Muslimahdaily - Ada satu sahabat Rasulullah yang sangat istimewa dan shaleh. Ia adalah Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu 'anhu, sahabat Nabi Muhammad pertama yang memutuskan untuk memeluk agama Islam dan sahabat paling terakhir yang meninggal dunia.
Bukan hanya itu saja, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk salah satu ahli surga. Maka tidak heran bahwa dirinya menjadi mujâbud da`wah, orang yang doanya selalu dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Rasulullah sebelumnya juga pernah berdoa kepada Allah agar Sa'ad diberikan keistimewaan.
“Ya Allah Azza wa Jalla kabulkanlah doanya (Sa`d) jika dia berdoa,” doa Nabi Muhammad.
Salah satu kejadian yang membuktikan bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash adalah seorang mujabud da’wah, ketika dirinya mendapatkan fitnah. Kisah ini diceritakan lengkap dalam hadis riwayat Bukhari.
Dikisahkan, pada saat itu Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu mengangkat Sa’ad menjadi gubernur di Kufah. Namun tidak berapa lama setelah dirinya memegang jabatan sebagai gubernur, terdapat keluhan dari masyarakat yang dilaporkan kepada Khalifah Umar. Warga tersebut mengatakan bahwa Sa’ad tidak bagus menjadi imam yang memimpin shalat—riwayat lain menceritakan bahwa yang dikeluhkan adalah segala hal dari kepemimpinan Sa’ad.
Khalifah Umar pun menarik Sa’ad ke Madinah untuk menemuinya. Sesampainya di Madinah, Khalifah Umar langsung berkata, “Wahai Abu Ishâk (panggilan Sa’ad), sesungguhnya penduduk Kufah menganggap engkau tidak bagus dalam shalatmu.”
Sa’ad bin Abi Waqqash pun kemudian menjawab, “Adapun aku, demi Allah Azza wa Jalla aku shalat dengan mereka, sebagaimana shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tidak pernah menguranginya sedikitpun. Aku mengerjakan shalat Isya, aku panjangkan pada rakaat awalnya dan aku pendekkan pada rakaat akhirnya.”
Khalifah Umar yang mendengar penjelasan Sa’ad pun paham. Tetapi Khalifah Umar tetap membuat keputusan untuk melepas jabatan Sa’ad bin Abi Waqqash dan posisinya digantikan oleh Ammar bin Yasir Radhiyallahu 'anhu.
Keputusan Khalifah Umar melepaskan jabatan Sa’ad ini bukan karena dirinya percaya dengan informasi buruk tentang Sa’ad bin Abi Waqqash, melainkan Khalifah Umar mengantisipasi timbulnya fitnah lain.
“Aku melepaskan jabatannya bukan karena dia tidak mampu atau khianat,” jelas Khalifah Umar bin Khattab.
Untuk mengecek berita fitnah ini, Khalifah Umar pun mengutus beberapa utusan untuk mendatangi beberapa masjid. Ketika utusan Khalifah Umar sampai di suatu masjid, mereka bertanya kepada masyarakat tentang bagaimana kepemimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash.
Mereka menjawab, “Beliau adalah orang yang baik dan gubernur yang baik.”
Para utusan kembali melanjutkan perjalanan mereka. Setelah melalui beberapa masjid, tidak ada yang mengatakan bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan gubernur yang tidak bertanggung jawab melainkan mereka memujinya sebagai gubernur yang bagus dan kompeten.
Tetapi kemudian terdapat satu masjid yang dimiliki oleh Bani Abs. Ketika para utusan Khalifah Umar mendatangi masjid tersebut dan bertanya hal yang sama tentang Sa’ad, terdapat salah seorang lelaki bernama Usamah Abi Qatadah yang berkata, “Sa’ad itu tidak pernah keluar bersama pasukan untuk berperang dan dia juga tidak membagi ghanimah dengan pembagian yang adil dan dia tidak mampu memutuskan perkara dengan baik.”
Disitulah para utusan mengetahui bahwa Usamah Abi Qatadahlah yang menjadi penyebar fitnah mengenai Sa’ad bin Abi Waqqash. Mendengar informasi tentang ucapan Usamah Abi Qatadah, Sa’ad pun marah dan berdoa kepada Allah Ta’ala.
“Ya Allah jika memang orang yang menuduh saya dengan tuduhan yang keji seperti itu karena riya dan sum’ah, maka panjangkan umurnya, panjangkan kefakirannya dan hadapkanlah dia dengan fitnah atau cobaan,” doa Sa’ad bin Abi Waqqash.
Dengan doanya tersebut, Allah ta’ala pun langsung mengabulkannya sehingga Usamah Abi Qatadah dipanjangkan umurnya hingga usianya hampir 100 tahun. Dirinya hidup dalam kefakiran dan selalu meminta-minta kepada orang lain. Usamah juga sering mendapat fitnah dari masyarakat sekitar.
Setiap kali Usamah Abi Qatadah ditanya oleh masyarakat, “Bagaimana keadaanmu?”
“Aku adalah orang yang sudah tua dan terkena fitnah dan juga yang telah terkena doanya Sa`d bin Abi Waqash Radhiyallahu anhu,” jawab Usamah Abi Qatadah.
Dari kisah ini, tentunya kita bisa mengambil banyak hikmah mengenai kejahatan dan dampak buruk dari sebuah fitnah. Bukan hanya merugikan orang lain yang kita fitnah saja, tetapi tentunya diri kita sendiri karena akan mendapat azab dari Allah. Semoga kita bisa mengambil banyak pelajaran dari kisah ini dan terus berkaca pada diri sendiri.
Wallahu a’lam.