adalah denial. Denial (“Ini tidak mungkin terjadi pada keluarga saya”) atau penolakan umumnya merupakan reaksi yang pertama kali ditunjukan oleh orangtua setelah mengetahui anaknya memiliki gangguan perkembangan. Denial umumnya akan diikuti dengan perasaan marah (anger).
Marah akan situasi atau terkadang bahkan pada orang-orang sekitar anda dan tak jarang memunculkan kerenggangan akan hubungan antara suami dan istri. Reaksi emosi lainnya, yang juga seringkali ditemukan pada orangtua yang baru saja mengetahui bahwa anaknya memiliki gangguan, ialah takut (fear), bersalah (guilt), dan lemah (powerlessness). Ketika masa-masa ini, yang anda butuhkan merupakan dukungan sosial dari berbagai pihak. Pengingat bahwa anda tidak sendirian dalam menghadapi tantangan-tantangan yang akan muncul. Lingkungan sosial yang mendukung sangat berperan penting dalam masa- awal ini dan memulai fase selanjutnya, fase penerimaan.
Ketika anda telah memasuki fase penerimaan, ada beberapa hal yang anda harus lakukan, menurut Dra. Rahmitha, S.Psi, diantaranya:
1. Segera bawa anak ke petugas kesehatan untuk diperiksa dan dilakukan rujukan sesuai kondisi anak
2. Mendidik diri sendiri tentang gangguan atau penyakit yang diderita oleh anak
3. Penanganan lebih lanjut oleh oleh dokter ahli, psikolog, dan kemudian menjalani terapi yang sesuai dengan kebutuhan anak
4. Carilah kelompok pendukung untuk diri kita agar dapat berbagi pengalaman dan memetik pengalaman dari orangtua lain yang sudah lebih berpengalaman. Penguatan dari orangtua yang mengalami hal yang serupa akan memberikan makna yang sangat berarti
5. Bersikap proaktif (atas perlakuan yang diberikan kepada anak.