Muslimahdaily - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini merilis pandangan iklim tahun 2024 yang berisi tentang prediksi kondisi iklim Indonesia sepanjang tahun 2024. Salah satu hal yang menarik dari pandangan iklim tersebut adalah prediksi suhu permukaan yang diprakirakan lebih hangat dibandingkan dengan normalnya, bahkan lebih panas dari tahun 2023.

Apa Penyebab Perubahan Cuaca di Indonesia?

Menurut BMKG, penyebab utama kenaikan suhu permukaan di tahun 2024 adalah adanya fenomena El Nino yang terjadi di awal tahun 2024. El Nino adalah kondisi anomali di Samudra Pasifik yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan air laut di wilayah Pasifik Timur dan Tengah. El Nino berdampak pada perubahan pola angin dan hujan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

“Karena 2024 adalah tahun kedua episode El Nino 2023, maka panas yang dilepaskan oleh Samudra Pasifik karena El Nino terbawa lanjut ke 2024,” ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, dikutip dari laman Kompas.com (25/1).

Faktor Lain Penyebab Perubahan Suhu

Ardhasena Sopaheluwakan menambahkan bahwa kenaikan suhu permukaan di tahun 2024 juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti radiasi matahari, aerosol, dan gas rumah kaca, “Pemanasan global mencapai rekor baru pada 2023, melampaui rekor tahun 2016. Tahun 2024 diperkirakan akan menjadi lebih panas lagi,” kata Ardhasena seperti dikutip dari Antara (25/1).

Dampak Perubahan Suhu di Indonesia

Suhu permukaan yang lebih hangat di tahun 2024 tentu membawa dampak bagi kehidupan masyarakat. Khususnya di bidang pertanian, kesehatan, dan lingkungan, “Panen raya sekarang tidak merata, tidak serentak seperti dulu. Misalnya, di Deli Serdang (Sumatra Utara), yang seharusnya sudah panen besar tapi tidak,” kata Ketua Umum DPP Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih dikutip dari laman CNBC (25/1).

Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan beradaptasi dengan kondisi iklim yang berubah. Dikutip dari laman CNN (25/1) Upaya yang dilakukan untuk pengurangan laju deforestasi dan degradasi hutan, pengelolaan hutan lestari, rehabilitasi hutan, pengelolaan lahan gambut dan mangrove, dan peningkatan konservasi keanekaragaman hayati.