Muslimahdaily - Tanah air Indonesia yang tercinta sebentar lagi akan merayakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus. Tepat 79 tahun lalu bangsa ini menebus harga yang mahal untuk terbebas dari penjajahan. Oleh karena itu, perayaan kemerdekaan selalu dimaknai dengan sakral karena mengandung nilai-nilai historis dan perjuangan para pahlawan.

Dalam Islam kemerdekaan berbangsa dimaknai dengan sebutan Al-Istiqlal. Melansir dari Mimbar Jumat 4 Muharram 1443 H/13 Agustus 2021 M dari situs Masjid Istiqlal, tafsir Al-Istiqlal adalah al-Taharrur wa al-Khalash min ayy Qaydin wa Saytharah Ajnabiyyah. Artinya yaitu terbebas dari belenggu dan ikatan, serta penguasaan pihak lain. 

Selain itu, dapat pula diartikan sebagai kemerdekaan individu, yakni al-Qudrah 'ala al-Tanfidz ma'a In'idam Kulli Qasr wa 'Unf min al-Kharij. Maknanya adalah kemampuan untuk kebebasan untuk mengekspresikan diri tanpa adanya pemaksaan atau kekerasan dari pihak lain.

Menurut Ibn Asyur, terdapat sejumlah aspek kemerdekaan yang dimaknai menurut syariah islam. Beberapa aspek tersebut seperti kebebasan berpendapat dan bersuara (hurriyyah al-aqwal), kebebasan bekerja dan berwirausaha (hurriyyah al-a'mal), lalu kebebasan untuk berkeyakinan (hurriyyah al-i’tiqad), dan kebebasan untuk belajar, mengajar, dan berkarya (hurriyyah al-'ilmi wa al-ta'lim wa al-ta'lif)
 
Adapun Alquran tidak secara tersurat menyebutkan kata kemerdekaan, ada beberapa ayat yang berbicara tentang kemerdekaan sebagai berikut.

Memaknai Kemerdekaan dari Perjalanan Nabi Ibrahim

Kisah pencarian makna kemerdekaan dalam Islam bisa dilihat dari perjalanan spiritual Nabi Ibrahim. Beliau mengembara dalam pencarian Tuhan yang sejati, yang merupakan upaya untuk melepaskan diri dari keyakinan sesat para leluhurnya yang menyembah berhala. Perjalanan spiritual ini begitu penting hingga Allah menuangkannya dalam Surat Al-An’am.

Artinya : Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” Kemudian, ketika dia melihat bulan terbit dia berkata (kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku.” Akan tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk kaum yang sesat.” Kemudian, ketika dia melihat matahari terbit dia berkata (lagi kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku. Ini lebih besar.” Akan tetapi, ketika matahari terbenam dia berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari yang kamu persekutukan.” Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. (QS. Al-An’am [6] : 76-79)

Memaknai Kemerdekaan Melalui Kisah Pembebasan Bani Israil oleh Nabi Musa

Kisah lain yang mengajarkan arti kemerdekaan dalam Islam adalah peristiwa penyelamatan Bani Israil dari kejaran Firaun melalui perantaraan Nabi Musa. Dalam Surat Ibrahim ayat 6, Allah mengingatkan tentang bagaimana Bani Israil berhasil lepas dari penindasan kejam yang dilakukan oleh Firaun dan pengikutnya. Ayat ini bukan hanya tentang pembebasan fisik, tetapi juga sebagai pengingat bagi kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah. 

(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut Fir‘aun. Mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, menyembelih anak-anakmu yang laki-laki, dan membiarkan hidup (anak-anak) perempuanmu (untuk disiksa dan dilecehkan). Pada yang demikian itu terdapat suatu cobaan yang besar dari Tuhanmu. (QS. Ibrahim [14]: 6)

Memaknai Kemerdekaan dari Misi Dakwah Rasulullah

Rasulullah berhasil menjalankan tugas mulia yang diberikan oleh Allah SWT dengan penuh keberanian. Beliau mengajarkan kita tentang makna sejati kemerdekaan dalam Islam, salah satunya adalah keberanian menolak ajaran sesat kaum Quraisy, seperti yang tercantum dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 3.

Artinya : Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu. Oleh sebab itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. (QS. Al-Maidah [5] : 3)

Selain itu, Rasulullah juga membawa pesan besar tentang pembebasan, seperti penghapusan perbudakan, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, serta persamaan di antara semua bangsa. Dalam khutbah terakhirnya saat Haji Wada’ di Arafah, Rasulullah SAW juga menyampaikan pesan kemerdekaan dalam khutbahnya, yang berbunyi:

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هذَا فِيْ شَهْرِكُمْ هذَا فِيْ بِلَدِكُمْ هذَا ... 

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya darah dan hartamu haram bagimu satu dengan yang lain kecuali dengan jalan yang sah, sampai kamu sekalian berjumpa dengan Allah, sebagaimana keharaman atasmu pada harimu ini, pada bulanmu ini, dan di negerimu ini..." (HR Bukhari) 

Allah memperkuat pesan ini dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, di mana disebutkan bahwa perbedaan hanya terletak pada seberapa besar ketakwaan kita kepada-Nya, bukan pada asal-usul atau golongan kita.