Muslimahdaily - Membahas tentang jodoh memang selalu menarik perhatian, terutama dalam proses penantian jodoh yang terkadang sulit ditebak. Bagaimana rupanya, kapan akan bertemu, dan bagaimana awal pertemuan hingga akhirnya naik ke pelaminan.
Teka-teki perjalanan cinta itulah yang juga dialami oleh seorang wanita yang berprofesi sebagai jurnalis, Adin Lubis. Sebuah pertemuan yang sangat istimewa dengan pria yang kini menjadi suaminya, Michael Ruppert, traveller yang sudah menjelajah 60 negara. Perkenalan mereka dapat dikatakan unik hingga kisah cinta dua insan ini viral di jejaring sosial.
Dalam sesi wawancara bersama Muslimahdaily.com, Adin sapaan akrabnya menceritakan bahwa mereka sama-sama pengguna website couchsourfing, laman ini dengan mudah mempertemukan para traveller dari berbagai negara, bahkan para traveller ini dapat tinggal di rumah penduduk lokal. Sama halnya dengan Michael saat menjelajah dunia, ia selalu memilih tinggal di rumah penduduk lokal karena selain dapat meminimalisir biaya, juga memungkinkan mengenal budaya dan kebiasaan setempat lebih dekat. Tepat pada bulan Ramadhan 2015 lalu, Michael tertarik berkunjung ke Indonesia untuk merasakan suasana Ramadhan di keluarga muslim. Michael kemudian mengirim permintaan menginap saat berada di Medan melalui website tersebut kepada Adin.
Tak terasa waktu berjalan, sejak saat itu mulai tumbuh benih cinta antara Michael dan Adin. Perkenalan mereka juga bisa dikatakan cukup singkat yaitu berkisar satu tahun hingga Adin pun meyakinkan diri dengan berdoa kepada Allah untuk mantap menikah dengan pria yang berbeda negara, budaya maupun usia ini.
“Yang namanya jatuh cinta rasanya ga bisa dijelasin ya. Sebelum Michael menjadi tamu di rumah keluarga saya, saya juga pernah beberapa kali mendapat tamu dari berbagai negara, seperti dari Italia, Spanyol, Rusia, dan Australia. Tapi karena sudah jodoh dari Allah mungkin ya, jadi dari awal Michael sudah menjadi muslim, saya merasa yakin ketika diajak serius untuk menikah. Proses perkenalan kita hanya berkisar satu tahun saja. Bagi kami, Allah lah yang menyatukan kami dalam pernikahan,” ungkapnya.
Dalam menjalani hubungan istimewa ini, bisa dikatakan Adin dan Michael menemui banyak perbedaan mulai dari kebiasaan kecil antara dia dan sang suami.
Tentu ada sedikit perbedaan, seperti cara makan. Kalau di Indonesia, rata-rata kita makan pakai tangan atau sendok dan garpu, di Belanda, kebanyakan makannya pakai garpu dan pisau. Selain itu, misalnya orang-orang Belanda sangat to the point, sedangkan orang Indonesia suka berbasa-basi,” ceritanya.
Perjalanan cinta kedua insan beda negara ini tak semulus kelihatannya, beragam komentar negatif kerap dilontarkan nitizen kepada Adin dan Michel. Mulai dari kabar bahwa Michael pindah agama karena menikah dengan Adin, anggapan mereka menikah karena faktor uang, hingga alasan wajah dan hal lainnya sering didengar oleh pasangan ini. Namun pandangan negatif tersebut ditanggapi santai oleh keduanya, faktanya bahwa pernikahan mereka memang didasari oleh cinta.
“Mungkin saya dan keluarga hanyalah salah satu dari banyaknya keluarga muslim yang dikenal oleh Michael, namun kami tidak menjadi perantara untuk Michael mengucapkan kalimat syahadat. Suami saya mengambil kelas agama Islam saat berada di Kuala Lumpur, Malaysia dan juga di Jakarta, Indonesia atas keinginannya sendiri,” curhatnya.
Kabar bahwa mereka menikah karena uang juga dibantah oleh Adin.
“Ketika pertama kali menikah, kita sama-sama tak memiliki banyak uang. Kita berdua benar-benar memulai semuanya dari nol. Setiap hari bersama-sama saling menguatkan dan tak lelah untuk berusaha mencapai kesuksesan, saya dengan karier sebagai freelancer di bidang jurnalistik dan Ruppert dengan kariernya sebagai karyawan kantoran biasa,“ lanjutnya.
Bisa dibilang kini hidup mereka bahagia. Keduanya sekarang tinggal di Belgia, negara Michael berasal. Dari postingan yang sering diunggah di media sosial milik pribadi, keduanya terlihat begitu harmonis. Mereka pun diketahui sering menjelajah ke negara-negara lain. Baru-baru ini mereka juga aktif sebagai vlogger untuk mengabadikan perjalanan rumah tangganya.
“Kita tidak bisa mengatur isi dari mulut seseorang, jadi biarkan saja orang mau berkata apa. Kalau merasa jengkel tentu iya, tapi sebentar saja tidak berlarut-larut,” terang Adin Lubis.