Kisah Idul Fitri Pertama Umat Islam

Muslimahdaily - Debu perang masih melekat di baju Rasulullah dan para shahabat. Beberapa di antara mereka syahid tak kembali dari medan perang. Sebagian lagi terluka termasuk sang nabiyullah. Mereka kembali ke Madinah dengan sebuah kabar kemenangan.

Mereka disambut dengan kabar akan datangnya hari kemenangan pula. Dua kemenangan menjadi kisah haru sekaligus bahagia di hari raya Idul Fitri pertama umat Islam.

Di tanggal 17 Ramadhan, Rasulullah bersama 319 pasukan berangkat ke Badr untuk melawan kaum kafir yang melampaui batas. Di hari Al Furqan, mereka melawan seribu pasukan kafir yang sombong dengan jumlah dan kekuatan mereka.

Allah lah sebaik-baik penolong. Dikirimkan pasukan malaikat dari langit untuk membantu umat Islam.

Kemenangan pun menjadi milik Rasulullah dan para shahabat. Inilah momen yang berat sekaligus membahagiakan. Pasalnya, mereka mengalami puasa Ramadhan untuk kali pertama sekaligus perang besar pertama. Dua momen besar itu terjadi di tahun ke-2 hijriyyah.

Berpuasa sekaligus berperang. Tentu berat, namun kemenangan mampu menghapus segala keletihan. Pasukan Rasulullah kembali ke Madinah dengan kabar kemenangan besar. Beserta mereka pula harta perang yang banyak jumlahnya.

Mereka tiba di Kota Nabi di hari-hari akhir Ramadhan. Betapa besar rasa syukur mereka kepada Sang Pemberi Kemenangan.

Kebahagiaan belum berakhir. Kabar kemenangan lain datang dari Rabb Ar Rahim. Allah mensyariatkan dua hari raya bagi muslimin. Ialah Idul Fitri dan Idul Adha.

Ketika Ramadhan usai, muslimin pun mendapatkan hari raya pertama yang sejatinya merupakan perayaan kemenangan setelah sebulan penuh melawan segala hawa nafsu. Dua kemenangan itu begitu terasa membahagiakan dan menyejukkan iman.

Allahu akbar! Allah akbar! Rasulullah bertakbir dan mengajak seluruh muslimin berkumpul di tanah lapang. Para shahabat memakai pakaian terbaik dan menghias diri. Para wanita berbaur membagikan hijab untuk saudari yang tak memiliki kain. Zakat fitrah telah dibagikan sehingga semua orang merasa kenyang di pagi itu.

Di antara mereka masih ada yang menahan sakit akibat luka perang. Namun mereka semua menyambut hari kemenangan dengan suka cita. Rasulullah memberikan khutbah kepada jamaah pria.

Beliau lalu mengunjungi jamaah wanita untuk memberikan nasihat kepada Kaum Hawa. Hari itu tak terlupakan karena itulah hari raya pertama umat Islam.

Pengganti Dua Hari Raya

Allah selalu memberikan ganti yang lebih baik kepada hamba-Nya yang meninggalkan kejahilan dan kemaksiatan. Sebelum datangnya syariat Idul Fitri dan Idul Adha, bangsa Arab memiliki dua hari raya di masa jahiliyyah. Kedua hari raya itu disebut dengan Nairuz dan Mahrajan.

Di hari raya tersebut, mereka membuat sebuah pesta besar. Orang-orang menari dan menyanyi hingga hanyut dalam musik. Hidangan lezat dan minuman memabukkan pun dihidangkan tanpa henti. Sebuah tradisi pesta pora itu mereka dapatkan dari bangsa Persia Kuno. Mereka mengikutinya, dan memenuhinya dengan beragam kemaksiatan.

Hingga Islam datang dengan cahaya yang menghanguskan segala maksiat. Namun Islam datang tanpa mengambil kebahagiaan yang baik. Karena itulah Allah memberikan dua hari raya untuk umat-Nya. Disampaikan oleh Rasulullah,

“Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha,” (HR. Abu Dawud dan An Nasa’i).

Masya Allah, dua hari raya umat Islam datang dengan tradisi yang baik, penuh syukur, menyucikan diri, merasakan kemenangan, ketenangan, begitu hikmat, dan jauh dari maksiat. Dua hari raya yang datang sarat makna itu begitu menyejukkan hati dan jiwa setiap orang yang beriman.

Pun hikmah adanya kemenangan perang Badr yang mewarnai momen Idul Fitri pertama umat Islam. Maka sempurnalah nikmat kemenangan yang dirasakan umat Islam.

Terlebih berharga dari kemenangan perang dan kemenangan menahan hawa nafsu di Bulan Ramadhan, yakni kemenangan iman mereka yang berhasil menanggalkan kekafiran dengan banyak pengorbanan.

Add comment

Submit