Muslimahdaily - Tahta seorang raja identik dengan kekuasaan mutlak terhadap negeri yang dipimpinnya. Semua perintahnya absolut, ucapannya adalah ‘hukum’, tingkah lakunya adalah ‘kebenaran’ dan segala keinginannya adalah ‘kewajiban’ yang harus ditunaikan oleh rakyatnya. Begitulah sejarah mengenalnya, cenderung pada keserakahan materi. Tapi, berbeda dengan sejarah dalam Islam. Tersebutlah seorang raja agung lagi bijaksana, yang baik budi pekertinya dan santun bicaranya. Raja yang tak pernah berbohong, yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat. Ialah Nabiyullah Zulkifli 'Alayhissalaam bin Ayyub 'Alayhissalaam.
Kisah ini berawal dari sebuah kabar mengejutkan di negeri Nabi Zulkifli tinggal. Sang raja yang telah memimipin negeri itu selama bertahun-tahun secara adil akhirnya mengatakan bahwa kesehatan tubuhnya semakin menurun. Dikarenakan ia tidak dianugerahi seorang keturunan pun, ia mengumumkan sayembara untuk menentukan putra mahkota berikutnya.
Pesan yang tersiar dari istana itu dengan cepat menyebar ke seluruh pelosok negeri, dari para petani hingga ke para pemuka suku. Nabi Zulkifli yang mendengar kabar itu, bergegas ke istana untuk mengikuti sayembara tersebut. Tentu saja, banyak juga rakyat lainnya yang memiliki maksud yang sama, menjadi calon raja.
Sesampainya di sana, Nabi Zulkifli berserta segenap partisipan lainnya disambut hangat oleh sang raja. Tanpa basa-basi, raja itu memberikan persyaratan sayembara, yaitu mereka yang dapat berpuasa di siang hari dan beribadah di malamnya.
Walau sang raja tahu betapa beratnya syarat yang diajukan, ia tetap harus melakukannya, dengan alasan sosok raja adalah panutan bagi rakyatnya. Bila sang raja menunjukkan sikap ketaatannya kepada Allah Subhanhu Wa Ta'ala di sepanjang waktu, tentu rakyatnya akan melakukan hal yang sama, sehingga terciptalah negeri yang diberkahi oleh rahmat-Nya.
Tak ada satu pun partisipan yang berani mengajukan diri, kecuali Nabi Zulkifli yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Sang raja tidak yakin, karena faktor usia Nabi Zulkifli yang terbilang muda, namun beliau berhasil meyakinkan sang raja bahwa beliau sanggup menerima segala persyaratan yang diberikan. Sang raja tak menyangka, ternyata Nabi Zulkifli benar-benar dapat melakukan puasa di siang penuh dan beribadah di malamnya, sehingga diangkatlah Nabi Zulkifli menjadi putra mahkota. Tak lama kemudian, sang raja semakin mendekati ajal. Sebelum meninggal, ia berwasiat kepada anak angkatnya untuk terus melakukan puasa dan ibadah malam yang akhirnya disanggupi oleh Nabi Zulkifli.
Sejak saat itu, Nabi Zulkifli membawa negerinya menuju negeri yang adli dan makmur. Sikapnya sebagai seorang raja yang bijaksana dibuktikan dalam berbagai riwayat, salah satunya adalah ketika negerinya harus berperang melawan negeri yang menyembah berhala. Ketika Nabi Zulkifli mengobarkan semangat jihad, namun rakyatnya justru takut dan enggan berperang. Mereka takut mati dan masih sayang terhadap kekayaan yang dimiliki. Dengan penuh kesabaran, sang raja pun berdoa kepada Allah agar rakyatnya dilindungi oleh rahmat-Nya dalam peperangan. Atas kuasa-Nya, negeri Nabi Zulkifli memenangkan pertempuran tanpa ada korban sedikit pun.
Dalam riwayat lain mengatakan, bahwa Nabi Zulkifli pernah digoda oleh iblis. Di suatu malam, beliau yang selesai sholat didatangi oleh seorang tamu. Tamu itu hanya menunduk tanpa memperlihatkan wajahnya. Ia mengadukan hartanya yang raib dicuri oleh para perampok keji. Nabi Zulkifli yang mendengar cerita itu menganjurkan agar penasehatnya segera menyelesaikan urusan itu, tapi si tamu itu bersikeras meminta Nabi Zulkifli sendiri yang menyelesaikannya. Maka, pergilah mereka berdua ke lokasi kejadian. Sang raja merasakan ada hal yang ganjil karena daerah yang beliau datangi bukanlah daerah yang rawat kriminalitas. Secepat kilat, tamu yang tadinya berdiri bersama Nabi Zulkifli hilang tanpa jejak. Ternyata, si tamu tadi adalah iblis yang menyamar sebagai manusia yang ingin mengujij kesabaran Nabi Zulkifli. Kendati demikian, beliau tetap bertawakkal dan memegang teguh prinsipnya membantu setiap permasalah rakyatnya.
Itulah cerminan iman dan kesabaran Nabi Zulkifli dibuktikan oleh firman Allah, surat Al-Anbiyaa ayat 85-86,
“Dan (ingatlah) kisah Ismail, Idris dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang sabar. Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya, mereka termasuk orang-orang yang soleh.”
Karena sesungguhnya hakikat seorang pemimpin bukanlah sebagai tuan yang dilayani rakyatnya, melainkan budak yang melayani kepentingan rakyatnya. Wallahu’alam.