Muslim Rohingya Bersyukur Bisa Berpuasa dengan Tenang di Indonesia

Muslimahdaily - Setelah terkatung-katung di tengah lautan di kapal yang penuh sesak, pengungsi Rohingya kini bisa menikmati berpuasa dengan tenang dan damai di Aceh.

“Kami sungguh bersyukur kepada Allah bahwa kami diselamatkan dan dibawa ke negara muslim seperti Indonesia” kata Muhammad Yunus, seorang muslim Rohingya kepada Agence France Presse (AFP), Jumat (18/6/15).

“Orang-orang disini sangat baik hati dan telah banyak membantu kami. Mereka melihat kami, pengungsi Rohingya sebagai saudara mereka” tambahnya.

Yunus, 35 tahun, dulunya adalah seorang guru agama. Dia termasuk ribuan pengungsi Rohingya dan Bangladesh yang mengungsi di Indonesia. Yunus pergi dari Myanmar pada tahun 2012 lalu setelah sekolah Islamnya diserang oleh kelompok Buddha Myanmar. Yunus kemudian melarikan diri ke Bangladesh dan selanjutnya ikut menjadi manusia perahu yang terkatung-katung di laut mencari tanah untuk berlindung.

Yunus termasuk ratusan pengungsi Rohingya yang diselamatkan nelayan Aceh pada Mei lalu. Meskipun dia merasa sangat bahagia dan aman berada di Aceh, namun dia masih merindukan keluarganya yang masih ada di Myanmar.

“Saya rindu dengan istri dan anak-anak saya” katanya sambil menahan air mata.

“Sangat bahagia”

Meski banyak pengungsi Rohingya yang sendirian tanpa keluarga di Aceh, namun muslim Rohingya mengatakan bahwa mereka ‘sangat bahagia’ berada di Aceh di ramadhan kali ini.

“Saya merindukan masakan ibu saya ketika kami masih di kamp pengungsi di Bangladesh” kata Muhammad Shorif, 16 tahun, yang melarikan diri dari kamp pengungsian tanpa keluarganya.

Pengungsi seperti Shorif diterima dengan tangan terbuka oleh warga Aceh yang secara terus menerus memberikan bantuan kepada mereka. Banyak warga Aceh dan masyarakat Indonesia yang mendonasikan makanan dan uang untuk memastikan pengungsi muslim Rohingya dapat mengonsumsi makanan lezat di Ramadhan kali ini.

“Selama konflik di Aceh beberapa waktu lalu, kami (warga Aceh) telah mampu bertahan. Namun saudara kita muslim Rohingya ini memiliki pengalaman yang lebih parah daripada yang dirasakan Aceh pada saat itu” kata Syamsuddin Muhammad, nelayan berusia 55 tahun yang datang ke kamp pengungsian sementara di Aceh, untuk memberikan donasi uang yang dikumpulkan semua warga di kampungnya.

Add comment

Submit