Muslimahdaily - Di kota yang dikuasai kelompok pemberontak Suriah, puluhan korban luka-luka dan beberapa diantaranya meninggal dunia dengan gejala yang cenderung sama, mengalami gangguan pernapasan, pingsan, muntah, dan berbusa di mulut usai diduga terkena paparan zat kimia. 

Dugaan serangan zat kimia beracun ini dilakukan oleh pemerintah Suriah yang menembakkan roketnya di Khan Sheikhoun, propinsi Idlib pada Selasa pagi (4/4). Warga yang menjadi saksi juga mengatakan bahwa klinik-klinik yang merawat korban juga mendapat serangan udara. Sehingga mengakibatkan bangunan rumah sakit runtuh dan korban harus diungsikan ke tempat lain.

Pada selasa pagi ketika warga Idlib masih terlelap, seorang fotografer dari EMC bernama Hussein Kayal, yang pro oposisi melaporkan kepada Associated Press bahwa ia mendengar suara ledakan pada jam 06.30 pagi waktu setempat. Setelah ia sampai di lokasi tidak mencium bau mesiu atau bahan peledak apapun. Justru ia mendapati orang-orang tergeletak di lantai.

Tanggapan Suriah dan Sekutunya

Namun dalam hal ini tentara Suriah membantah bahwa pemerintah tidak pernah menembakkan gas beracun di kota pemberontak dengan roketnya. Rusia sebagai sekutu Suriah yang membantu militer Suriah dengan tegas mengatakan bahwa serangan udaranya mengenai gudang senjata pemberontak yang memproduksi zat kimia.

Igor Konoshenkov, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia angkat bicara dalam hal ini. “Di lingkungan gudang terdapat tempat-tempat yang memproduksi senjata kimia.” Ungkapnya.

Kecaman Dunia

Kendati pemerintah Suriah di bawah rezim Al-Assad menepis tudingan dunia atas serangan keji dengan dugaan zat kimia beracun yan menewaskan lebih dari 50 jiwa, dunia tak selalu setuju dengan kilah pemimpin Suriah ini.

Donald Trump presiden Amerika Serikat mengecam dan menyalahkan presiden Suriah Bashar Al-Assad atas tindakan keji ini. Pemerintah AS meyakini bahwa serangan gas beracun tidak mungkin tidak dilakukan oleh Suriah dan sekutunya. Mengingat Rusia dan Iran berada dibalik tangan Suriah dalam memberantas kelompok-kelompok pemberontak.

Trump menilai bahwa penggunaan senjata kimia yang membunuh masyarakat sipil dan anak-anak tak bersalah merupakan tindakan yang melampaui garis merah. “Ini telah melawati banyak garis. Jika Anda membunuh anak, bayi tak berdosa, dengan gas kimia maka ini telah melewati garis merah,"

Pemerintah Inggris, Perancis, maupun negara-negara lainnya yang didukung PBB juga mengutuk insiden tersebut yang jika dibuktikan kebenarannya maka akan menjadi serangan paling mematikan dalam perang saudara di Suriah.

“Inggris akan menjadi garda depan dalam usaha internasional untuk membawa penjahat perang ke muka pengadilan dunia.” Kata Menteri Luar Negeri Inggris Borris Jonshon.

Respon Cepat PBB

Rabu, 5 April sehari setelah serangan udara di Khan Sheikhoun, Suriah Dewan Keamanan PBB mengelar sidang darurat terkait serangan yang menggunakan gas beracun yang menewaskan puluhan warga sipil dan anak-anak.

Duta besar AS untuk PBB Nikki Haley berkata, “Inggris dan Prancis terlebih dahulu memelopori agar sidang itu digelar menyusul laporan serangan kota yang dikuasai pemberontak di wilayah Idlib Selasa pagi.”

Nikki Haley juga berharap dalam sidang darurat PBB akan mendapatkan penjelasan sebanyak mungkin dari persidangan terbuka yang diadakan hari Rabu kemarin.

Zat Kimia Sarin

Dr.Shajul Islam yang tengah bertugas di Suriah bagian utara, memposting rekaman mengerikan kondisi korban Suriah pada akun Twitternya @DrShajulIslam.

SOHR (The Syrian Observatory for Human Rights) atau disebut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan serangan zat beracun tersebut mengakibatkan 52 orang meninggal dunia termasuk 20 anak-anak. Rata-rata mereka mengalami kondisi serupa. Namun SOHR belum bisa memastikan jenis zat kimia yang dijatuhkan.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maupun Badan Aman Medis MSF menyebutkan sebagian korban mengalami gejala-gejala yang konsisten dengan paparan zat saraf.

Dalam hal ini, EMC dan LCC telah meyakini bahwa zat kimia beracun yang digunakan adalah zat saraf Sarin, yang sangat beracun 20 kali lipat lebih mematikan dibanding sianida. Hal itu ditemukan dari hasil autopsi korban yang positif mengandung zat sarin.

Meskipun demikian, untuk membuktikan bahwa serangan tersebut menggunakan zat saraf Sarin sangat sulit. Pasalnya, zat sarin itu bersifat seperti air murni yang bening tak berwarna, tidak memiliki rasa, dan tidak berbau.

Ria A. Wijaya

Add comment

Submit