Muslimahdaily - Gerakan 'No Hijab Day' pertama kali dipelopori oleh Yasmeen Mohammed, seorang aktifis hak asasi manusia. Wanita asal Kanada ini sangat gencar dalam mempelopori gerakan tanpa hijab di sosial media miliknya.
Yasmeen menuliskan pada websitenya bahwa ia sangat mendukung hak-hak perempuan yang tinggal di negara-negara Islam, serta mereka yang berjuang di bawah nama agama.
#FreeFromHijab, merupakan hastag yang selalu ia canangkan di sosial media. Dari Twitter Yasmeen, banyak wanita yang mencoba untuk menceritakan pengalaman mereka, terutama tentang bagaimana wanita-wanita tersebut merasa dipaksa untuk memakai hijab.
Gerakan ini ternyata sampai di Indonesia. Sebuah organisasi keagamaan bernama Hijrah Indonesia turut ikut menyeleggarakan "No Hijab Day". Pada Facebook Hijrah Indonesia, mereka menuliskan sebuah ajakan.
“Karena itulah, Hijrah Indonesia mengajak Anda para perempuan Indonesia baik Muslim maupun bukan Muslim untuk meramaikan #NoHijabDay dengan menayangkan foto foto Anda berbusana dengan nuansa Indonesia dengan memperlihatkan kepala Anda tanpa memakai hijab/jilbab/ niqab/cadar/ kerudung dan semacamnya di akun media sosial Anda, baik instagram, facebook, maupun twitter dan blog Anda dengan hashtag #NoHijabDay dan #FreeFromHijab pada 1 Februari 2020."
Bersamaan dengan gerakan ini, mereka juga mengadakan sayembara Hari Tanpa Jilbab dengan beberapa syarat, diantaranya adalah, mengajak muslimah WNI untuk memasang foto berbusana dengan nuansa Indonesia dengan memperlihatkan kepala tanpa memakai hijab, jilbab, niqab, cadar, kerudung dan semacamnya di akun media sosial mereka dengan hashtag #NoHijabDay dan #FreeFromHijab.
Selain itu mereka juga diminta untuk menyertakan alasannya mengapa memilih untuk membuka hijab. Serta pengalaman atau suka duka yang mereka alami saat harus membuka jilbab setelah berjilbab baik karena peraturan sekolah, kantor, tempat tinggal atau atas permintaan anggota keluarga, maupun karena tekanan masyarakat di sekitar.
Alasan Karena Kekurangan Vitamin D
Alasan mereka mengadakan acara ini adalah karena merasa tidak setuju dengan hijabisasi dan niqabisasi di Indonesia. Mereka menganggap bahwa terdapat perbedaan pandangan dalam batasan aurat. Juga kebutuhan para wanita akan vitamin D yang mendesak.
Menanggapi hal tersebut, tim Muslimahdaily mencoba untuk meminta pendapat pandangan dari tokoh agama Islam.
"Memakai hijab, memang ada dua kubu yang memahaminya. Ada yg menganggap bagian dari agama, tapi ada juga menganggap itu budaya. tapi mayoritas ulama menganggap itu bagian dari agama. Karena dalam agama ada aturan soal aurat. Dalam hal ini, gerakan "No Hijab Day" seperti ingin melawan pendapat mayoritas dan pandangan umum yang saat ini dipahami kaum muslimah," ujar Ustadz Dr. Moch. Syarif Hidayatullah saat diwawancarai oleh Muslimahdaily, Jum'at (31/1).
Ustadz yang saat ini juga aktif mengajar di berbagai universitas Islam mengatakan bahwa mereka yang mencanangkan gerakan ini merupakan mereka yang merasa bahwa hijab adalah sesuatu yang mengekang. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.
"Kelompok yang mendukung gerakan ini umumnya beranggapan bahwa hijab itu mengekang, membatasi, dan mengurangi hak kaum wanita, padahal yang memakai saja tidak merasa demikian. justru banyak yang merasakan kenyamanan setelah memakainya," ujarnya.
Gerakan Emosional
Dalam menanggapi hal ini, Ustadz Syarif menyarankan bagi para muslimah untuk tidak bereaksi berlebihan, "Oleh karena itu, bagi saya, tidak perlu gerakan ini. Kita tak perlu juga bereaksi berlebihan. ini sepertinya gerakan emosional," katanya di akhir perbincangan.