Muslimahdaily - Sejarah Islam mengenal sederet Sahabat Nabi yang paling kaya. Tak hanya kaya, mereka juga dijamin masuk surga. Salah satu di antara deretan tersebut adalah Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘anhu. Sahabat Nabi yang satu ini merupakan orang ke-8 yang mengucap syahadat. Dikenal sebagai pebisnis ulung, kekayaan Abdurrahman bin ‘Auf saat wafat ditaksir sebesar 6 Triliyun Rupiah.

Walaupun punya harta berlimpah, kecintaan Abdurrahman bin ‘Auf terhadap dunia dan kekayaan dikalahkan dengan rasa cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Abdurrahmah bahkan kerap ‘bersaing’ dengan Sayyidina Utsman bin Affan dalam mengucurkan dana di jalan Allah. Hal ini tak lain karena semangat yang senantiasa Nabi Muhammad berikan pada Abdurrahman.

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai, Abdurrahman, kamu sekarang menjadi orang kaya dan kamu akan masuk surga dengan merangkak. Pinjamkan hartamu kepada Allah agar lancar kedua kakimu.” (HR A Hakim dalam Al Mustadrak).

Kekayaan Abdurrahman bin ‘Auf bukan didapat dengan cara instan. Dirinya dikenal sebagai pebisnis yang andal dengan modal kepintaran mengelola keuangan. Abdurrahman selalu giat dalam berbisnis.

Saat itu Abdurrahman bin ‘Auf ikut Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi Al Anshari Radhiyallahu 'anhu, seorang saudagar kaya. Sa’ad berniat membantu saudara barunya itu dengan senang hati. Namun Abdurrahman menolak bantuan Sa’ad dan lebih memilih untuk membangun bisnisnya sendiri.

Belum lama berbisnis, Abdurrahman bin ‘Auf sudah dapat meraup untung yang cukup untuk menikah. Pernikahannya tersebut dimodali dengan mahar emas seberat biji kurma. Sejak saat itu, kehidupannya dipenuhi dengan keberkahan. Ketika ia mendapatkan sebongkah batu, maka di bawahnya ada emas dan perak. Karena itu juga dirina sering dijului ‘Sahabat Bertangan Emas’.

Tiap keuntungan bisnisnya tidak dinikmati oleh Abdurrahman sendiri, melainkan diinfakkan kepada umat Islam. Rupanya, sifat dermawannya ini diturunkan dari sang ayah, Auf bin Abdul Auf. Sang ayah senantiasa mengajarkan Abdurrahman untuk selalu menepati janji dan mencintai sesama. Hingga beranjak dewasa, sifat dermawan setia melekat pada sosok Abdurrahman bin ‘Auf.

Harta Abdurrahman bin ‘Auf di jalan Allah

Ada banyak kisah yang menceritakan kedermawanan Abdurrahman bin ‘Auf. Salah satunya ketika sahabat Nabi ini menyumbangkan dua ratus uqiyah emas untuk memenuhi kebutuhan logistik pada saat umat Islam menghadapi Perang Tabuk.

Ada juga saat Abdurrahman menyumbangkan separuh hartanya, yakni sebesar dua ribu dinar saat Nabi Muhammad menyerukan umatnya agar berinfak di jalan Allah. Abdurrahman bin ‘Auf menghibahkan hartanya untuk veteran prajurit perang Badar. Saat itu ada lebih dari seratus orang prajurit perang dan satu orangnya mendapat empat ratus dinar.

Kisah lainnya menceritakan suatu ketika Madinah tampak ramai. Warga dan para pedagang memenuhi jalan Madinah yang biasanya lengang. Ternyata keramaian tersebut bersumber dari 700 ekor unta yang membawa barang dagangan milik kafilah Abdurrahman bin ‘Auf. Semuanyaditujukan untuk disumbangkan.

Tak selalu berbentuk harta, sumbangsih Abdurrahman bin ‘Auf di jalan Allah juga diwujudkan dalam bentuk ikut berperang. Abdurrahman dikenal sebagai prajurit yang gagah. Ia termasuk sahabat nabi yang setia dalam barisan perang.

Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin ‘Auf ditugaskan untuk menjamin kesejahteraan dan kebutuhan keluarga para istri nabi (Ummahatul mukminin). Tugasnya termasuk menjaga keselamatan dan memberikan pengawalan saat para istri nabi berpergian.

Wafatnya Abdurrahman bin ‘Auf

Kepedulian Abdurrahman bin ‘Auf pada umat Islam masih terlihat bahkan pada akhir hayatnya. Ia masih memikirkan bagaimana hartanya dapat bermanfaat bagi kemajuan Islam sekaligus takut akan harta bendanya yang mungkin saja memberatkannya di akhirat kelak.

“Sesungguhnya aku takut bila aku menjadi orang yang dipercepat kebaikannya di kehidupan dunia. Aku takut ditahan dari sahabat-sahabatku karena banyaknya hartaku,” ucap Abdurrahman bin ‘Auf.

Abdurrahman bin ‘Auf meninggal dunia pada tahun 31 H di Madinah pada tahun 72 tahun—ada juga yang menyebut 75 dan 78 tahun. Jasadnya dimakamkan di Baqi’ bersama sahabat-sahabat nabi yang lain.

Itsna Diah

Add comment

Submit