Muslimahdaily - Bersuamikan Abu Bakr Ash Shiddiq saja sudah menjadikan Asma’ binti Umais sosok yang istimewa. Namun tak hanya itu, Asma juga pernah menjadi istri dari sepupu Rasulullah, Ja'far bin Abi Thalib dan Ali bin Abi Thalib.
Asma’ Radhiyallahu ‘anha merupakan salah satu shahabiyah yang pertama kali menerima dakwah Rasulullah. Ia menjadi salah satu wanita yang turut belajar di rumah Al Arqam, majelis pertama Rasulullah di awal penerimaan wahyu. Saat itu ia merupakan istri dari Ja’far bin Abi Thalib, putra dari paman yang sangat disayangi Rasulullah, Abu Thalib.
Bersama suaminya, Asma’ berbaiat kepada Rasulullah dan berhijrah ke Habasyah. Ia mengalami kesulitan mengarungi lautan, dikejar kafir Quraisy hingga hidup di negeri asing tanpa bekal harta. Di negeri Afrika itu, Asma’ melahirkan ketiga putranya, yakni ‘Abdullah, Muhammad dan ‘Aun bin Ja’far bin Abi Thalib.
Bertahun-tahun Asma’ bersama keluarganya tinggal di negeri asing, jauh dari Rasulullah, jauh dari kerabat. Hingga tahun ke-7 hijriyyah, ketika Rasulullah dan muslimin telah berhijrah ke Madinah, Asma’ bersama suami dan ketiga putranya pun pulang ke tanah Hijaz. Mereka tiba di Kota Madinah bersamaan dengan kemenangan pasukan muslimin dalam Perang Khaibar.
Rasulullah begitu gembira menyambut rombongan Asma’ dan Ja’far, selain karena hubungan kerabat, mereka lah golongan pertama yang memeluk Islam. Rasulullah begitu gembira menyambut mereka hingga beliau bersabda, “Demi Allah, aku tidak tahu mana yang lebih menggembirakanku, kemenangan Khaibar atau kedatangan Ja’far.”
Belum lama bermukim di Madinah dengan nyaman dan tenang, Ja’far bin Abi Thalib menyambut seruan jihad. Ia kemudian menjadi panglima Perang Mu’tah, menggantikan Zaid bin Haritsah yang gugur dalam pertempuran. Namun teryata Ja’far pula bernasib sama dengan Zaid. Ia gugur sebagai syahid dalam membela agama Allah. Suami Asma telah berperang dengan berani hingga nampak lebih dari 40 bekas tikaman di jasadnya.
Rasulullah mendapat kabar langsung dari Allah mengenai wafatnya Ja’far di medan perang. Beliau pun segera menemui keluarga Ja’far. Saat itu Asma tengah melakukan rutinitas pekerjaan rumah. Kepada Asma, beliau Shallallahu‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai Asma’, bawalah ke sini anak-anak Ja’far.”
Rasulullah kemudian membasuh wajah anak-anak Ja’far dan ‘Asma. Beliau juga memeluk dan mencium mereka hingga mengalirlah air mata beliau. Melihatnya, ‘Asma merasakan firasat buruk. Ia pun bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, mengapa Anda menangis? Apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja’far dan shahabat lain?”
Dengan berat Rasulullah pun menjawab, “Ya, ia telah gugur hari ini.” Sontak ‘Asma pun terkejut dan menjerit. Para shahabiyyah kemudian berkumpul menenangkan ‘Asma yang baru saja kehilangan suami tercintanya. Rasulullah pula meminta putrinya, Fathimah agar memasak makanan untuk keluarga ‘Asma yang berduka.
Selang beberapa waktu, ketika ‘Asma telah mengobati hatinya, ia pun menerima lamaran Abu Bakr Ash Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu. Tentu ‘Asma menerimanya. ‘Asma terus menemani Abu Bakr hingga sahabat terbaik Rasulullah itu menemui ajal. Dalam satu riwayat, ‘Asma pula dikabarkan yang telah memandikan jenazah Abu Bakr Ash Shiddiq.
Asma melahirkan satu putra dari pernikahannya bersama Abu Bakr. Putra itu bernama Muhammad bin Abi Bakr Ash Shiddiq. Ia lahir saat ‘Asma tengah menunaikan ibadah haji bersama Abu Bakr.
Setelah wafatnya Abu Bakr, ‘Asma menerima santunan dari khalifah yang menjabat kala itu, Umar bin Khaththab. Namun ternyata ‘Asma masih memiliki pesona dan keunggulan yang luar biasa. Tak lama menjanda, datang seorang sahabat Rasulullah lain yang juga memiliki keutamaan, yakni Ali bin Abi Thalib.
Saat itu Ali Radhiyallahu ‘anhu telah lama menduda karena wafatnya Fathimah, putri Rasulullah. Asma’ pula tak asing lagi bagi Ali karena ia merupakan mantan istri saudaranya, Ja’far.
Pernikahan keduanya pun digelar. Bersama Ali, ‘Asma melahirkan dua orang putra bernama Yahya dan ‘Aun. Ada kisah menarik dalam kehidupan rumah tangga ‘Asma dan Ali. Suatu hari, dua putra ‘Asma yang berbeda ayah saling berselisih. Mereka yakni Muhammad putra Ja’far bin Abi Thalib dan Muhammad putra Abu Bakr Ash Shiddiq. Mereka saling berdebat tentang keunggulan ayah masing-masing.
Ali yang melihat perselisihan itu pun bingung tak tahu cara melerainya. Apalagi Ja’far dan Abu Bakr sama-sama memiliki keutamaan dan sama-sama dicintainya. Ia pun kemudian mencari ‘Asma dan memintanya mengakhiri perselisihan tersebut.
‘Asma kemudian mendatangi kedua putranya dan berkata, “Aku tak pernah melihat pemuda Arab yang lebih baik dari Ja’far, dan aku pun tak pernah melihat orang tua yang lebih baik dari Abu Bakr.” ‘Asma berhasil menengahi. Kedua putranya pun berdamai dan tak lagi saling meributkan keunggulan ayah masing-masing.
Ali pun kagum pada kebijakan ‘Asma. Namun ia pula merasa cemburu. Ia berkata pada ‘Asma, “Kau tak menyisakan sedikit pun untukku.”
Subhanallah, betapa mengagumkan ‘Asma binti Umais. Ia selalu menjadi istri penyejuk keluarga, siapa pun suaminya. Cukuplah keutamaannya terbukti dari datangnya lamaran Abu Bakr Ash Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib. Bersama suami pertamanya, Ja’far bin Abi Thalib, pula ia telah lebih dulu beriman. Sosok ‘Asma pantas dikagumi dan menjadi panutan bagi Muslimah hingga akhir zaman.