Subhanallah, Kisah Menakjubkan Batu Melahirkan Unta

Muslimahdaily - Di masa lalu, di kawasan subur tanah Arab, suatu kaum tinggal dalam kesejahteraan. Ialah Kaum Tsamud yang terkenal dengan kota canggihnya, Madaa’in Shaleh. Disebut demikian karena Nabi Shaleh diutus di tengah kaum tersebut.

Tsamud memiliki teknologi tercanggih di zamannya. Mereka mampu menyulap gunung menjadi istana musim dingin, dan lahan tandus menjadi istana musim panas. Kebun-kebun mereka dipenuhi buah-buah ranum dengan sistem pengairan yang canggih.

Beragam nikmat dari Allah itu ternyata membuat Kaum Tsamud sombong dan kafir. mereka menyembah patung-patung yang dibuat oleh tangan mereka sendiri. Karena itulah Allah mengutus Nabi Shaleh agar menunjukkan jalan yang lurus kepada kaum Tsamud.

“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya),” Demikian nasihat Nabi Shaleh kepada kaumnya.

Namun Kaum Tsamud tak menghiraukan nasihat Nabi Shaleh. Mereka justru berkata, “Kamu tidak lain hanya seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mukjizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar.”

Mukjizat yang mereka minta amat sangat mustahil di mata manusia, yakni sebuah unta sempurna lagi bunting yang keluar dari batu. Mereka meminta dengan rinci bagaimana karakteristik unta yang mereka inginkan.

Mereka membuatnya sesulit mungkin agar Nabi Shaleh tak mampu mewujudkannya. Kaum kafir itu lalu menunjuk sebuah batu besar dan meminta sang nabi mengeluarkan unta sesuai permintaan dari batu itu.

Kaum Tsamud yakin, Nabi Shaleh tak akan mampu memenuhi permintaan mereka. Namun Allah Maha Berkuasa. Bagi-Nya lah ‘Kun, Fayakun’. Apapun bisa diwujudkan oleh Allah Sang pencipta, meski yang mustahil di mata manusia.

Nabi Shaleh memiliki keimanan yang kokoh akan hal itu. Ia pun berkata kepada kaum-Nya, sebelum memohon mukjizat datang dari Allah, “Bagaimana menurut kalian, jika aku memenuhi permintaan kalian, apakah kalian mau beriman kepadaku, membenarkanku, dan beribadah kepada Allah yang telah menciptakan kalian?”

Kaum Tsamud yang kafir itu pun berjanji, “Ya, kami akan membenarkanmu dan beribadah kepada Tuhanmu.”

Nabi Shaleh pun berdiri shalat, kemudian memanjatkan doa. Beliau ‘alaihis salam memohon sebuah mukjizat datang dan menciptakan unta dari batu sesuai permintaan kaumnya.

Allah pun segera mengabulkan. Seekor unta tiba-tiba keluar dari batu. Ciri-cirinya persis seperti yang disebutkan Kaum Tsamud.

Namun keajaiban menakjubkan itu ternyata tak mengubah hati orang-orang yang sombong. Sebagian besar Kaum Tsamud tetap di atas kekafirannya. Mereka menyimpan kekafiran itu di dalam hati-hati mereka.

Nabi Shaleh pun berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.”

Nabi Shalih kemudian memerintahkan kaumnya agar menjaga unta ajaib yang keluar dari batu. Mereka dilarang menyakiti si unta mukjizat. Awalnya, Kaum Tsamud menuruti. Allah memberikan keberkahan luar biasa melalui unta ajaib, kepada penduduk Madain Shaleh. Setiap kali memerah susu unta itu, maka seluruh warga di Madain Shaleh dapat kenyang meminumnya.

Waktu berlalu, setan kemudian membisikkan pikiran yang jahat kepada Kaum Tsamud. Mereka berpikir bahwa unta Nabi Shaleh telah mengambil jatah minum mereka dan ternak-ternak mereka. Mereka beralasan karena unta itu mendapat jatah minum bergilir. Satu hari sumber air dikhususkan untuk si unta. Besoknya, barulah warga mengambil air dari sana. Demikian bergilir satu hari untuk si unta, satu hari untuk warga.

Mereka orang-orang kafir pun berencana membunuh si unta. Pertemuan digelar untuk membuat makar. Mereka saling memberikan pendapat, bagaimana cara membunuh si unta. Kemudian muncullah kesepakatan bahwa akan ada sembilan orang yang membunuh unta mukjizat Nabi Shaleh.

Keesokan pagi, makar itu pun dilaksanakan. Sembilan orang celaka itu menghadang si unta. Seorang di antaranya meluncurkan anak panah hingga menancap ke betis si unta. Tumbanglah hewan ajaib mukjizat dari Allah. Lalu di antara sembilan orang itu, muncul satu orang yang paling celaka, Qudar bin Salif. Ialah yang membunuh unta dengan sekali tebasan pedang. Unta itu pun tak lagi bernyawa.

Betapa sedih Nabi Shaleh ketika mendapati unta mukjizat dibunuh kaumnya. Sang nabi begitu kecewa karena umatnya lah yang meminta unta itu, namun mereka pula yang membunuhnya. Mereka janji akan beriman, namun mereka pula melanggarnya. Maka tak ada lagi yang bisa dilakukan Nabi Shalih kecuali memperingatkan akan datangnya azab.

“Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan,” ujar sang nabi.

Setelah tiga hari berlalu, Kaum Tsamud ditimpa suara petir yang sangat keras dari langit, serta bumi yang bergoncang sangat keras. Mereka kaum kafir binasa tak tersisa, kecuali Nabi Shaleh dan pengikutnya yang beriman. Mereka telah menyelamatkan diri sebelum azab tiba.

Azab yang tak kalah mengerikan lebih dulu terjadi pada sembilan orang pembunuh unta. Mereka semua ditimpa batu besar hingga tewas mengerikan. Peristiwa ini bahkan lebih dulu terjadi sebelum Allah menimpakan azab kepada seluruh Kaum Tsamud. Namun Kaum Tsamud tetap tak peduli pada ancaman azab Nabi Shaleh.

Kota Mada’in Shaleh hancur sehancur-hancurnya. Tak ada yang tersisa kecuali puing-puing berserakan, sebagai peringatan untuk umat berikutnya. Yakni peringatan agar hanya menyembah Allah saja, dan menaati perintah-Nya.

Rasulullah pernah suatu kali melewati kota yang hancur tersebut. Beliau kemudian meminta para shahabat agar menangis saat melewatinya dan tak meminum air yang mengalir di sana. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Janganlah kamu masuk ke (perkampungan) kaum yang diazab ini, kecuali dalam keadaan menangis. Jika tidak bisa menangis, maka janganlah memasukinya agar tidak menimpa kamu apa yang menimpa mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Add comment

Submit