Muslimahdaily - Anak-anak merupakan anugrah dari sang pencipta. Dengan tubuh yang mungil, mata yang berbinar, senyum yang manis, keluguan dalam berbicara maupun bersikap dan segala kelebihan potensi yang mereka miliki, menjadi harapan besar untuk kemajuan bangsa maupun untuk agama di masa depan.
Setiap anak-anak layak mendapatkan kesejahteraan, kebahagiaan, serta kehidupan yang baik termasuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan menjadi salah satu pilar yang dapat mengubah keadaan dan masa depan. Namun pada kenyataannya, tidak semua anak bisa beruntung merasakan manisnya pendidikan karena beberapa faktor misal keadaan ekonomi atau ditinggal orangtua.
Dengan melihat fenomena tersebut, ada anak muda yang tergerak melihat keadaan yang menyedihkan tersebut. Ialah Shei Latiefah yang menginisiasi gerakan Save Street Child.
Save Street Child sendiri adalah sebuah organisasi yang berawal dari gerakan akun twitter @SaveStreetChild pada tanggal 23 Mei 2011 lalu. Kemudian gerakan ini berlanjut sebagai organisasi independen non profit. Save Street Child mempersiapkan anak-anak jalanan yang memiliki akses pendidikan minim agar menjadi penerus bangsa dan mendapatkan teman yang baik bagi mereka yang kesepian.
“Kita memberi apa yang telah kita terima. Tugas manusia terdidik adalah mendidik manusia lainnya. Untuk itulah, Save Street Child lahir dan menjadi wadah bagi kaum muda untuk berbagi,” tulis Save Street Child dalam lama pribadinya ictforhumanity.or.id.
Dalam membangun gerakan tersebut awalnya tidaklah mudah. Sebagai insiator, banyak hal yang dirasakan wanita kelahiran 5 September 1989 ini. Ia mengatakan bagaimana ia harus bertahan mencari dana untuk anak asuh yang tinggal bersamanya di rumah indekos. Pengalaman volunteer yang datang dan pergi bukan hal baru lagi bagi Shei.
“Awalnya tidak terpikir oleh saya sebagai perantau di Ibukota untuk menjadikan rumah kos sebagai tempat penampungan mengurusi anak-anak jalanan, apalagi saat itu saya tengah disibukkan dengan kegiatan kuliahnya di jurusan Komunikasi Universitas Paramadina. Selain itu, tantangan lainnya yang saya hadapi saat membangun SSC justru datang dari teman-teman pendukungnya sendiri. Para pengurus komunitas SSC yang hanya bersifat relawan tak terikat datang dan pergi hingga akhirnya hanya tersisa tiga orang. Kemudian, saat anak asuhnya di Jakarta mempunyai keinginan untuk melanjutkan sekolah lagi, yang akhirnya dimasukkan ke sekolah terbuka di Depok. Saya pun akhirnya harus rela pindah kos dari Jakarta ke Depok, dan ditempat barunya ini lah Saya menemukan tantangan baru seiring bertambah anak asuhnya yang beberapa kerap kali mencuri uang,” ungkapnya dalam situs yang sama.
Dalam menjalankan program untuk anak marjinal, Save Child Street mengelola kelas-kelas belajar gratis yang dijalankan oleh tim pengajar yang berdidikasi dan memiliki kepekaan dan cinta dalam mendidik dan berhubungan dengan adikk-adik marjinal. Dikelas ini, anak-anak yang tergabung diajarkan mulai dari membaca, menulis, dan menghitung. Mereka pun juga diajarkan keterampilan dan keahlian khusus seperti membuat pita, bando yang kemudian hasil tersebut bisa dijual untuk menambah penghasilan. Bukan hanya belajar di dalam kelas, namun juga di luar kelas adik-adik tersebut diajak Edu Trip yang diadakan empat bulan sekali, seperti pergi tamasya dan mengadakan bakti sosial bersama komunitas lainnya.
Kini, Dengan mimpi yang sama, saat ini gerakan Save Street Child telah menyebar hingga ke 17 kota, diantaranya Surabaya, Bandung, Jogjakarta, Medan, Makassar, Manado, Palembang, Padang, Madura, Jember, Blitar, Depok, Pasuruan, Malang, Semarang, Solo dan Mojokerto.
Bagi kamu yang tertarik berkonrtibusi dalam gerakan peduli anak marjinal, kamu bisa menjadi Relawan Pengajar, Donatur dan Supporter! Lihat seputar info dan kegiatannya di akun twitter maupun instagram @SaveStreetChild ya!