Kesetiaan Siti Khadijah kepada Rasulullah

Muslimahdaily - Sayyidati Siti Khadijah Radhiyallahu'anha merupakan tautan hati serta menjadi pendamping pertama Rasulullah. Khadijah adalah sosok setia yang selalu memberikan perlindungan untuk Rasulullah.

Sebelum menjadi istri Rasulullah, Khadijah merupakan seorang janda sekaligus pebisnis sukses yang terhormat dan terpandang di tengah kaumnya. Ia rela melepas semua yang ia punya dan memutuskan untuk menjadi pendamping Nabi Muhammad.

Saat menikah, Rasulullah berusia 25 tahun dan Khadijah berusia 40 tahun. Meskipun usia mereka terpaut jauh, namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk mengarungi kehidupan berumah tangga yang harmonis dan penuh bahagia.

Meskipun Khadijah adalah seorang wanita kaya raya dan bersuami Rasulullah yang asalnya orang tak punya, namun Khadijah tetap memposisikan diri sebagaimana layaknya seorang istri. Dengan penuh khidmat dan rasa cinta seorang istri, dia berusaha untuk selalu mendapatkan keridhan sang Suami.

Kesetiaan Khadijah terhadap suaminya, Rasulullah, tidak hanya sebatas urusan rumah tangga saja. Hal ini terbukti ketika kehidupan Rasulullah memasuki ruang lingkup kenabiaan.

Saat itu, Rasulullah menerima wahyu pertamanya di gua Hira. Kejadian ini berawal dari hadirnya malaikat Jibril yang datang kepadanya dan memeluknya sebanyak tiga kali.

Setelah Malaikat Jibril memberikan wahyu, Nabi Muhammad kemudian ketakutan dan tubuhnya gemetar dengan sangat hebat. Hingga akhirnya Malaikat Jibril mengajari 5 ayat Surat Al Alaq

Nabi Muhammad kemudian kembali ke rumah dengan kondisi tubuh yang gemetar, Beliau khawatir bahwa apa yang baru saja dialaminya akan mencelakakannya. Ketika memasuki rumah, Ia menemui Khadijah dan meminta untuk diselimuti.

“Selimuti aku… Selimuti aku,” ucap Rasulullah.

Dengan sigap Khadijah menyelimuti tubuh Rasulullah hingga rasa ketakutan itu hilang pada diri Rasulullah. Rasulullah pun akhirnya menceritakan tentang kejadian yang baru saja dialaminya kepada Khadijah. Ia mengatakan akan kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi kepadanya.

Melihat kondisi Rasulullah yang seperti itu, Khadijah pun menenangkan dan menghibur suaminya seraya berkata, "Tidak sama sekali. Demi Allah, Dia (Tuhan) tidak akan menghinakanmu selamanya. Engkau adalah orang yang suka menyambung si/aturrahim, membawakan dan membantu orang yang lemah, menghormati tamu dan suka menolong dalam kebaikan."

Kemudian Rasulullah dan Khadijah pergi ke rumah pamannya, Waraqah bin Naufal. Pamannya itu menjelaskan tentang kondisi yang dialami Rasulullah, ia mengatakan bahwa Rasulullah adalah Nabi umat itu.

Mengetahui apa yang dialami oleh Rasulullah, seperti yang disampaikan Waraqah, Khadijah tanpa ragu-ragu langsung menyatakan keimanannya. Maka jadilah Khadijah orang pertama yang menyatakan keimanannya di hadapan Rasulullah. Hal ini tentunya sangat berarti bagi Rasulullah, dan dapat meringankan bebannya serta membantunya dalam tugaas-tugas dakwah.

Demikianlah, sejak pertama kali Rasulullah menerima wahyu kenabian, Khadijah sudah siap di sampingnya sebagai seorang isteri yang akan selalu membelanya dan mendukung perjuangannya, dengan harta dan jiwanya serta buah pikirannya yang jernih.

Sumber: e-book, “Isteri dan Puteri Rasulullah, Mengenal dan Mencintai Ahlul-Bait” Abdullah Haidir, diterjemahkan oleh Dakwah Sulay.

Add comment

Submit