Muslimahdaily - Prestasi dan jenjang pendidikan yang tinggi bukanlah hal yang mustahil untuk diraih bagi seorang muslimah. Salah satunya adalah Dewi Nur Aisyah, ia merupakan seorang ahli kesehatan (epidemiolog) sekaligus juga seorang istri dan ibu dua orang anak. Dewi Nur Aisyah berhasil membuktikan bahwa seorang muslimah juga dapat meraih prestasi dan keberhasilan terutama dalam dunia pendidikan di usianya yang masih terbilang muda.
Dewi merupakan ibu muda dan epidemiolog dari Indonesia. Ia menjalani pendidikan jenjang S1 nya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dan lulus dengan IPK Cumlaude yang dapat diraihnya dalam waktu 3,5 tahun. Dewi sempat mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi utama FKM UI tahun 2009.
Setelah menyelesaikan studi S1nya, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dewi melanjutkan studi S2 nya di Imperial Collage London, dengan beasiswa unggulan dari DIKTI. Imperial Collage London merupakan universitas yang menduduki peringkat ketiga di dunia sebagai universitas terbaik pada tahun 2011.
Tak berhenti sampai di sana, Dewi diberi kesempatan oleh Allah untuk melanjutkan pendidikannya hingga jenjang S3 dengan beasiswa yang diperolehnya. Kali ini Dewi mendapatkan beasiswa prestisius dari Beasiswa Presiden Republik Indonesia (BPRI). Dewi melanjutkan studi doktoralnya di salah satu universitas terkemuka di dunia, University College London dengan fokus infectious disease epidemiology and population health.
Jika dilihat, Dewi memang selalu menempuh pendidikan di universitas yang terkemuka dan terbaik. Namun ia mengaku tak ada alasan khusus baginya dalam memilih tempat untuk menuntuk ilmu baik di luar negeri maupun di dalam negeri selain karena ia hanya ingin menuntut ilmu di tempat terbaik-Nya.
“Kalau bagi saya sebenernya gak masalah mau dalam negeri ataupun di luar negeri, tapi yang ingin saya pastikan adalah saya ingin menuntut ilmu di tempat terbaik-Nya, di sumber ilmu terbaik-Nya,” ungkapnya.
Saat diwawancarai oleh tim Muslimahdaily, Dewi mengaku hanya ada satu alasan kenapa dia melanjutkan pendidikannya hingga jenjang S3, yaitu karena ia merasa keilmuannya masih jauh dari kata cukup. “Karena saya ngerasa bahwa ilmu saya jauh dari cukup, keilmuan saya sangat kurang dan saya harus masih punya banyak hal yang harus dikerjakan untuk beramal. Salah satu bagian yang mungkin bisa saya curahkan di sini adalah dalam bentuk keilmuan,” ucap Dewi.
Lanjutnya, niatan ia melanjutkan pendidikannya hingga jenjang S3 hanya satu, yaitu agar keilmuan yang didapatnya melalui jenjang pendidikan dapat menjadikannya sebagai insan yang lebih beriman, serta lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Tetap konsisten mengambi jurusan yang lama sejak pendidikan S1 hingga S3, Dewi mengaku bidang ilmu yang ditekuninya itu bukanlah pilihan pertamanya ketika ia memilih jurusan di perkuliahan. Namun hal itu tidak membuatnya kecewa. Saat itu juga langsung merasa bahwa jurusan itu adalah tempat terbaik yang dipilihkan oleh Allah untuknya.
“Setelah dapat keputusan itu Allah menempatkan di FKM UI, maka pada saat itu juga saya berpikir bahwa saya harus menjadi yang terbaik di bidangnya, di bidang yang sudah Allah pilihkan untuk saya yaitu di FKM UI jurusan spesifikasinya adalah epidimiologi,” ucapnya.
Tak mudah menuntut ilmu dan menetap di negeri orang. Dalam menempuh pendidikannya, Dewi menghadapi beberapa tantangan yang sampai saat ini masih diingatnya.
Saat menempuh pendidikan S2, ia mengatakan, tantangan yang paling berasa baginya adalah ketika ia sedang mengandung anak pertamanya. Saat itu, ia sudah menyelesaikan pendidikan S2 nya, namun ia dan suami harus menggagalkan kuliah suaminya itu karena visa yang ditolak. Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia, namun tidak diperbolehkan oleh pihak imigrasi Inggris, karena kondisi kandungan yang sudah memasuki usia kehamilan 38 minggu.
Dengan kondisi uang beasiswa sudah habis, dan tidak bisa kembali ke Indonesia karena harus menunggu kelahiran anak pertamanya. Dewi bahkan rela berjalan kurang lebih satu jam dalam kondisi hamil besar, untuk pulang dan pergi membeli makanan serta belanja,untuk menghemat biaya hidup.
Lain halnya dengan tantangan saat S2, tantangan yang dihadapinya saat S3 pun berbeda. Saat itu Allah memberinya rezeki dan ujian secara bersamaan. Ia hamil anak keduanya, namun di sisi lain ia menderita hipertiroid, ditambah lagi komplikasi lainnya hingga kondisinya sudah sangat parah dan harus bedrest.
Tak hanya itu, Allah kembali menguji masa kehamilannya, saat usia kandungannya memasuki minggu ke 14, ia terkena urinary infection, di mana ia harus menggunakan kateter selama tiga minggu. Termasuk ketika harus ke kampus.
Tantangan itu tidak membuatnya menyerah pada kedaan. Menurutnya, setiap tantangan yang Allah titipkan pasti ada hikmah cinta yang Allah titipkan secara bersamaan. “Tantangannya cukup berasa tapi saya selalu percaya bahwa di setiap tantangannya, Allah itu telah menitipkan hikmah cinta yang gak bisa terbayarkan dengan apapun juga. Allah sedang mengajarkan bahwa buah kesabaran itu sungguh manis pada akhirnya,” ucap penulis buku Awe-Inspiring Me itu.
Terbukti, saat itu sang suami dapat kembali melanjutkan pendidikan S2 nya bahkan lebih baik dengan modal dari beasiswa LPDP. “Jadi saya selalu percaya di tengah segala kesulitan yang Allah kasih di dalam perjalanannya, Allah tengah menitipkan hikmah lain yang seharusnya kita coba ambil dan jadikan diri kita pribadi yang jauh lebih baik lagi,” lanjutnya.
Terkait kegagalan. Dewi mengaku pernah gagal dalam meraib beasiswa, namun ia mencoba hingga belasan kali. Kegagalan itu tidak membuatnya menyerah, karena ia memiliki prinsip bahwa "gagal itu biasa, ketika berhasil luar biasa." Kegagalan tidak akan membuatnya menyerah sebelum mencoba.
“Jadi kalau misalnya kegagalan pertama, kedua, membuat saya berhenti untuk mencoba, saya enggak akan pernah tau kalau saya akan berhasil pada percobaan kelima, kedelapan, kesepuluh. Kita enggak akan pernah tau,” ucap ibu dua anak itu.
Dewi selalu melibatkan Allah pada semua proses hidupnya. Ia membaginya dalam tiga fase, perencanaan, pada saat melaksanakan, dan ketika sudah selelsai berikhtiar. Dewi mengaku dalam prosesnya menggapai impian ia pernah berada di fase lelah, namun ia tidak pernah menyerah.
“Lelah itu bagian dari hidup, jadikan ia bagian keseharian, tetapi bagian untuk menyerah enggak pernah menyerah sampai dengan Allah berkata ‘Aku Izinkan kamu masuk ke dalam Surga,” jelasnya.
Terbukti, saat ini dirinya telah merih beragam prestasi, baik dalam negerti ataupun di Luar negeri. Ibu dua anak ini, saat ini bekerja sebagai Program Implementaton Department Senior Manager sekaligus Research Associate di INDOHUN (Indonesia One Health University Network).