Kisah Penantian Panjang Nabi Zakaria

Muslimahdaily - Tahun-tahun berlalu dengan anggota keluarga dua orang saja, suami dan istri. Tahun-tahun berlalu dan kini keduanya telah sepuh berusia kepala sembilan. Hampir satu abad menjalai hidup tanpa lahirnya kehidupan baru. Inilah kisah penantian panjang Nabi Zakaria yang tak pernah putus asa berharap kepada-Nya.

Meski tubuhnya telah lemah, Nabi Zakaria selalu pergi ke tempat ibadah setiap hari. Di sana, beliau selalu memberikan nasihat kepada umatnya. Nabi Zakaria bukanlah seorang yang kaya raya, namun beliau selalu berderma kepada yang membutuhkan. 

Beliau juga tak diberikan anak seorang pun oleh Allah, namun beliau tak pernah bosan meminta keturunan kepada Rabb Ar Rahman.Sang istri nabiyullah pun mandul, namun Nabi Zakaria yakin satu hari Allah mengabulkan doanya.

Nabi Zakaria sangat menginginkan keturunan karena khawatir tak ada yang meneruskan risalahnya. Ia berharap ada seorang yang dapat mewariskan tugasnya, menasihati dan membimbing umat manusia. Umat membutuhkan seorang pemimpin yang kuat sepeninggal sang nabi.

Lalu satu hari, Nabi Zakaria pergi ke tempat ibadah seperti biasa. Beliau kemudian mampir ke bilik Maryam yang tengah berdiam diri di tempat ibadah tersebut. Saat melihat kondisi Maryam, Zakaria heran. Ada beberapa buah segar yang dihidangkan di dekat Maryam. Padahal, tak ada seorang pun yang masuk ke bilik Maryam kecuali dirinya.

Maka Zakaria pun bertanya kepada Maryam, “Wahai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Sang ibunda Nabi Isa pun berkata, “Makanan itu datang dari sisi Allah.” Nabi Zakaria makin terkejut. “Mengapa kau terkejut, bukankah kau tahu bahwa Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab?” ujar Maryam. 

Mendengarnya, hati Nabi Zakaria begitu tergugah. Beliau teringat pada keinginan dan harapannya selama ini. Benar, Allah Maha Kuasa dan Maha Penyayang. Allah memberi rahmat dan anugerah kepada siapa yang Dia kehendaki, meski menurut pandangan manusia itu hal mustahil.

Maka Nabi Zakaria pun segera bersimpuh. Beliau memanjatkan doa dengan keyakinan penuh bahwa doanya akan terijabah. “Ya Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Rabbku.

Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap pewarisku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub, dan jadikanlah ia, ya Rabbku, seorang yang diridhai,” demikian doa Nabi Zakaria.

Allah kemudian mewahyukan kepada Nabi Zakaria, “Wahai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang bernama Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.”

Nabi Zakaria kemudian menimpali, “Ya Rabbku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua”. 

Allah berfirman, “Demikianlah. Hal itu adalah mudah bagi-Ku, dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.”

Nabi Zakaria kembali berkata, “Ya Rabbku, berilah aku sebuah tanda.” Allah berfirman, “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.”

Nabi Zakaria pun kemudian keluar dari mihrabnya. Beliau ‘Alaihissalam pun tak dapat berbicara kepada kaumnya kecuali dengan isyarat. Tak lama kemudian, lahirlah Nabi Yahya sebagai penyejuk mata Nabi Zakaria dan istrinya. Dengan hikmah dari Allah, Nabi Zakaria mendidik putranya menjadi seorang saleh, pewaris risalah nabi.

Kisah Nabi Zakaria ini banyak termaktub di dalam Al-Qur’an. Di antaranya dalam Q.S. Maryam : 1-15 dan Al ‘Imraan : 37-41.

Add comment

Submit