Muslimahdaily - Setiap Khalifah Ar Rasyidin memiliki putra-putri kebanggaan. Abu Bakr memiliki ‘Aisyah sang Ummul Mukminin. Umar bin Khaththab memiliki ‘Abdullah bin Umar atau Ibnu Umar yang meriwayatkan banyak hadits Rasulullah.
‘Ali bin Abi Thalib pula memiliki Hasan dan Husein para pemuda surga. Bagaimana dengan Utsman bin ‘Affan? Beliau juga memiliki permata hati kebanggaan keluarga dan umat, ialah Aban bin Utsman bin ‘Affan, sang pakar sejarah Islam.
Aban merupakan salah satu pemuda Madinah yang lahir tahun 20 Hijriyyah. Ia lahir dalam keadaan bahagia hingga orang-orang memanggilnya dengan julukan Abu Said atau bapak kebahagiaan. Aban tumbuh besar dalam kondisi yang sangat berkecukupan, terutama ilmu.
Ia mendapat ilmu dari para shahabat Rasulullah yang berada di Madinah. Dari mereka, Aban mempelajari Al Qur’an, Al Hadits, Fiqh, serta ilmu syar’i lain, termasuk sirah nabawi. Bahkan Aban pula mendapat didikan istimewa di rumahnya. Sang ayah, Utsman bin ‘Affan lah yang menjadi gurunya.
Saat Aban remaja, sang ayah dibaiat menjadi amirul mukminin. Namun meski berstatus sebagai putra khalifah, Aban tidaklah mengubah sikap dan sifatnya. Ia sangat tawadhu dan menuntut ilmu dengan giat dan rendah hati. Tak heran jika kemudian, Aban menjadi salah satu ulama ternama asal Madinah.
Ia menguasai banyak sekali cabang ilmu agama. Di bidang hadits, Aban menjadi perawi hadits Rasulullah. Orang-orang bertanya perihal hadits kepadanya. Lalu di bidang fiqh pun, Abad disebut-sebut sebagai salah satu dari 10 ulama fikih Madinah.
Bilal bin Abi Muslim pernah menggambarkan fisik Aban bin Utsman. Ia berkata, bahwa di dahi antara dua mata Aban, terdapat bekas sujud yang samar-samar. Hal ini cukup menunjukkan bagaimana kualitas ibadahnya.
Lalu di era Dinasti Umayyah, tepatnya di masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, Aban diangkat menjadi gubernur Madinah. Ia menduduki jabatan tersebut selama tujuh tahun dan berhasil membangun kota nabi dengan ilmu dan kebijaksanaannya.
Sang Pakar Sirah Nabawi
Aban menimba banyak ilmu dari sang ayah, Utsman bin ‘Affan. Ia murid langsung dari sang ayah yang bukan lain shahabat dekat nabi, shahabat yang pertama kali masuk Islam, serta shahabat yang dijamin masuk surga. Imam Malik pernah berkata, “Aban mempelajari banyak hal tentang hukum-hukum agama dari ayahnya, Utsman.”
Di antara sekian banyak cabang ilmu yang dikuasainya, Aban sangat menonjol di bidang sirah nabawiyyah. Di era tabi’in, kisah perjuangan Rasulullah dan shahabat beliau mulai dianggap penting agar tak tergerus zaman.
Saat itulah, buku-buku sirah nabawiyyah mulai bermunculan. Aban, adalah sosok dari kalangan tabi’in yang menjadi rujukan utama dalam ilmu ini. Ia meriwayatkannya langsung dari sang ayah, Utsman bin ‘Affan dan para shahabat yang sempat ia jumpai.
Kepakarannya dalam sejarah Islam sangat dikenal. Kajiannya bertema sirah bahkan lebih dikenal dibanding tema hadits dan fiqh. Ia benar-benar menjadi pakar sirah yang tepercaya di kalangan ulama. Sampai-sampai, jika ada seorang perawi hadits tentang peristiwa penting di masa nabi, maka ia akan meriwayatkan dari Aban.
Al Waqidi, salah satu murid Aban, tak banyak meriwayatkan hadits kecuali hadits-hadits tentang peperangan yang dialami Rasulullah. Semua hadits itu diriwayatkannya dari Aban bin Utsman. Riwayat-riwayat itu kemudian disebarkan kepada para penuntut ilmu.
Para ulama bahkan memerintahkan murid-muridnya untuk belajar sirah pada Aban. Karena itulah, hingga kini, sirah nabi masih tercatat dengan tinta emas, salah satunya berkat jasa Aban bin Utsman.
Setelah banyak menorehkan jasa untuk umat, Aban pun mendapati sisa usianya di dunia habis sudah. Ia sempat menderita penyakit kusta hingga lumpuh tak mampu beraktivitas. Namun dalam kondisi demikian, Aban masih giat ke masjid dengan menggunakan gerobak. Ia terus bersabar dengan penyakitnya hingga tibalah ajalnya. Semoga Allah membalas segala torehan ilmu dari Aban bin Utsman bin ‘Affan.