Muslimahdaily - Di bulan Ramadhan tahun kedua Hijriyyah, pasukan muslimin beradu melawan kaum musyrikin di sebuah padang terik di daerah Badr. Di tengah perang yang berkecamuk itu, tiba-tiba terdengar sebuah suara misterius, “Majulah Haizum! Majulah Haizum!”
Itu bukanlah suara Rasulullah, sang pemimpin perang. Bukan pula suara para shahabat As Sabiquna Al Awalun. Bukan pula suara dari pihak musuh, kaum kafir Quraisy.
Suara misterius itu, terdengar bersamaan dengan ringkikan kuda. Teramat keras suara tersebut sampai-sampai menewaskan musuh yang mendengarnya. Sumber suara tersebut, berasal dari langit, terbawa sebuah awan yang turun ke bumi.
Lalu suara itu kembali muncul. Kali ini, didengar oleh seorang shahabat Anshar yang tengah mengejar musuh. Sebuah teriakan menggema seakan-akan datang dari seorang penunggang kuda, “Majulah Haizum!” Sebuah lecutan cambuk kemudian mengikuti suara itu.
Sang shahabat Anshar terkejut. Ia menengok ke belakang, siapakah sang penunggang kuda yang suaranya menggema dengan hebatnya. Namun ia tak melihat siapa pun di sana. Begitu berbalik, ternyata musuh yang ia kejar telah jatuh terkapar. Terdapat sebuah bekas lecutan cambuk yang menghitam di wajahnya.
Musuh berlarian tunggang langgang. Jumlah mereka ribuan, tiga kali lipat dari jumlah pasukan muslimin. Namun seakan-akan mereka berperang melawan pasukan yang begitu besar lagi tak terkalahkan.
Dua orang dari Bani Ghifar, menyaksikan keseruan perang itu. Mereka masih kafir, namun tak mengikuti kubu manapun. Keduanya hanya berkeinginan menyaksikan jalannya peperangan, lalu mengambil harta sisa peperangan.
Salah seorang dari mereka mengisahkan keseruan perang badr kala itu, ia mengisahkannya setelah memeluk agama Islam,
“Saat peperangan Badr, aku dan sepupuku mendaki gunung untuk melihat jalannya pertempuran. Ketika itu, kami masih musyrik. Kami menanti siapa dari dua pasukan itu yang akan menang, dengan tujuan kamu bisa mengambil rampasan perang bersama mereka yang menang.
Tiba-tiba, terlihat sebuah awan mendekati kami. Dari awan itu, terdengar suara ringkikan kuda. Aku mendengar ada yang berseru, “Majulah, Haizum!” Sepupuku tak kuasa mendengarnya. Hatinya bak teriris hingga ia pun mati seketika. Sementara aku, hampir saja aku mati, namun aku cepat-cepat menguasai diriku.”
Dia Adalah Jibril
Benar, suara misterius itu berasal dari pasukan Allah. Ialah para malaikat yang diutus Allah untuk membantu pasukan muslimin. Jibril ada di antara pasukan tersebut.
Sebelum perang berkecamuk, Rasulullah bahkan sudah mengabarkannya kepada Abu Bakr. Di sebuah tenda perang, Rasulullah tiba-tiba terserang kantuk sesaat, kemudian tesentak kaget. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Bergembiralah, wahai Abu Bakr! Telah datang kepada kita pertolongan Allah. Jibril sudah datang. Dia sudah memegang tali kekang kudanya dengan membawa peralatan perang.”
Pasukan dari Langit Ketiga
Para pasukan malaikat itu, diutus Allah dari langit ketiga. Ketika shahabat Anshar mengisahkan pengalamannya mendengar suara cambuk lalu musuh terkapar seketika, Rasulullah membenarkannya.
Nabiyullah bersabda, “Benar apa yang kamu lihat. Mereka adalah bala bantuan yang dikirim Allah subhanahu wata’ala dari langit ketiga.”
Pasukan muslimin meraih kemenangan di Perang Badr. Mereka bersuka cita dan bersyukur atas pertolongan Allah. Inilah kemenangan pertama yang diraih Umat Islam. Peristiwa Badr ini, sangat dikenang oleh muslimin yang mengikuti peperangan.
Salah seorang shahabat, Abu Usaid Malik bin Rabiah, bahkan masih mengenangnya ketika usianya telah senja. Ia yang telah buta, berkisah tentang hebatnya perang Badr. Begitu takjubnya ia dengan bala bantuan yang dikirimkan Allah untuk pasukan Rasulullah.
Sang shahabat radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seandainya aku ada di Badr saat ini, dan aku masih bisa melihat, pasti akan aku tunjukkan pada kalian tempat para malaikat muncul. Aku tidak bimbang dan tidak mengada-ada.”
Masya Allah, pasukan langit itu memang benar adanya. Mereka bukanlah khayalan ataupun dongeng semata. Peristiwa Badr hanyalah salah satu kisah yang membuktikan keberadaan para malaikat pasukan Allah. Kisah tersebut membawa hikmah agung agar umat mengimaninya. Wallahu a’lam.
Sumber: “Kumpulan Kisah Malaikat” karya Abu Hudzaifah Ahmad.