Muslimahdaily - Muhammad bin Abdullah, seorang yang berbudi luhur dan menjalani satu dekade kenabiannya, harus menghadapi ujian berat yang tak terduga. Sebaliknya, tahun-tahun kenabiannya yang panjang belum membawanya mencapai titik keberhasilan dalam dakwahnya, malah membawanya ke dalam lubang kesedihan yang mendalam. Kehilangan dua sosok yang sangat dicintainya, yaitu Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwalid dan paman tercintanya, menjadikan tahun itu dikenal sebagai Amul huzni/Tahun Kesedihan."
Ibunda Khadijah, istri yang sangat dicintainya, adalah pendukung setia dalam gerakan dakwahnya. Beliau tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga melepaskan seluruh harta miliknya untuk menunjang dakwah sang suami. Kehilangan Ibunda Khadijah adalah pukulan besar bagi Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Jabir dalam sebuah riwayat menggambarkan betapa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sangat bersedih atas kepergiannya.
Tidak lama setelah kehilangan Ibunda Khadijah, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam harus menghadapi kepergian paman tercintanya, Abu Thalib. Kedua kehilangan ini membuat kabut duka meliputi hari-harinya. Rasulullah harus menghadapi kenyataan pahit bahwa dua orang yang dicintainya begitu mendalam telah pergi.
Penamaan Amul huzni/Tahun Kesedihan, bukan hanya karena kehilangan pribadi yang sangat dicintainya, tetapi juga karena kehilangan ini memiliki konsekuensi yang besar. Kedua sosok ini telah membantu dan mendukung dakwahnya dengan penuh dedikasi. Tahun itu pun akhirnya Allah memberikan hadiah berupa Isra Miraj, pengangkatan spiritual yang mengangkat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dari kesedihannya.
Meskipun tahun itu dipenuhi dengan duka yang mendalam, Isra Miraj adalah bukti bahwa Allah senantiasa hadir untuk menghilangkan kesedihan dan memberikan bimbingan dalam perjalanan kenabian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.