Muslimahdaily - Saat Makkah sedang dalam kegelapan, menyembah sesuatu yang tak ada daya, terjadi banyak keserakahan dan ketidakadlian, datanglah seorang Rasul untusan Allah yang membawa cahaya terang bagi mereka. Menyampaikan pesan untuk menyembah Tuhan yang Esa, meninggalkan segala kejahilan yang terjadi dan menyampaikan pertintah Allah yang mengandung banyak keadilan serta kedamaian.

Beliau adalah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah sebagai panutan seluruh umat. Namanya begitu sering kita dengar, dan bahkan selalu kita sebut dalam shalat. Bahkan kita dianjurkan pula untuk selalu bershalawat kepadanya.

Setelah menyebut namanya, alangkah baiknya jikalau kita juga mengetahui makna di balik nama beliau dan juga asal muasal nama Muhammad yang sebenarnya. Agar kita bisa lebih meresapi bahwa penamaan tersebut sangatlah istimewa.

Dalam hal ini terdapat beberapa riwayat yang menceritakannya. Pertama adalah dahulu saat masa jahiliah, nama Muhammad masih asing sekali terdengar. Mereka biasa menamai anak-anak dan keturunannya dengan nama leluhur.

Saat sang kakek Abdul Muthalib memberikan nama Muhammad, kaum Quraisy pun terheran-heran. Bahkan sebagian dari penguasa Quraiy mencoba untuk memberikan beberapa saran nama pada Abdul Muthalib.

“Mengapa tidak dinamai dengan nama salah seorang dari kerabatnya saja?”

Kemudian Abdul Muthalib menjawab, “Aku ingin agar Allah memujinya di langit, dan ia dipuji makhluk-makhluk-Nya di bumi."

Maka benarlah adanya jika seseorang mengatakan bahwa nama adalah sebuah doa. Harapan sang kakek menjadi kenyataan. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kini namanya sampai sekarang masih kita puji bahkan Allah pun memujinya.

Perkara hal ini, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa Allah telah mengilhamkan kepada mereka untuk menamai Nabi dengan nama Muhammad (orang yang terpuji). Hal ini karena di dalam diri beliau telah tertanam sifat-sifat yang luhur, agar menjadi sepadan antara nama dan tindakan, dan agar sinkron antara nama dan yang diberi nama. Baik dalam hal nama maupun tanduk-tanduknya.

Terdapat riwayat lain yang menceritakan tentang sejarah penamaan Muhammad. Dalam Raudhatul Unuf, Imam As-Suhaili menukilkan riwayat tersebut. Ceritanya berawal dari perjalanan yang dilakukan oleh Abdul Mutholib sang kakek menuju negeri Syam bersama tiga orang rekannya untuk urusan bisnis.

Saat di perjalanan, mereka bertemu dengan seorang rahib atau pendeta yang menanyakan darimana mereka berasal. Kemudian Abdul Mutholib dan rekannya menjawab, “Kami berasal dari Makkah.”

Mengetahui mereka datang dari Makkah, sang rahib pun mengabarkan berita yang dia dapatkan dalam kitab suci agamanya, “Sesungguhnya dari negeri kalian itu akan muncul seorang Nabi.” ujar rahib itu.

Abdul Muthalib dan rekannya merasa heran, sehingga kemudian ia bertanya pada rahib tentang nama nabi tersebut. Rahib itu menjawab, “Namanya adalah Muhammad.”

Mendengar pernyataan rahib tersebut, Abdul Muthalib beserta tiga rekannya berniat jika memang nanti sepulangnya mereka dari Syam, kemudian ada bayi laki-laki yang lahir, maka ia akan memberi nama Muhammad.

Atas izin Allah, nyatanya bayi laki-laki pertama yang lahir sepulang mereka dari Syam adalah cucunya sendiri. Anak dari menantunya, yaitu Aminah binti Wahb; Ibunda Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan sangat yakin, Abdul Muthalib langsung membeikan nama Muhammad pada bayi laki-laki itu.

Adapun ketiga rekan beliau; yaitu Sufyan bin Mujasyi’, Uhaihah bin Jallaj, dan Himran bin Rabi’ah, mereka juga tak mau kalah, saat lahir bayi laki-laki mereka, mereka juga segera menamai puteranya dengan nama Muhammad. “Empat orang inilah,” terang Imam As-Suhaili, “orang Arab pertama yang menamai anaknya dengan nama Muhammad.” (Raudhotul Unuf 1: 820).

Semoga dengan membaca kisah ini, akan semakin bertambah kecintaan kita pada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. aamiin.

Sumber: Muslim or id

Suha Yumna

Add comment

Submit