Muslimahdaily - Rokok menjadi salah satu hal lumrah yang mudah ditemui di Indonesia. Jika pergi ke tempat umum, tak jarang kamu pasti akan menemukan perokok, mulai dari usia muda sampai tua, bahkan beberapa orang menganggap rokok sebagai gaya hidup yang sulit untuk ditinggalkan.
Bagi sebagian orang, fenomena ini adalah hal biasa dan tak ada yang salah dengan pilihan mereka untuk merokok. Tapi tidak bagi Sarah Muthiah Widad, Mahasiswa yang saat ini tergabung sebagai anggota gerakan masyarakat Framework Convention on Tobacco Contol (FCTC). Sebuah gerakan yang fokus pada isu pengendalian tembakau untuk melindungi generasi bangsa dari hegemoni industri rokok.
Media Sosial Sebagai Alat Mengemukakan Pendapat
Wanita yang akrab disapa Sarah ini gemar untuk menyuarakan pendapat dan ajakannya di media sosial. Menurutnya, media sosial adalah platform yang sangat terbuka dan tanpa batas. Oleh karena itu Sarah merasa dapat bebas menyuarakan pendapatnya langsung pada pemerintah terkait permasalahan di Indonesia.
“Ketika pemerintah membolehkan adanya world tobacco asia ke Surabaya saat itu, aku menentang di media sosial. Aku bikin konten, mention kementrian terkait. Karena nyatanya mereka juga sangat terbuka dengan saran. Jadi aku manfaatin hal itu,” Ujar Sarah saat berbincang dengan Muslimahdaily, Selasa (18/2).
Selain itu, Sarah juga menjadikan media sosial sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan bakat, karena untuk membuat konten ia harus mempersiapkan banyak hal, mulai dari literasi sampai konsep design yang akan digunakan.
Alasan Dibalik Sebuah Keinginan
Keinginannya untuk menjadi aktivis tobacco control berawal dari keresahannya karena salah satu anggota keluarganya menjadi perokok aktif. Ia merasa sedih dan prihatin melihat hal tersebut, sampai akhirnya Sarah merasa gelisah dan memiliki rasa tanggung jawab untuk mencegah persebaran rokok agar tidak lebih masif lagi.
“Aku melihat banyak anak sebagai perokok, karena iklan dan promo yang sangat gencar di minimarket, jalan dan lain-lain. Sangat prihatin, padahal Indonesia akan menghadapi bonus demografi di tahun 2045 nanti, lalu apa jadinya jika anak-anak Indonesia sudah rusak duluan karena rokok?” keluh Sarah.
Lewat komunitas FCTC, wanita berusia 22 tahun ini diberikan banyak bekal untuk menyuarakan pendapatnya. Sehingga apa yang ia sampaikan bukan hanya omong kosong, tapi berupa data dan pengalaman banyak orang yang menjadi korban rokok.
Sebuah Langkah Konkrit
Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh Sarah dan teman-temannya. Sebagai perwakilan dari kota Bogor, Sarah sangat aktif mengajak masyarakat untuk bergerak dalam aksi memunguti sampah puntung rokok.
Dalam mendukung aksinya ini, Sarah juga membuat workshop #pilihbicara yang menyeru anak-anak muda agar berani mengemukakan pendapatnya tentang rokok.
Selain itu, Sarah aktif dalam melakukan kampanye mendukung pemerintah untuk memahalkan harga rokok, karena menurutnya pemerintah adalah pemegang regulasi tertinggi yang bisa merubah semua keadaan.
“Salah satu bekal yang aku bawa untuk protes ke pemerintah adalah hasil pemungutan sampah rokok. Nanti hasil sampah itu dihitung seluruh Indonesia dan datanya diberikan ke pemerintah,” kata Sarah.
Tentangan Masyarakat Sekitar
Dalam perjuangannya tak melulu mudah, Sarah seringkali mendapat hujatan dari orang yang tak sepahaman dengannya. Bahkan dalam postingannya tentang beasiswa yang diberikan oleh salah satu produsen rokok ternama di Indonesia, ia mendapat ratusan komentar yang menghujat aksinya tersebut.
“Hampir 200 komentar saat itu di media sosial aku, komentar hujatan yang benar-benar nyerang mental. Di dm, kolom komentar Instagram aku, bahkan temanku ikut kecipratan, ” ucap aktivis tobacco control itu.
Tak hanya itu, beberapa kali Sarah juga mendapat tentangan dari orang-orang terdekatnya. Sedih dan sakit ia rasakan karena tidak mendapat dukungan dari mereka.
Bahkan ketika wanita ini sedang melakukan aksi memungut sampah puntung rokok di kampusnya, ia sempat mendapat teguran dari seorang dosen, “kamu ngapain sih kayak gini? kalo mau, mungutin sampah plastik juga jangan cuma rokok, dan dia sambil merokok di depan kita,” ujarnya.
Perannya Sebagai Manusia di Bumi
Walau banyak tantangan dan ujian yang harus dihadapi, Sarah tak patah arang, ia tetap berjuang, karena baginya rokok adalah masalah besar yang harus dilawan.
“Sabar aja karena ini perjuangan, dan kosekuensi apa yang diperjuangkan harus ku terima,” terangnya.
Salah satu hal yang menguatkan Sarah adalah pesan dari sang guru yang selalu ia ingat.
"Ketika kita ketemu Allah setidaknya kita punya jawaban, walaupun Indonesia ga berhasil bersih dari rokok, Setidaknya aku pernah berjuang. Ketika di tanya sama Allah, aku telah berusaha untuk menyelamatkan generasi Indonesia dari adiksi rokok, minimal itu,” kata Sarah.
Terakhir, Sarah dan teman-teman juga masih menyelipkan harapan pada pemerintah untuk mempertegas, memperkuat serta mengimplementasikan regulasi terkait rokok. Terutama untuk memahalkan harga rokok dan membatasi aksesnya bagi anak-anak.