Muslimahdaily - Setelah terjadi ledakan besar di Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8) lalu, massa yang menyatakan diri sebagai demostran antipemerintah, meminta Pemerintah Lebanon untuk lengser. Massa menganggap pemerintah lalai dalam menyikapi berbagai macam masalah di Lebanon.
Dilansir dari iNews, Jumat (7/8), massa menggelar aksi unjuk rasa di Beirut pada Kamis (6/8) malam. Bentrokan antara massa unjuk rasa dan petugas keamanan tak terelakkan. Petugas keamanan menembakkan gas air mata ke massa saat mereka mulai bertindak anarkis seperti mencoret-coret tembok, merusak fasilitas umum, dan membakar barang jarahan.
Massa membalas dengan melempar benda di sekitar mereka ke petugas keamanan. Beruntung tak ada korban tewas dalam unjuk rasa tersebut. Dilaporkan bahwa beberapa orang dari massa antipemerintah mengalami luka ringan.
Unjuk rasa yang terjadi pada Kamis (6/8) malam merupakan lanjutan dari unjuk rasa pada Sabtu pekan lalu. Puluhan orang membawa tulisan “gantung mereka (pemerintah) di tiang gantungan” dan sebagainya.
Sebelum ledakan di Beirut terjadi, Lebanon sedang diterpa krisis ekonomi sejak akhir 2019. Inflasi yang tinggi, angka pengangguran meningkat, dan ketidakmampuan pemerintah untuk menyediakan layanan listrik yang memadai untuk masyarakat. Ditambah dengan tindak pejabat yang dinilai korup, membuat massa antipemerintah berunjuk rasa untuk menyampaikan kekecewaan dan kemarahan mereka.
Tak hanya massa yang kecewa, seorang anggota parlemen, Marwan Hamadeh mengundurkan diri pada Rabu (5/8) pasca ledakan terjadi di Beirut. Tindakan ini dianggap sebagai bentuk dukungan untuk melakukan reformasi pemerintah, yang dianggap gagal menangani krisis di Lebanon. Setelah itu, Duta Besar (Dubes) Lebanon untuk Yordania, Tracy Chamoun, turut mengundurkan diri dari jabatannya pada Jumat (7/8).
“Saya mengumumkan pengunduran diri saya sebagai duta besar... sebagai protes terhadap kelalaian negara, pencurian, dan kebohongan," ujar Chamoun dilansir dari detik. “Ini adalah kelalaian total.” tegasnya.
Teriakan seperti “Revolusi!” dan “Rakyat ingin rezim ini jatuh!” juga diserukan oleh massa unjuk rasa saat Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang tiba di Beirut pada Kamis (6/8). Macron adalah pemimpin negara yang pertama tiba di Lebanon pasca ledakan di Beirut. Ia mengungkapkan bahwa kedatangannya bukan untuk mendukung pemerintah Lebanon rezim ini.
“Saya menjamin bahwa bantuan yang diberikan tidak akan jatuh ke tangan korup dan Lebanon yang damai (bebas) akan bangkit kembali,” ujar Macron kepada massa unjuk rasa.