Muslimahdaily - Meskipun kembali difungsikan sebagai masjid, Hagia Sophia tetap dapat dikunjungi oleh wisatawan dari semua agama dan kalangan untuk melestarikan warisan budaya.
Melansir dari Republika, Rabu (15/7), Hami Aksoy selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki menjelaskan bahwa perubahan status Hagia Sophia merupakan hak kedaulatan Turki dan tidak ada pihak lain yang dapat mencampurinya.
"Hagia Sophia akan terus merangkul semua orang meski dengan status barunya (sebagai masjid) untuk melestarikan warisan budaya bersama umat manusia," ungkap Aksoy.
Aksoy juga menegaskan bahwa status Hagia Sophia merupakan masalah internal dan properti milik Turki. Pihaknya meminta agar semua pihak dapat menghormati perubahan status Hagia Sophia.
Bahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan juga telah mengatakan bahwa Hagia Sophia tetap membuka diri bagi semua kalangan termasuk orang asing dan non-Muslim. Dirinya juga menambahkan bahwa umat Islam, Kristen, dan Yahudi hidup dengan damai di Istanbul sejak penaklukannya.
Tak hanya itu, bahkan seluruh warga Turki menghormati tempat-tempat ibadah non-Muslim. Namun, di Eropa Timur dan Balkan diketahui banyak artefak Utsmani telah menghilang secara bertahap.
"Saya menggarisbawahi bahwa kita akan membuka Hagia Sophia sebagai masjid dengan melestarikan warisan budaya bersama umat manusia," ujar Erdogan.
Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, di bawah pemerintahan Kekaisaran Bizantium, selama berabad-abad Hagia Sophia dijadikan sebagai gereja. Kemudian pada tahun 1453, bangunan bersejarah itu berubah menjadi masjid.
Namun, pada 1935 Hagia Sophia dialih fungsikan sebagai museum. Baru setelah 85 tahun kemudian, Hagia Sophia kembali menjadi masjid. Setelah Pengadilan Turki membatalkan dekrit Kabinet 1934.